Jejak Karya Tulis KH. Ahmad Dahlan
=========================
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, tidak banyak meninggalkan karya tertulis. Beliau lebih menitikberatkan aktivitasnya pada dakwah nyata di masyarakat.
Namun demikian, bukan berarti Beliau sama sekali tanpa peninggalan tertulis.
Berikut ini beberapa karya-karya tertulis KH. Ahmad Dahlan yang dapat diinventarisir, meskipun tidak seluruhnya dapat didokumentasikan hingga kini.
1. Tulisan Beliau yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No. 2 Tahun 1915 yang membahas tentang “Pengajaran Agama”.
Menukil dalam penelitian tentang Rubrik dalam Suara Muhammadiyah periode 1915-1924 yang dimuat dalam Jurnal Dinika UIN Surakarata terdapat salah satu rubrik Dalam Suara Muhammadiyah No. 2 Tahun 2015 berjudul “Katarangan Agami Islam (dipun ringkes)".
Kemungkinan inilah yang dimaksud sebagai tulisan KH. Ahmad Dahlan tersebut. Suara Muhammadiyah edisi 1915 saat itu masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa (aksara hanacaraka).
2. Tulisan Beliau yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah Edisi Desember Tahun 1920 berjudul “Manoesia Ikoe Bodo lan Koemaloengkoeng”.
3. Tulisan Beliau yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No. 2 Tahun 1921 berjudul “Pamoelangan lan Pakoendjaran”.
4. Tulisan Beliau yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No. 3 Tahun 1921 berjudul “Al-Islam lan Koeran”.
5. Tulisan berjudul "Peringatan Bagi Sekalian Muslimin (Muhammadiyyin)".
Tulisan ini asalnya merupakan naskah prasaran yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada Kongres Islam Besar tahun 1922 di Cirebon.
Naskah Prasaran ini kemudian dimuat dalam “Statuten dan Algemeneent Huishoudelijk Reglement daripada Muhammadijah” cetakan ke-3 yang diterbitkan oleh H. B. Muhammadiyah pada tahun 1924, dan diberi judul “Peringatan Bagi Sekalian Muslimin (Muhammadiyyin)”.
Tulisan ini kemudian dicuplik dan dijadikan salah satu lampiran dalam buku berjudul “Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah” karya Abdul Munir Mulkan.
6. Transkrip pidato berjudul "Tali Pengikat Hidup" yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada Kongres Muhammadiyah ke-12, tahun 1923.
Ada juga yang memberinya judul “Kesatuan Hidup Manusia”.
Kongres ke-12 ini merupakan Kongres terakhir yang diikuti oleh Beliau rahimahullah, dan saat itu Beliau tidak dapat mengikuti acara Kongres sampai dengan selesai karena sakit yang kemudian mengantarkan Beliau menghadap Sang Khaliq.
Pidato yang kabarnya berdurasi 30 menit ini kemudian dipublikasikan oleh H. B. Muhammadiyah Majelis Taman Pustaka Yogyakarta dan dicantumkan pada Album Almanak Muhammadiyah tahun 1923.
Transkrip pidato ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh R. Kamil dengan judul "Het Bindmiddle der Menschen".
Transkrip pidato ini kemudian dicantumkan dalam 3 buku, yakni buku “Perkembangan Pemikian Muhammadiyah dari Masa Ke Masa” karya Sukrianto AR dan Abdul Munir Mulkhan, dalam lampiran buku “Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah” karya Abdul Munir Mulkan, dan dalam lampiran buku “Pelajaran KHA Dahlan” karya KRH. Hadjid.
Hanya saja dalam transkrip yang tercantum dalam buku “Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah” diberi judul “Kesatuan Hidup Manusia”, dan oleh penyunting dilakukan perbaikan tata bahasa agar lebih mudah dipahami.
7. “Faqih Tjekakan (Kadjawekaken saking Kitab Fathoe’l Qorib)”.
Karya ini merupakan terjemahan versi bahasa Jawa atas kitab “Fathul Qarib” yang dikerjakan oleh KH. Ahmad Dahlan dan direproduksi oleh Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Surakarta pada tahun 1935.
Namun demikian, ada yang meragukan nisbat karya ini kepada beliau.
Tentang hal ini saya tidak bisa berkomentar karena tidak memiliki salinannya.
8. “Aqoid Doel Iman”.
Dalam sampulnya tertulis “Akoid Doel Iman karanganipoen Kijahi Ahmad Dahlan Pembangoen Moehammadijah”.
Karya ini diterbitkan oleh R. Haiban Hadjid (putra RH. Hadjid) atas seizin H. Siradj Dahlan (putra KH. Ahmad Dahlan) dan dicetak oleh Druk. AMAN Dk pada 1 Oktober 1941.
Ada yang meragukan nisbat kitab ini kepada KH. Ahmad Dahlan.
Namun, saya sendiri cenderung sepakat bahwa kitab ini setidak-tidaknya merefleksikan pemikiran dan pemahaman aqidah yang diyakini oleh KH. Ahmad Dahlan.
Meski kitab ini bukan karya tulis asli yang diniatkan oleh KH. Ahmad Dahlan untuk ditulis, namun sebagaimana keterangan pada akhir kitab, dijelaskan bahwa kitab ini merupakan transkrip pelajaran yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan yang didokumentasikan oleh salah seorang murid Beliau bernama Siti Wasilah (Ummu Uswatun Hasanah) dan kemudian dikoreksi oleh RH. Hadjid yang juga murid langsung KH. Ahmad Dahlan.
Dan kebetulan RH. Hadjid dan Siti Wasilah ini merupakan pasangan suami istri dan keduanya valid merupakan murid-murid yang belajar langsung kepada KH. Ahmad Dahlan.
Adapun persoalan tentang pilihan-pilihan pendapat KH. Ahmad Dahlan dalam “Aqoid Doel Iman” yang tidak sama dengan pendapat tarjih yang dipilih Muhammadiyah di kemudian hari, misalnya soal pengajaran sifat Allah melalui metode sifat 20, shalat tarawih 20 rakaat, dan lainnya, tentu saja bukan alasan untuk serta merta menolak nisbat karya ini kepada KH. Ahmad Dahlan.
Apalagi kalau ditelusuri lebih lanjut, karya-karya yang ditulis pada era Muhammadiyah zaman KH. Ahmad Dahlan memiliki kesamaan pemikiran dengan yang tertulis dalam “Aqoid Doel Iman” (untuk ini akan kami bagikan secara khusus).
Bahwa di kemudian hari Muhammadiyah memilih tarjih pendapat yang lain, hal ini biasa dalam dinamika berorganisasi.
Namun sejarah tetaplah sejarah.
Kita tidak bisa menilai keadaan masa lampau dengan ukuran dan timbangan masa kini.
=========================
Keterangan Foto:
KH. Ahmad Dahlan Bersama Para Pemuda Kauman di Depan Masjid Gede Kauman, diakses dari koleksi Perpustakaan UMY Yogyakarta (https://sejarahmu.umy.ac.id/kyai-ahmad-dahlan-bersama-para-pemuda-kauman-di-depan-masjid-gede-kauman/)