Dari namanya saja, 'bucin' itu sudah tidak bagus. Budak cinta. Diperbudak oleh cinta, atau oleh yang dicintai, atau memperbudak diri atas nama cinta. Ini biasanya ada pelanggaran syariat di dalamnya dan merupakan suatu penyakit hati. Karena rela menundukkan diri di hadapan cinta, yang lebih tepatnya disebut hawa nafsu. Bisa terlihat indikasinya di tidak berdayanya mencegah jika yang dicintainya berbuat pelanggaran. Lebih takut ditinggal atau diomeli pihak yang dicinta daripada takut makin jauh pada Allah Ta'ala.
Al-Maqrizy rahimahullah dalam Tajrid at-Tauhid al-Mufid menyebutkan bahwa sebenarnya para penyembah berhala itu mereka menyembah hawa nafsu. Begitu pula para bucin. Rela berbuat walau melanggar, atau rela diam walau partner bucinnya melanggar, dan rela menjatuhkan martabatnya demi ridha partnernya. Semua ini ada faktor memperbudak diri pada hawa nafsu dengan nisbat yang berbeda-beda, sesuai kadar bucinnya.
Jika iya kita terjebak dalam hal ini, meskipun sepasang suami istri, maka coba kita muhasabah. Bucin itu boleh jadi adalah hukuman atas maksiat sebelummya yang hanya Allah yang tahu.
Ibnul Jauzy rahimahullah berkata:
Aku melihat sebagian orang yang ketika sedang bersendiri tidak begitu merisaukan (takut) terhadap pengawasan Allah kepadanya, sehingga Allah pun menghapus nama baiknya (ditengah-tengah manusia). Meskipun mereka ada di tengah-tengah kita, rasanya seperti mereka telah tiada. Mata tidak enak memandangnya dan hati tidak pula merindukannya.” [Shaid al-Khathir]
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun." [Al-Baqarah: 235]
Maka, dengarkan nasehat orang-orang yang mencintaimu, bukan memperbudak diri pada yang belum tentu.
Ustadz hasan al jaizy
https://www.facebook.com/share/p/15Uw2oY97k/