Minggu, 16 Februari 2025

Membuka Tabir Kalimat Tabu "Kembali kepada Al Quran dan Sunnah"

Membuka Tabir Kalimat Tabu "Kembali kepada Al Quran dan Sunnah" 

Slogan kembali kepada Al Quran dan Sunnah bukan hal baru di dengar masyarakat kita. 

Mulai abad ke-19 hingga 20, para ulama di kita sudah mulai banyak yang tertarik dengan kalimat ini dan menjadi penyerunya. 

Motto ini juga sudah mafhum dijadikan sebagai simbol sebagian organisasi Islam yang berwarna pemurnian Islam. 

Kritik-kritik atas gerakan ini dilakukan sejak dulu hingga saat status ini ditulis. 

Ada anggapan bahwa gerakan kembali kepada Al Quran dan Sunnah adalah sebuah kesesatan. 

"Bagaimana mungkin setiap orang bisa membaca dan memahami Al Quran dan sunnah, lalu dia menentukan hukum?," kata mereka.

Ya akhi fillah. 

Kembali kepada Al Quran dan Sunnah itu bukan berarti setiap orang yang membaca 2 pegangan umat Islam ini lalu dia bebas menafsirkannya dengan liar. 

Bukan itu..

Kembali kepada Al Quran dan Sunnah itu ada aturan dan tata kramanya. 

Organisasi Islam di kita yang pakai slogan ini, tidak menafsirkan teks ayat dan hadits dengan serampangan, tapi dengan ilmu-ilmu syariah yang lain, seperti tafsir, pendapat fuqaha, ushul fikih, dan lain-lain. 

Jika ditujukannya kepada kelompok Salafi yang belakangan sangat populer, ini juga kurang tepat menuduh mereka menafsirkan Al Quran dan Sunnah dengan sembarangan. 

Madrasah Salafiyah di berbagai negara memang terbagi-bagi dalam masalah marja' utama pengambilan hukum. Ada yang menempuh jalur 1 madzhab dan ada yang tidak terikat pada 1 madzhab alias mentarjih dari pendapat yang ada. 

Mereka yang tidak terikat dengan 1 madzhab, pun tetap memahami kalimat kembali kepada Al Quran dan Sunnah ini ada dhawabitnya. Bukan asal bebas bersuara. 

Ambil contoh, satu buku populer di kalangan Salafi adalah "Shahih Fikih Sunnah" karya Syaikh Abu Malik Kamal. 

Bagi yang sudah baca buku ini, tentu akan tahu bahwa fikih sunnah yang dimaksud oleh penulisnya adalah fikih tarjih yang dipilih oleh penulis sendiri, dan kebanyakan yang dikuatkan adalah yang telah dipegang oleh Ibnu Taimiyah. 

Pada buku ini, dipaparkan semua pendapat madzhab beserta dalilnya. Mirip seperti dengan kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd. Bedanya, pada kitab ini selalu ada tarjih. 

Ikut Al Quran dan Sunnah Pemahaman Siapa? 

Pada umumnya komunitas Salafi, adalah kembali kepada Al Quran dan Sunnah menurut penafsiran ulama panutan, seperti Syaikh Bin Baz, Bin Utsaimin, hingga Al Bani. 

Kenapa selalu merujuk kepada 3 ulama ini? 

Karena 3 ulama ini punya karya yang sangat banyak, mulai buku, rekaman ceramah, hingga fatwa-fatwa yang dicetak dan di sebar ke seluruh negeri. 

Trio ulama ini memiliki ide pemurnian yang mirip, meskipun tidak sama persis.

Syaikh Bin Baz seorang ulama yang cenderung kepada pendapat ahli hadits, Syaikh Bin Utsaimin cenderung kepada fuqaha, sedangkan Syaikh Al Albani sering mengikuti jalan para muhadditsin dan ahli dzahir. 

Para ulama panutan ini, dan juga lembaga-lembaga yang menganjurkan kepada Al Quran dan Sunnah, mengajarkan ilmu ushul fikih, fikih, tafsir, hadits, dan perangkat lainnya sebagai wasilah untuk beristinbath. 

Lembaga-lembaga yang dikenal mengajarkan motto ini pun sangat banyak melahirkan orang-orang yang alim dalam din ini. 

Lembaga tarjih pada ormas atau pesantren-pesantren salafi, itu banyak dari mereka yang hebat dalam urusan fikih. 

Jika ada satu dua orang yang menabrak pendapat mayoritas umat Islam dengan alasan penerapan slogannya yang salah, ya itu kurang tepat. 

Jika ada satu atau dua orang yang keliru beristinbath, karena alasan slogan kembali kepada Al Quran dan Sunnah, ya salahkan orangnya, bukan salahkan slogannya. 

Selama ini, yang saya ketahui, tidak ada yang mengartikan kembali Al Quran dan Sunnah itu sesuai dengan pemahaman sendiri. 

Yang ada, adalah kembali kepada Al Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman ulama Salaf atau ulama yang terpercaya.
Ustadz budi marta saudin