Jumat, 05 April 2024

Mukmin itu bersaudara...

Syaikh 'Aliy namanya. Berkenalan sebentar dengannya. Ketika saya membeli pisang sekilo tetiba ia langsung merangsek ke penjual. Menyuruh penjual itu memberikan 3 kilo pada saya. Majjaanan, gratis ia bayari. Saya dilarang mengeluarkan uang.

Sebenarnya bukan aji mumpung, tapi memang bukan cuma pisang yang saya butuhkan, melainkan jeruk juga. Maka saya menawar jeruk juga sekilo. Maka kembali dengan sigap Syaikh 'Aliy memasukkan jeruk-jeruk itu ke dalam kresek. Sekira 3 kiloan juga. Kemudian ia membayari lagi. Dan kembali saya dilarang mengeluarkan uang untuk itu. Hehe

MaaSyaaAllah, Ahlu Makkah, kalau baik tentu bak para Shahabat Muhajirin...

========================
Ibrahim namanya. Ia dari Oman. Anak ke-8 dari 13 bersaudara. Umrah sendirian via pesawat selama 3 jam dari negerinya itu. Sengaja ia tak mengajak ibunya, sebab ia tahu di malam 27 itu puncak tumpah ruahnya para Dhuyufurrahmaan. Ia khawatir ibunya terjepit disana-sini. Ketika saya tanya kerja sebagai apa, ia menjawab sebagai Askar Bihariyyah (Tentara Angkatan Laut).

Ketika mendekati ifthar, sebagian orang berdesakan mengambil Zam-Zam yang disediakan para Mutathawwi'. Daripada zhalim sama tamu Allah yang lainnya, saya lebih memilih mengalah dan tidak ikut memaksa mengambil Zam-Zam.

Melihat saya kembali dengan tangan hampa, Ibrahim langsung bertanya kenapa? Tentu saya jawab, saya tak mau berebut dan zhalim pada tamu Allah lainnya. Maka dengan sekejap ia mengambil botol minum saya, ia merangsek dengan cepat tanpa desakan berarti. Mungkin karena ia Askar, terbiasa bergerak cepat tanpa harus desakan. Ia pun berhasil membawakan untuk saya sebotol Zam Zam yang menyegarkan.

Ketika Ifthar masuk, ia memberikan sepotong roti yang mahal dan enak pada saya, serta kurma Oman yang hitam manis itu...

MaaSyaaAllah. Mukmin itu bersaudara...

=============================
Namanya 'Aliy. Dari Aljazair. Kami bersebelahan di Roof Top, sekitaran Mathaaf. Panas membaha kala itu, sekira 38°C di Mekkah. Saya masuk ke bawah naungan dan bertemu dia. Bisa duduk bersebelahan karena ia memberikan sedikit tempatnya untuk saya. Alhamdulillah.

Ia bertanya jumlah penduduk Indonesia. Tentu saya jawab 270 jutaan kira-kira. Ia tercengang dengan banyaknya. Ia kembali bertanya apakah mayoritsnya muslim, saya jawab tentu. Tapi saya jelaskan bahwa kebanyakan kami dari kalangan menengah ke bawah secara ekonomi. Mendengar hal itu ia mengingatkan saya dengan ayat-ayat awal Al Baqarah; Al Quran yang tiada keraguan di dalamnya ini menjelaskan bahwa kaum mukminin yang beriman pada yang ghaib, mendirikan shalat, menginfaqkan sebagian rizqi, beriman pada Alquran dan kitab-kitab sebelumnya, serta yakin akan kehidupan akhirat, itulah yang Allah beri petunjuk dan beruntung (sukses). Maka kita kaum muslimin ini, meski strata ekonomi rendah, tetaplah orang yang beruntung dan akan memasuki surga Allah 'Azza wa Jalla.

MaaSyaaAllah, tambahan faedah darinya. Sederhana tapi ngena...

===================
Wallah...
Kaum muslimin itu bak satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, yang lain merasakan sakit pula. Jika ada kotoran menempel di anggota tubuh, maka tangan segera membersihkannya dan tak membiarkannya. Jika ada anggota tubuh membutuhkan bantuan, maka anggota tubuh yang bisa membantunya akan segera bergerak membantunya...

Maka jaga betul ukhuwwah itu dengan Tali Allah yang kuat (Alquran dan Sunnah). Jangan mencoba mencerai-beraikan ikatan yang kuat itu. Jangan menghasut, jangan mendengki, jangan menjatuhkan kehormatan, jangan mengghibahi, jangan asal menuduh, jangan mengadu domba, dsb. Ingat, jika adu domba saja sudah cukup membuat seseorang diadzab di kubur, bagaimana jika ia menggabungkan semua sifat perusak ukhuwwah di atas? 'Iyaadzan billaah...

Al 'Aziziyyah, Mekkah Al Mukarramah, 27 Ramadhan 1445 H...

—Abu Hazim Mochamad Teguh Azhar, MA.—