#DaurahSyar_iyyah_Batu_23
#FawaidDaurah
#STAI_Ali_bin_Abi_Tholib
Bagian Ketiga
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi
Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan diawal penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:
فالتزم التخلص من كل ما يشوب نيتك في صدق الطلب؛ كحب الظهور، والتفوق على الأقران، وجعله سلماً لأغراض وأعراض، من جاه، أو مال، أو تعظيم، أو سمعة، أو طلب محمدة، أو صرف وجوه الناس إليك، فإن هذه وأمثالها إذا شابت النية، أفسدتها، وذهبت بركة العلم، ولهذا يتعين عليك أن تحمى نيتك من شوب الإرادة لغير الله تعالى، بل وتحمى الحمى
Wajib atasmu untuk senantiasa menjauhkan diri dari berbagai hal yang mengotori niatmu dalam pencarian yang sejati, seperti keinginan untuk terke- nal, mengungguli rekan, menjadikannya sebagai tangga untuk meraih tujuan-tujuan duniawi seperti harta, kedu- dukan, penghormatan, popularitas, mencari pujian dan menjadi pusat perhatian manusia. Semua itu, jika menem- pel pada niat mencari ilmu, niscaya ia akan menghancur- kannya, menghilangkan keberkahan ilmu. Karena itu, wajib atasmu untuk selalu menjaga niatmu dari tujuan lain selain Allah Subhanahu wa ta'ala serta menjaga hal-hal lain yang berkaitan dengannya.
وللعلماء في هذا أقوال ومواقف بينت طرفاً منها في المبحث الأول من كتاب "التعالم"، ويزاد عليه نهى العلماء عن "الطبوليات"، وهى المسائل التي يراد بها الشهرة.
Banyak sekali pernyataan dan komentar para ulama dalam hal ini. Sebagian telah kami jelaskan dalam bab pertama buku al-Taalim (yaitu kitab التعالم وأثره على الفكر والكتاب at-Ta’aalum wa Atsaruhu ‘alal Fikri wall Kitaab – tulisan Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah), ditambah dengan larangan para ulama akan bahaya thubuliyyat, yaitu sebuah permisalan dalam persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketenaran dan popularitas.
وقد قيل: "زلة العالم مضروب لها الطبل"
Dikatakan: "tergelincirnya orang berilmu karena bunyi gendang."
Dikatakan seperti thobl gendang karena kesalahan sedikit saja bisa menjadi tersebar meledak dan populer viral dikalangan orang awam.
وعن سفيان رحمه الله تعالى أنه قال:
"كنت أوتيت فهم القرآن، فلما قبلت الصرة، سلبته"
Dari Sufyan ats-Tsaury (wafat 161 H) rahimahullah, ia berkata, "aku telah dianuge rahi pemahaman Al-Quran, akan tetapi, saat aku menerima shurrah (kepopuleran) dari penguasa, hilanglah pamahamanku.""
فاستمسك رحمك الله تعالى بالعروة الوثقى العاصمة من هذه الشوائب؛ بأن تكون - مع بذل الجهد في الإخلاص - شديد الخوف من نواقضه، عظيم الافتقار والالتجاء إليه سبحانه.
ويؤثر عن سفيان بن سعيد الثوري رحمه الله تعالى قوله: "ما عالجت شيئاً أشد على من نيتي"
Berpegangteguhlah kamu, niscaya kamu akan dirahmati Allah dengan tali yang kuat untuk menghadapi hal ini.
Seiring dengan pengerahan segala kemampuan untuk me- murnikan niat, harus ada pula rasa takut akan terjadinya hal-hal yang menghancurkan niat, rasa ketergantungan yang luar biasa terhadap rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. Diriwayatkan bahwa Sufyan bin Sa’id ats-Tsauriy rahimahullah juga pernah berkata, "Tidak ada sesuatu yang lebih dahsyat untuk aku obati kecuali niatku sendiri.""
وعن عمر بن ذر أنه قال لوالده "يا أبي! مالك إذا وعظت الناس أخذهم البكاء، وإذا وعظهم غيرك لا يبكون؟ فقال: يا بنى! ليست النائحة الثكلى مثل النائحة المستأجرة
Dari Umar bin Dzarr, bahwa ia berkata kepada ayahnya, "Wahai Ayah, mengapa jika engkau menasehati manusia, mereka selalu menangis, semantara jika orang lain menasehati mereka, mereka tidak menangis?" Ia menjawab, "Wahai anakku, ratapan orang yang menderita sangat berbeda dengan ratapan perempuan yang diupah."
Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
لا نجاح لك في اي امر اذا لم تكن مستحبة رأسه أي شيء ليس رأسه المحبة لا تنتهي
Kamu tidak akan sukses dalam hal apapun jika kamu tidak melandasinya dengan cinta, apapun yang bukan dilandasi karena Cinta tidak akan pernah ada habisnya.
