Senin, 06 Maret 2023

Imam Abu Zakaria Al-Azdi (w. 334 H) rahmatullah ‘alayh menjelaskan tentang Biografi Imam Abul-Hasan Al-Asy’ari:

AL-ASY‘ARI MENYULUT API FITNAH

Imam Abu Zakaria Al-Azdi (w. 334 H) rahmatullah ‘alayh menjelaskan tentang Biografi Imam Abul-Hasan Al-Asy’ari:

ولد سنة ستين ومائتين، وتشاغل بالكلام، وكان على مذهب المعتزلة زمانا طويلا، ثم عن له مخالفتهم،
Al-Asy‘ari lahir tahun 260 H, mendalami Ilmu Kalam dan menganut Mazhab Muktazilah pada masa yang panjang, kemudian dia menyelisihi Mazhab Muktazilah tsb,

وأظهر مقالة خبطت عقائد الناس وأوجبت الفتن المتصلة، وكان الناس لا يختلفون في أن هذا المسموع كلام الله، وأنه نزل به جبريل عليه السلام على محمد صلى الله عليه وسلم،
(Lalu) Al-Asy‘ari memunculkan maqalah yang melabrak akidah umat serta menimbulkan fitnah berkepanjangan. Pada waktu itu, umat Islam tidak mempermasalahkan bahwa kalam yang masmu‘ itu adalah Kalam Allah, yang diturunkan melalui Jibril AS kepada Baginda Nabi SAW.

فالأئمة المعتمد عليهم قالوا أنه قديم، والمعتزلة قالوا هو مخلوق، فوافق الأشعري المعتزلة في أن هذا مخلوق، وقال: ليس هذا كلام الله، إنما كلام الله صفة قائمة بذاته، ما نزل ولا هو مما يسمع،
Pendapat yang muktamad menurut para imam (ahlusunah) adalah bahwa ia qadim, sedangkan Muktazilah berpendapat bahwa ia makhluk, dan Al-Asy‘ari menyepakati Muktazilah bahwa ia makhluk dan beretorika: Ini bukan Kalam Allah, akan tetapi Kalamullah adalah sifat yang berdiri sendiri dengan Zat-Nya, ia tidak diturunkan dan tidak pula Jibril mendengarnya.

زال منذ أظهر هذا خائفا على نفسه لخلافه أهل السنة، حتى أنه استجار بدار أبي الحسن التميمي حذرا من القتل، 
Sejak memunculkan pendapat ini Al-Asy‘ari terus menerus dihantui rasa takut dalam dirinya sendiri karena telah menyelisihi Ahlusunah, sehingga dia meminta bantuan perlindungan di rumah Abul-Hasan At-Tamimi karena takut dibunuh.

 ثم تبع أقوام من السلاطين مذهبه فتعصبوا له وكثر أتباعه حتى تركت الشافعية معتقد الشافعي رَضِيَ اللَّه عَنْهُ ودانوا بقول الأشعري
kemudian, beberapa golongan dari penguasa mengikuti mazhabnya (Al-Asy‘arī) hingga taasub padanya [dan bertambahlah pengikutnya], sehingga segolongan Syāfi‘iyyah meninggalkan akidah Asy-Syāfi‘ī raḍiyallāhu ‘anhu dan (memilih) ber-i‘tiqad dengan pemahaman Al-Asy‘arī. [Tarikh Al-Mawshil, 2/271-272]

Sekian dulu sedikit informasi dimomen rehat siang ini, kiranya apa hikmah yang bisa anda petik dari fakta sejarah tsb?

Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa