Selasa, 04 Februari 2025

Kritik Imam al-‘Alṭsī (w. 634 H) terhadap Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi (w. 597 H): Perspektif Hanbali atas Daf‘u Syubah al-Tasybih

Kritik Imam al-‘Alṭsī (w. 634 H) terhadap Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi (w. 597 H): Perspektif Hanbali atas Daf‘u Syubah al-Tasybih

Imam al-‘Alṭsī adalah salah satu ulama besar dalam mazhab Hanbali yang dikenal dengan keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran dan menolak kemungkaran, bahkan terhadap penguasa seperti Khalifah al-Nāṣir maupun tokoh-tokoh lain di bawahnya. Dalam sebuah risalah yang ia tujukan kepada Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi, ia mengkritik beberapa pernyataan dalam kitab Daf‘u Syubahi at-Tasybih, yang dianggap menyimpang dari prinsip-prinsip mazhab Hanbali. Risalah ini kemudian dinukil oleh Imam Ibn Rajab dalam Dzail Ṭabaqāt al-Ḥanābilah.

Kritik terhadap Sikap Ibn al-Jauzi dalam Menyikapi Ulama Hanbali

Salah satu aspek utama dalam kritik Imam al-‘Alṭsī adalah keberatannya terhadap cara Ibn al-Jauzi mencela para ulama Hanbali terdahulu secara tidak proporsional. Ia menegur Ibn al-Jauzi dengan ungkapan berikut:

وأنت يا عبد الرحمن، فما يزال يبلغ عنك ويسمع منك، ويشاهد في كتبك المسموعة عليك، تذكر كثيراً ممن كان قبلك من العلماء بالخطأ، اعتقاداً منك: أنك تصدع بالحق من غير محاباة…

“Dan engkau, wahai ‘Abd al-Raḥmān, telah banyak dinukil kabar tentangmu dan terdengar ucapan-ucapanmu, serta tertulis dalam kitab-kitab yang diriwayatkan darimu, bahwa engkau sering menyebut kesalahan para ulama sebelum engkau. Engkau mengira bahwa tindakanmu ini adalah bentuk keberanian dalam menyuarakan kebenaran tanpa keberpihakan...”

Imam al-‘Alṭsī juga mengkritik sikap tidak konsisten Ibn al-Jauzi dalam menilai Ibn ‘Aqil:

 إذا أردت: كان ابن عقيل العالم، وإذا أردت: صار لا يفهم، أوهيت مقالته لما أردت..

"Ketika engkau menginginkan, engkau menyebut Ibn ‘Aqil sebagai seorang ‘alim (ulama besar). Namun, ketika engkau ingin merendahkannya, engkau mengklaim bahwa ia tidak memahami perkara. Engkau meruntuhkan pendapatnya sesuai dengan kehendakmu."

Selain itu, ia memperingatkan agar Ibn al-Jauzi tidak meremehkan otoritas para ulama yang darinya ia mendapatkan ilmu:

من كان فلان، ومن كان فلان. من الأئمة الذين وصل العلم إليك عنهم، من أنت إذاً؟ فلقد استراح من خاف مقام ربه.

"Siapakah Fulan? Siapakah Fulan? (yakni, para ulama yang engkau kritik). Mereka adalah para imam yang melalui merekalah ilmu sampai kepadamu. Maka, siapakah engkau jika dibandingkan dengan mereka? Sesungguhnya, orang yang takut akan kedudukan Rabb-nya telah memperoleh ketenangan."

Kritik terhadap Metodologi Ibn al-Jauzi dalam Memahami Sifat-Sifat Allah

Dalam kritik terhadap metodologi Ibn al-Jauzi terkait sifat-sifat Allah, Imam al-‘Alṭsī menekankan bahwa pendekatan yang diambil oleh Ibn al-Jauzi dalam melakukan takwil bertentangan dengan metodologi yang dianut oleh para ulama Hanbali. Ia menulis:

وتدعي أن الأصحاب خلطوا في الصفات، فقد قبحت أكثر منهم، وما وسعتك السنة. فاتق الله سبحانه. ولا تتكلم فيه برأيك فهذا خبر غيب، لا يسمع إلا من الرسول المعصوم، فقد نصبتم حرباً للأحاديث الصحيحة. والذين نقلوها نقلوا شرائع الإسلام..

