Jumat, 28 Februari 2025

Kapan Wajib Memulai Puasa Ramadan?

📖 Kitab Puasa – Pelajaran Kedua 📖

🌙 Kapan Wajib Memulai Puasa Ramadan?

✅ Menurut madzhab Hanbali, puasa Ramadan wajib dilakukan ketika hilal terlihat, berdasarkan hadis:
📜 "Berpuasalah kalian karena melihat hilal." (Muttafaq ‘alaih).

✅ Tiga cara penetapan awal Ramadan:
1️⃣ Melihat hilal secara langsung.
2️⃣ Melengkapi bulan Sya’ban menjadi 30 hari (istikmal).
3️⃣ Kesaksian satu orang muslim yang adil tentang melihat hilal.

🔹 Makna "Hilal": Cahaya bulan sabit yang muncul di malam pertama, kedua, dan ketiga bulan hijriyah. Setelah itu disebut "qamar" (bulan).

📝 Syarat Sahnya Rukyatul Hilal
📌 Hilal harus terlihat setelah matahari terbenam.
📌 Jika terlihat sebelum maghrib, tidak dianggap sebagai awal bulan Ramadan.

💡 Kesimpulan:
✔️ Puasa Ramadan diwajibkan berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, dan Ijma’.
✔️ Waktu puasa ditentukan dengan rukyatul hilal atau istikmal.
✔️ Rukyatul hilal harus terjadi setelah matahari terbenam agar sah secara syariat.

📌 Semoga Allah memudahkan kita dalam memahami ilmu fiqih puasa! 🤲✨

🌙 Ketika Hilal Terlihat, Maka Kewajiban Puasa Berlaku untuk Semua Umat Islam

✅ Jika hilal Ramadan terlihat di suatu tempat, maka seluruh umat Islam wajib berpuasa, meskipun berbeda lokasi dan waktu terbitnya bulan (ikhtilāf al-maṭāli‘).
📜 "Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal)." (Muttafaq ‘alaih).

💠 Pendapat Ulama:
🔹 Madzhab Hanbali: Jika hilal terlihat di suatu negara, maka semua umat Islam di dunia harus berpuasa.
🔹 Pendapat Ibnu Taimiyyah: Kewajiban puasa hanya berlaku bagi penduduk negara yang melihat hilal dan daerah yang dekat dengannya.

☁️ Jika Hilal Terhalang Awan atau Debu?

✅ Jika penduduk suatu daerah terhalang melihat hilal karena awan atau debu pada malam ke-30 Sya‘ban, mereka tetap wajib berpuasa.

🔹 Makna Istilah:
☁️ Awan (الغيم) = kumpulan uap air di langit.
🌫 Debu (القتر) = partikel kecil yang menghalangi pandangan ke langit.

💡 Catatan:
📌 Ini adalah pendapat khusus Madzhab Hanbali, berbeda dengan madzhab lainnya.

🌙 Berpuasa sebagai Bentuk Ihtiyāt (Kehati-hatian)

✅ Puasa dilakukan sebagai bentuk ihtiyāt (kehati-hatian) dengan niat:
📜 "Jika ini Ramadan, maka ini puasaku."

📜 Hadis Nabi ﷺ:
"Jika kalian melihatnya (hilal), maka berpuasalah, dan jika kalian tidak melihatnya karena tertutup awan, maka sempurnakan (bulan Sya‘ban) menjadi 30 hari." (Muttafaq ‘alaih).

🔹 Pendapat Ibnu Umar: Jika langit berawan atau berdebu, beliau tetap berpuasa di hari ke-30 Sya‘ban.
📌 Karena ihtiyāt, hari tersebut dihukumi Ramadan meskipun belum ada kepastian.

✅ Konsekuensi Jika Ternyata Itu Ramadan:
✔️ Jika kemudian terbukti bahwa hari tersebut memang Ramadan, maka puasa sudah sah dan mencukupi.
✔️ Salat Tarawih dianjurkan pada malam itu, jika keputusan puasa telah dibuat.
🚫 Namun, hukum-hukum lain Ramadan tidak langsung berlaku, seperti:
1️⃣ Talak yang digantung pada Ramadan (misalnya: "Jika masuk Ramadan, maka engkau tertalak.").
2️⃣ Pembebasan budak yang digantung pada Ramadan.
3️⃣ Jatuh tempo utang yang ditentukan pada Ramadan.

📌 Kesimpulan:
✅ Jika hilal terlihat, semua umat Islam harus berpuasa, meskipun berbeda tempat.
✅ Jika langit berawan/debu, Mu’tamad Madzhab Hanbali mewajibkan puasa ihtiyāt pada hari ke-30 Sya‘ban.
✅ Jika kemudian terbukti bahwa itu Ramadan, maka puasa sudah sah dan tarawih tetap dianjurkan.
✅ Namun, hukum Ramadan lainnya tidak langsung berlaku.

💡 Semoga Allah memberikan kita pemahaman yang benar dalam ilmu fiqih puasa! 🤲✨