FOKUS PADA ISHLAH (PERBAIKAN) DIRI SENDIRI KEMUDIAN PERBAIKAN MASYARAKAT
Sesi 1 Dauroh Bersama Syaikh Prof. Dr. Ibrahim Ar-Ruhaily حفظه الله
Di salin oleh : Dr. A. Fuadi Ritonga M.Pd حفظه الله
Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah adalah kedudukan yang tinggi sehingga seseorang mendapatkan pahala yang besar, seperti disebutkan dalam hadits ;
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]
Seorang yang berdakwah diwajibkan menggunakan sumber rujukan dan referensinya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah serta ucapan salaful ummah. Wajib juga atasnya untuk mengingatkan umat agar waspada terhadap penyimpangan, baik itu disebabkan sikap ekstrim atau bermudah-mudahan dalam beragama.
Diantara sebab Syaikh menulis risalah ini adalah munculnya khilaf antara orang-orang yang menasabkan diri kepada Ahlussunah Wal jama'ah ala manhajis salaf dalam dakwah ilallah. Dan melihat adanya sikap berlebihan dan ekstrim dalam menyikapi kesalahan individu maupun kelompok tertentu.
Telah disebutkan di dalam Al-Qur'an tentang bagaimana sikap Para Nabi ketika menghadapi kesalahan kaumnya ;
ٱذْهَبَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Bahkan Para Nabi diperintahkan untuk bersikap lemah lembut dalam mengingkari kesalahan. Lihatlah bahwa Nabi Nuh disuruh sabar menghadapi ummatnya selama 950 tahun. Begitulah urgensi daripada kesabaran tersebut.
Diantara landasan yang disepakati dalam agama ini adalah :
1. Seorang Muslim selayaknya memiliki prioritas dalam memperbaiki dirinya dan berusaha menggapai keberhasilannya serta menjauhkan diri dari sebab² kebinasaan, sebelum dia sibuk dengan urusan manusia lain. Allah berfirman :
وَٱلۡعَصۡرِ (1) إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ (2) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (3)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa dalam bagaimana merealisasikan keimanan, ada 2 point tentang perbaikan individu ; yaitu beriman dan beramal shalih. Dan ada 2 perkara yang berkaitan dengan perbaikan masyarakat sekitar, yaitu saling menasehati dalam kesabaran dan saling menasehati dalam kebaikan.
Dalam menyikapi kesalahan orang lain maka kita mesti terus memberikan nasehat sembari bersabar atasnya. Bahkan sabar itu tidak ada batasannya, tidak boleh seseorang mengatakan "aku telah sabar atas kesalahannya satu tahun, namun dia tak kunjung berubah lalu aku akan meng hajr dia (memboikotnya). Padahal Hajr adalah sebagai wasilah adapun tujuannya adalah agar seseorang itu bisa ishlah (melakukan perbaikan).
Allah telah menyebutkan diantara sikap tercela dari Bani Israil adalah seperti dalam ayat ini ;
اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?
(QS. Al-Baqarah : 44)
Oleh karena itu bagi generasi muda agar memprioritaskan perbaikan diri mereka sebelum perbaikan terhadap masyarakat. Ketika mereka sudah Istiqomah atas itu maka berarti telah menapaki petunjuk salaf dengan benar dan semoga Allah berikan mereka keberkahan, karena mereka adalah para Da'i Ahlussunah dengan ucapan dan perbuatannya. Dan inilah kedudukan yang tinggi bagi siapa saja yang diberikan taufiq untuk meneladani generasi terbaik umat ini khususnya dalam dakwah, mereka merupakan hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan yang baik pada hari kiamat.
Allah berfirman ;
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fussilat : 33)