Senin, 03 Februari 2025

๐—ง๐—ถ๐—ธ๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ๐—ง๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ต yang ๐— ๐—ฒ๐˜€๐˜๐—ถ ๐——๐—ถ๐—ฝ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ต

๐—ง๐—ถ๐—ธ๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ๐—ง๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ต yang ๐— ๐—ฒ๐˜€๐˜๐—ถ ๐——๐—ถ๐—ฝ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ต 

Saya mengenal seorang pebisnis di sebuah kota. Utk harta, tentu ada dan sangat cukup. Ketika ada pembukaan kelas belajar bahasa Arab dan ilmu syariah 2 tahun, ia ikut mendaftar. Harapannya ia bisa mengajarkan ilmu syar’i utk orang lain. Jadi selain ada bekal harta guna bermanfaat bagi kaum muslimin, ia juga ingin berbekal ilmu syar’i mengambil bagian menjadi da’i mengentaskan kebodohan umat. 

Semester pertama, amat semangat belajar. Hingga masuk semester dua, sudah sering absen/ijin tak masuk. Bukan karena malas belajar namun karena  tuntutan bisnis yang harus fokus dan banyak kasus bisnis yang mesti ia selesaikan. Waktunya jelas tersita utk bisnisnya. 

Akhirnya tumbang juga dari jalan ilmu. Sesuatu yang lumrah dan wajar. Bukan meremehkan ilmu, tapi fokus berbisnis dan menuntut ilmu sama-sama menyeret hati ke dunianya masing-masing. Jika pilih bisnis agar bisnis berkembang pesat dan bertahan di tengah gempuran pesaing, fokus menuntut ilmu utk menjadi bintang yang lebih memberikan cahaya akan sirna. Jika memilih ilmu utk lebih mendalami, menelaah, menulis, menuangkan seluruh waktu utk ilmu, siap-siap harus meninggalkan bisnis. Ini keniscayaan. 

Jika ada ahli ilmu atau penuntut ilmu yang tengah belajar bisa mengembangkan bisnis, atau ada pebisnis ulung yang bisa menjadi ahli ulama, tentu ini keistimewaan yang Allah berikan. Harta utk kebutuhan dunia sekaligus menopang ia menuntut ilmu dan berdakwah sementara ilmunya utk merentas kebodohan di rimba huru hara dan fitnah akhir zaman. Namun tak semua orang bisa seperti itu. Ada namun sedikit. Langka. Fokus ilmu ya ilmu, bisnis seadanya. Fokus bisnis ya bisnis, ilmu sebisanya.

Terkait si pebisnis tadi, ternyata alur kebaikan yang bisa ia maksimalkan adalah mendermakan harta, bukan pintu ilmu. Allah buka wasilah pintu kebaikan kepada sebagian para hamba melalui harta si pebisnis ini. 

Sama seperti kawan saya di sebuah kota lain. Lebih senior dari segi umur. Udah punya bisnis jual-beli pasir dan amat laris manis. Ketika ada program mulazamah cabang ilmu syar’i, ia mendaftar. Namun dipersyaratkan ia harus belajar bahasa Arab dulu setahun atau dua tahun karena pengajaran dalam bidang yang dibuka ini dengan bahasa Arab. Ikutlah ia. Saat belajar, banyak ditelpon oleh konsumen untuk cari pasir atau menawarkan pembelian pasir agar ia jual lagi. Kebutuhan pasir di kota itu tinggi. Ia tolak semua telpon masuk. Ataupun ketika ia angkat, ia katakan bahwa utk sementara ini tidak lagi berburusan dengan pasir. Lama belajar, tak ada lagi yang menghubungi dia utk membeli pasir. Karena memang para konsumen pasir mencari pihak lain yang bisa ready hari itu atau siap dan past respon ketika dihubungi. Akhirnya dia dilupakan konsumen.

Pada akhirnya, tabungan dia menipis sementara kebutuhan sekolah anak-anak, kebutuhan bulanan istri dan rumah jelas menyemburkan lampu merah sekaligus alarm keras yang mendengingkan telinga dan otak. Di saat yang sama, fokus belajar ilmu syar’i yang ia tengah jalani dan idamkan juga menyita waktunya sebab tugas yang diberikan pengampu dan pengajar di tempat ia belajar tak kalah menumpuk. 

Ia memilih tegar di jalan ilmu, ia memilih menjadi karang di lautan ilmu namun badai dan ganasnya ombak meluluhlantakkan pendiriannya. Setelah merenung, ia memilih undur diri dan pamit dari jalan ilmu. Ia terhempas seketika. Bukan total meninggalkan ilmu utk jalur dan arah kehidupannya namun meninggalkan pendalaman ilmu yang setidaknya tadi diharapkan ia bisa menjadi penerang dan lentera bagi pihak lain.

Ya begitulah. Sebuah keputusan yang sulit dan pahit. Tikaman dan sayatan terperih namun harus dipilih.

Jika anda dimudahkan wasilah harta dan mampu menjadi alim ulama, raihlah keutamaan tsb. Anda menjadi sosok yang layak dicemburui. Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat.

Jika Anda dimudahkan dan dibuka lebar-lebar pintu harta, ternyata Allah tutup pintu ilmu, itulah pahala anda mengalir dari jalur harta. Bantulah para penuntut ilmu dan para da’i dengan harta anda. Mereka adalah aset umat di tengah gemerlapnya kebodohan dan super maraknya kesyirikan, dosa besar, bidah dan kejahatan. Ahli ilmu syar’i dan penuntut ilmu adalah manusia langka di zaman tiktok ini. Membantu mereka dengan harta anda adalah investasi dan amal terbaik di zaman umat tengah dinaungi lebatnya kabut kebodohan terhadap ilmu syar’i. Jika mereka berjihad di medan laga, anda tengah berjihad di balik layar. Dan bisa jadi nama anda lebih harum semerbak di seantero penduduk langit karena kualitas keikhlasan.
_______
Jumat pagi di masjid Nabawi
Ustadz yani fahriansyah