Kamis, 20 Februari 2025

majelis kitab Umdatul Fiqh-nya Ibnu Qudamah yang diampu oleh syaikh Prof. Khalid al-Musyaiqih, saya bertanya kepada beliau, “apakah dana riba boleh dibagikan kepada penuntut ilmu?.”

Beberapa hari yang lalu, usai majelis kitab Umdatul Fiqh-nya Ibnu Qudamah yang diampu oleh syaikh Prof. Khalid al-Musyaiqih, saya bertanya kepada beliau, “apakah dana riba boleh dibagikan kepada penuntut ilmu?.”

Beliau menjawab: “boleh.”

Semalam, pertanyaan serupa saya ajukan kepada syaikh Sami Shuqair usai majelis beliau di masjid Nabawi yang membahas kitab Shiyam dalam Manhaj as-Salikin. Murid senior syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin sekaligus pengurus tim editor karya syaikh Ibnu Utsaimin itu menjawab: “Ma fi ba’ts (tidak mengapa)”

Jadi dana riba yang didapat seseorang baik karena berinteraksi dengan bank atau non-bank haruslah dibuang, jika memang ia tahu bhw interaksi tersebut sebelumnya haram. Dana tersebut dibuang/dibersihkan namun bukan dalam rangka sedekah. Objek pemberian dana tsb, bukan dikembalikan ke bank, bisa kepada orang miskin dan penuntut ilmu, atau pihak lain. Peruntukannya tidak hanya terbatas pada fasilitas umum. Dana tsb bukan haram dzat tapi haram cara mendapatkan. Tidak boleh dimakan untuk diri sendiri.

Btw, terkait peruntukan dana riba kepada orang miskin, syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:

‎أما ما أعطاك البنك من الربح، فلا ترده على البنك ولا تأكله، بل اصرفه في وجوه البر؛ كالصدقة على الفقراء، وإصلاح دورات المياه، ومساعدة الغرماء العاجزين عن قضاء ديونهم، وعليك التوبة من ذلك.

“Bunga yang diberikan bank kepada Anda maka jangan kembalikan ke bank dan jangan Anda makan. Arahkan bunga tsb untuk jalur kebaikan seperti sedekah utk orang miskin, perbaikan toilet, membantu orang berhutang yang tidak mampu bayar hutang -dan lain-lain-. Anda juga harus taubat terkait riba tsb.”
_____
Madinah, Kamis pagi.

*Foto majelis Prof. Khalid al-Musyaiqih (Meminjam foto akhuna ustadz Muhammad Taufiq)
Di share oleh ustadz yani fahriansyah