اساس النجاح في كل شيء ثلاث كلمات ، حب وخوف ورجاء، هذا بالطائر قالوا رأسه المحبة وجناحاه الخوف والرجاء
فلا يطير الطائر الا بهذه الثلاثة
"Asas kesuksesan dalam segala sesuatu bisa diraih dengan tiga hal:
1. Al-Hubbu (cinta), 2. Ar-Khauf (takut), 3. Ar-Raja' (harap)
Ketiga hal ini ibarat burung. Yang pertama cinta ibarat kepalanya, sedangkan yang kedua rasa takut dan ketiga raja’ adalah ibarat sayapnya."
فلا يطير الطائر الا بهذه الثلاثة
Maka tidak akan mungkin burung terbang kecuali dengan Ketiga komponen tersebut.
الخصلة الجامعة لخيري الدنيا والآخرة ومحبة الله تعالى ومحبة رسوله صلى الله عليه وسلم وتحقيقها بتمحض المتابعة وقفوا الأسر للمعصوم. قال الله تعالى: (قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم)
Sifat yang bisa menyatukan kebahagiaan dunia dan akhirat adalah kecintaan terhadap Allah, kecintaan terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan merealisasikannya dengan perilaku mutaba'ah dan mengikuti semua jejak langkahnya. Allah berfirman, "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31)
وبالجملة؛ فهذا أصل هذه "الحلية"، ويقعان منها موقع التاج من الحلة. فيا أيها الطلاب! ها أنتم هؤلاء تربعتم للدرس، وتعلقتم بأنفس علق (طلب العلم) ، فأوصيكم ونفسي بتقوى الله تعالى في السر والعلانية، فهي العدة، وهى مهبط الفضائل، ومتنزل المحامد، وهى مبعث القوة، ومعراج السمو، والرابط الوثيق على القلوب عن الفتن، فلا تفرطوا
Secara umum, inilah dua pokok etika (kecintaan kepada Allah – ikhlas dan kecintaan kepada Rasulullah ﷺ -mutaba’ah), keduanya ibarat mahkota dalam pakaian kemegahan. Wahai para pencari ilmu, inilah kalian yang tumbuh untuk belajar dan ber- hubungan dengan sesuatu yang paling berharga -mencari ilmu-. Aku berwasiat, khusus bagi diriku sendiri, dan bagi kalian semua, agar selalu bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan, takwa adalah bekal, ia adalah tempat turunnya semua keutamaan. Ia adalah hal yang mengalirkan segala pujian, ia adalah sumber kekuatan, tangga menuju keluhuran, tali yang mengikat hati agar tidak tersungkur kedalam fitnah. Maka, janganlah kalian meremehkannya.
Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ ﴿الأنفال : ۲۹﴾
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)
apa makna memberikan furqan kepadamu? Yaitu kalian akan dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Apakah hanya dengan taqwa saja sudah otomatis bisa masuk kedalam makna furqon? Maka taqwa itu harus disertai dengan ilmu. Hanya taqwa saja tanpa ilmu maka akan bisa mengantarkan kepada kejahilan dan tidak bermanfaat, maka engkau harus mengikat taqwa dengan ilmu. Maka Allah akan menjadikanmu mendapatkan furqon yang akan menghapuskan dan mengampuni berbagai dosa.
فاذا غفر الله للعبد فتح عليه ابواب المعرفة
Maka jika Allah telah mengampuni bagi seorang hamba maka Allah akan membukakan baginya berbagai pintu pengetahuan.
Bagian Kedua dari Pasal Pertama:
كن على جادة السلف الصالح:
كن سلفياً على الجادة، طريق السلف الصالح من الصحابة رضى الله عنهم، فمن بعدهم ممن قفا أثرهم في جميع أبواب الدين، من التوحيد، والعبادات، ونحوها، متميزاً بالتزام آثار رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وتوظيف السنن على نفسك، وترك الجدال، والمراء، والخوض في علم الكلام، وما يجلب الآثام، ويصد عن الشرع.
2. Jadilah seorang yang mengikuti Pemahaman Salafus Sholih
Jadilah seorang bermanhaj salaf sejati. Ikutilah jalan me reka dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam seluruh bidang agama; baik tauhid, ibadah, dan sebagainya, yang berciri khas mengikuti jejak-jejak Rasulullah ﷺ, membiasakan diri mengikuti sunnah, meninggalkan perdebatan dan perseteruan kosong, meninggalkan pergelutan dalam ilmu kalam dan Akhlak Pencari Ilmu segala hal yang menarik datangnya dosa dan menyimpang dari syariat.
Inilah hal yang paling penting, yaitu wajibnya menetapi, jalan salafussaleh dalam berbagai bidang agama, seperti tauhid, ibadah, muamalah dan sebagainya. Demikian pula meninggal perdebatan dan perseteruan yang tidak ada gunanya, karena keduanya akan menutupi jalan menuju kebenaran.