“Engkau mengklaim bahwa para ulama mazhab telah mencampuradukkan pemahaman tentang sifat-sifat Allah, padahal engkau sendiri lebih banyak melakukan kekeliruan dibandingkan mereka. Sunnah tidak cukup bagimu. Maka, bertakwalah kepada Allah ﷻ, dan janganlah engkau berbicara dalam perkara ini berdasarkan pendapat pribadimu, karena ini adalah perkara gaib yang hanya bisa diketahui melalui Rasul yang maksum. Sungguh, kalian telah memerangi hadis-hadis sahih! Orang-orang yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut adalah mereka yang juga membawa syariat Islam...”

Lebih jauh, ia memperingatkan agar Ibn al-Jauzi tidak menisbatkan metode takwilnya kepada mazhab Hanbali:

وإذا تأولت الصفات على اللغة، وسوغته لنفسك، وأبيت النصيحة، فليس هو مذهب الإمام الكبير أحمد بن حنبل قدس الله روحه، فلا يمكنك الانتساب إليه بهذا، فاختر لنفسك مذهباً، إن مكنت من ذلك، وما زال أصحابنا يجهرون بصريح الحق في كل وقت ولو ضُربوا بالسيوف، لا يخافون في الله لومة لائم.

“Jika engkau menakwilkan sifat-sifat Allah berdasarkan bahasa semata, serta membolehkannya bagi dirimu sendiri, dan enggan menerima nasihat, maka ketahuilah bahwa ini bukanlah mazhab Imam besar Ahmad bin Hanbal – semoga Allah mensucikan ruhnya. Maka, engkau tidak dapat menisbatkan diri kepadanya dalam hal ini. Pilihlah mazhab lain jika engkau mampu, karena ulama kami senantiasa menegaskan kebenaran dengan gamblang dalam setiap masa, meskipun mereka harus ditebas dengan pedang. Mereka tidak takut celaan orang dalam menegakkan agama Allah.”

Penukilan kritik ini bukan dimaksudkan untuk merendahkan kedudukan Ibn al-Jauzi—seorang ulama besar yang tetap dihormati—melainkan untuk menjelaskan bagaimana para ulama Hanbali pada zamannya menanggapi pendapatnya yang dianggap menyimpang dari metodologi mazhab. Kritik ini juga memberikan gambaran bahwa dalam tradisi Hanbali, terdapat mekanisme ilmiah dalam menilai dan menyeleksi pendapat yang sesuai dengan prinsip-prinsip mazhab.

Lebih dari itu, kritik ini juga relevan dalam konteks perdebatan kontemporer. Sebagaimana sebagian pihak berusaha menjadikan pandangan Ibn al-Jauzi sebagai representasi otoritatif mazhab Hanbali, sebagian yang lain juga sering menjadikan pandangan Ibn Taymiyah sebagai standar yang mengikat mazhab ini. Padahal, dalam kedua kasus tersebut, pendekatan semacam ini mengabaikan kompleksitas internal dalam mazhab Hanbali itu sendiri.

Kritik Imam al-‘Alṭsī terhadap Ibn al-Jauzi di atas menunjukkan adanya mekanisme akademik dalam mazhab Hanbali untuk menjaga konsistensi metodologi mazhab. Perdebatan ini juga mencerminkan bahwa mazhab Hanbali memiliki prinsip-prinsip yang jelas dalam menyusun dan menyaring pendapat yang diakui sebagai bagian dari mazhab. Oleh karena itu, setiap upaya untuk menjadikan satu individu sebagai representasi tunggal mazhab harus dikaji ulang dengan pendekatan yang lebih holistik dan berbasis pada sumber primer yang otoritatif.

#hanbaliakidah #akidah #hanabilah #atsariyah #ahlussunnahwaljamaah #muktamadhanbali #akidahmuktamad
Hanabilah nusantara 
https://www.facebook.com/share/p/169TfBLyHx/