Dr. Abdul Aziz Asy-Syayi’
Kemarin, saya memimpin ujian disertasi doktoral di Universitas Islam Madinah - semoga Allah menjaganya - yang khusus membahas tentang *'ilal* (cacat-cacat dalam hadis).
Disertasi ini sangat luar biasa dan istimewa, jarang ada yang sebanding.
Peneliti telah melakukan penelitian yang mendalam, mengkaji dengan teliti, dan menguasai materinya dengan baik.
Pada ujian tersebut, hadir dua syaikh yang mulia dan dua profesor terhormat yang ahli dan berpengalaman di bidangnya:
1. Prof. Dr. Wail Dakhil
2. Dr. Khalid Ats-Tsubaiti.
Saya menyarankan kepada peneliti untuk memberi judul disertasinya:
شواهد الحديث المعلة مرتبة على أبواب الفقه
"Syawahid Hadis yang Bermasalah, Disusun Menurut Bab-Bab Fikih",
karena syawahid hadis (penguat-penguat hadis) secara umum terbagi menjadi tiga kategori:
1. Syawahid yang dianggap sahih, diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya dan diakui.
2. Syawahid yang tidak dianggap sahih, diriwayatkan oleh perawi yang ditinggalkan atau tertuduh.
3. Syawahid yang bermasalah, disebabkan oleh kesalahan-kesalahan perawi lemah yang membuat satu hadis terlihat seperti beberapa hadis.
Inilah yang menjadi fokus penelitian disertasi ini.
Saya juga menyarankan agar beberapa hadis dalam disertasi ini dipublikasikan secara terpisah, seperti hadis Busrah binti Shafwan tentang wudhu, yang telah dikaji cacat-cacatnya dalam 40 halaman.
Salah satu kontribusi penting dari penelitian ini adalah membantah anggapan bahwa ada syawahid yang dapat menguatkan suatu hadis, padahal sebenarnya itu adalah hasil kesalahan perawi lemah.
Mahasiswa ini berasal dari Indonesia, dengan keturunan Hadhramaut.
Kakeknya berpindah dari Hadhramaut dan menetap di Indonesia.
Saya bertanya kepadanya,
"Apakah kamu tidak merindukan tanah leluhurmu?"
Dia menjawab,
"Saya tidak mengingatnya. Tanah air saya sekarang, dan tanah air ayah saya, adalah Indonesia. Kakek sayalah yang merindukan Hadhramaut!"
Ayahnya hadir dari Indonesia. Dia tidak memahami bahasa Arab dan tidak mengerti apa yang kami bicarakan.
Dia datang hanya untuk menyaksikan kebahagiaan anaknya dan kebahagiaan para hadirin atas prestasinya.
Mahasiswa ini meraih predikat *cum laude* (Mumtaz) tingkat pertama, dan dia memang layak untuk itu.
Suasana saat itu indah dan hujan turun di Thaibah (Madinah) yang mulia - semoga shalawat dan salam terbaik tercurah kepada penghuninya (Nabi Muhammad ﷺ).