al-Imam asy-Syafi'iy rahimahullah berkata,
إذا رويت عن النبي صلى الله عليه وسلم حديثا صحيحا فلم آخذ به فأنا أشهدكم أن عقلي قد ذهب
"Jika aku meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebuah hadits shahih dan aku tidak mengambilnya [yakni, sebagai hujjah] maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang."
Itulah manhaj beliau dalam beragama, baik dalam masalah akidah ataupun masalah fikih.
Maka, jika ingin meneladani beliau, janganlah kemudian membedakan antara dua masalah ini: berpegang pada hadits shahih dalam masalah fikih, tetapi membedakan masalah akidah menjadi:
- 'aqliyyat: masalah yang landasannya adalah akal, seperti ilahiyyat (termasuk di dalamnya pembahasan Nama dan Sifat Allah), qadar, dan nubuwwat.
- sam'iyyat: masalah yang landasannya adalah dalil, karena ini adalah masalah yang tidak bisa dipikirkan oleh akal, seperti iman kepada malaikat dan hari akhir.
Perhatikan pembagian masalah akidah yang mereka lakukan ini. Ketika berbicara tentang ruh, atau tentang 'adzab dan ni'mat kubur, atau tentang surga dan neraka, maka mereka berpegang pada dalil karena itu bukan ranah akal, menurut mereka. Sedangkan ketika berbicara tentang Nama dan Sifat Allah, maka akal-lah yang mereka jadikan landasan dan hujjah dalam masalah tersebut. Padahal, mana yang lebih ghaib:
- masalah Nama dan Sifat Allah,
- atau masalah ruh, alam kubur, dan alam akhirat?
Ustadz Dr andy oktavian latief