قال الذهبي رحمه الله تعالى:
"وصح عن الدارقطني أنه قال: ما شيء أبغض إلي من علم الكلام. قلت: لم يدخل الرجل أبداُ في علم الكلام ولا الجدال، ولا خاض في ذلك، بل كان سلفياً" اهـ
Imam Dzahabi rahimahullah (wafat 748 H) berkata, "diriwayatkan dari Al-Daruquthni secara shahih bahwa ia berkata, "tidak ada sesuatu yang paling aku benci kecuali ilmu kalam. Aku berkata: tidak akan ada orang yang masuk dan mendalami ilmu kalam, berdebat dan berselisih di dalamnya, padahal ia adalah seorang salaf,"
_________
Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
أسمه يدل على معناه
Imam adz-Dzahabi rahimahullah yang wafat tahun 748 H, ketika membicarakan biografi Imam ad-Daruquthni rahimahullah yang wafat tahun 385 H.
Nama lengkap Beliau adalah Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin an-Nu'man bin Dinar bin Abdullah al-Baghdadi atau lebih dikenal dengan ad-Daruquthni lahir di Dar al-Quthn, Bagdad, Irak,
Disebutkan oleh Imam adz-Dzahahi, Imam ad-Daruquthni rahimahullah berkata:
Yang paling aku benci adalah ilmu kalam.
مَا شَيْءٌ أَبغضُ إِلَيَّ مِنْ عِلمِ الكَلَامِ
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata:
. قُلْتُ: لَمْ يَدْخلِ الرَّجُلُ أَبداً فِي علمِ الكَلَامِ وَلَا الجِدَالِ، وَلَا خَاضَ فِي ذَلِكَ، بَلْ كَانَ سلفيّاً، سَمِعَ هَذَا القَوْلَ مِنْهُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ
Imam ad-Daruquthni tidak pernah masuk kepada ilmu kalam maupun jidal (perdebatan), dan tidak pernah mendalami hal tersebut, bahkan beliau dikategorikan sebagai orang yang meneladani kaum salaf terdahulu, dan perkataan ini pernah didengar oleh Abu Abdirrahman as-Sulami (Nukilan dari Siyar A’lam an-Nubala).
Syaikh hafizhahullah mengambil penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin karena beliaulah yang telah menjelaskan kitab ini dengan detail dan komprehensif.
وهؤلاء هم (أهل السنة والجماعة) المتبعون آثار رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، وهم كما قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى : "وأهل السنة: نقاوة المسلمين، وهم خير الناس للناس" اهـ.
فالزم السبيل (ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله)
Mereka itulah ahli sunnah wal jamaah yang mengikuti je- jak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Me- reka itulah yang dikatakan Ibnu Taimiyyah rahimahullah, "Ahlussunnah adalah kaum muslimin terpilih, yang paling baik bagi kemaslahatan manusia." Maka, istiqamahlah dalam jalan ini, "dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya." (QS. Al-An'âm: 153)
Syaikh hafizhahullah menjelaskan
Subul disini adalah banyak jalan sebagaimana yang di jelaskan dalam hadits-hadits yang shohih sebagaimana hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat).
عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ الْهَوْزَنِيِّ عَبْدِ اللهِ بْنِ لُحَيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .
Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”
(HR. Abu Dawud no. 4597 dan Ahmad no. 16937, shohih Abi Dawud no. 4597).
Syaikh hafizhahullah menukilkan penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
Ada sebagian ulama kontemporer yang berkata bahwa ahlussunnah terbagi ke dalam dua bagian: mufawwidh dan muawwil. Mereka kemudian menjadikan kelompok Asy'ariyah dan Maturidiyah dan sejenisnya termasuk kelompok ahlussunnah muawwil. Sementara kaum Salafus Sholih mereka kategorikan sebagai ahlussunnah mufawwidh. Sungguh mereka telah keliru dalam memahami metode dan jalan kaum salaf, karena kaum salaf tidak menyerahkan makna secara mutlak.
Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah- berkata, "Perkataan tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Allah) termasuk ucapan terburuk ahli bid'ah dan ateis." Ia berargumen bahwa jika kita tidak mengetahui makna-makna khabar yang menjelaskan Allah baik sifat maupun nama-nama-Nya. Jika kita tidak tahu- maka kaum filosof akan datang kepada kita dan berkata, "Kalian bodoh, dan pada kamilah adanya ilmu." Lalu mereka berbicara apa pun yang mereka kehendaki. Mereka berkata, "Yang dimaksud dengan nash ini adalah ini dan itu." Dan sebagaimana diketahui bahwa memberikan makna terhadap nash jauh lebih baik daripada tawaqquf atau mengatakan bahwa nash itu tidak memiliki makna. Hati-hatilah dengan hal ini.
Semoga Allah menganugerahi kita aqidah yang sama dengan aqidah para imam yang empat.
Sebagaimana aqidah Imam Malik (wafat th. 179 H) rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab:
اْلإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ، وَمَا أَرَاكَ إِلاَّ ضَالاًّ.
“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali da-lam kesesatan.”
Karena orang yang bertanya tentang bagaimana istiwa. Maka orang tersebut dikeluarkan dari majlisnya Imam Malik rahimahullah.
Bersambung inSya Allah
Akhukum Zaki Rakhmawan Abu Usaid