Rabu, 08 Juli 2020

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

💭Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 

   Taqiyuddin Ahmad bin Abdul-Halim bin Abdus-Salam Al-Hanbaliy atau yang biasa dikenal sebagai Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى di masa kecilnya sebelum baligh telah khatam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal berkali-kali dan tidaklah mendengar Hadits kecuali beliau menghafalnya, bahkan Imam Adz-Dzahabiy sempat mengatakan :

كل حديث لا يعرفه ابن تيمية فليس بحديث

"Setiap Hadits yang tidak dikenal oleh Ibnu Taimiyyah maka itu bukan Hadits".

Beliau adalah pribadi yang jenius nan langka, menghabiskan hidupnya untuk ilmu dan jihad fi sabilillah sehingga tidak sempat menikah sama sekali.

Beliau juga memiliki sifat yang pemaaf, pernah suatu ketika para Ulama rivalnya dari kalangan Asya'irah hendak memenjarakan beliau dan mengadukannya kepada Raja ketika itu namun ketika karena suatu konflik dan Raja justru memihak kepada Ibnu Taimiyyah dan Raja memberitahukan bahwa Ulama Asya'irah ini yang sebenarnya berkeinginan Ibnu Taimiyyah dipenjara maka, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah justru memuji-muji para Ulama Asya'irah tsb dan mereka adalah sebaik-baik manusia yang ada di Kerajaan Mamalik tsb.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dikenal juga sebagai mujahid dan panglima perang yang ulung, dimana ketika itu kaum muslimin sedang berperang sengit dengan kaum Tatar yang jikalau Mesir dan Syam ketika itu kalah maka akan habislah Daulah Islam namun berkat rahmat Allah kemudian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sebagai panglima perang nya serta para Ulama Asya'irah dan awamnya sebagai tentaranya alhamdulillah Allah berikan kemenangan kepada kaum muslimin.

Beliau telah mencapai derajat ijtihad untuk berfatwa dalam mazhab Hanbaliy ketika berusia 19 tahun dan menguasai literatur berbagai mazhab selain Hanbaliy, baik Hanafiy ataupun Malikiy ataupun Syafi'iy dengan baik dan berbagai riwayat dari masing-masing Imam mazhab, bahkan menurut persaksian Ulama mazhab lain, jika mereka duduk di majlis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah maka mereka akan mendapatkan faidah dari mazhab yang mereka anut yang mereka tidak pernah mendengar faidah tersebut sebelumnya. Beliau mendeklarasikan bahwa beliau mengikuti Ushul mazhab Imam Ahmad bin Hanbal dan beliau juga memuji Ushul Imam Malik bin Anas namun dalam Furu' Fiqh, fatwa-fatwa beliau memang tidak terikat dengan satu mazhab, adakalanya beliau berfatwa dengan salah satu mazhab yang 4,adakalanya beliau berfatwa dengan fatwa Imam mujtahid mutlaq yang telah punah dan memang beliau menguasai riwayat-riwayat fatwa mereka dan adakalanya beliau berijtihad sendiri, demikian yang dipersaksikan oleh Imam Adz-Dzahabiy.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sering dituduh melakukan sebagai musyabbih atau mujassim, padahal di awal kitab At-Tadmuriyyah beliau mengatakan bahwa mazhab Salafusshalih dalam Aqidah :

إثبات ما وصف الله به نفسه وما أثبت به رسوله من غير تعطيل ولا تشبيه ولا تحريف ولا تكييف

"Menetapkan Sifat-sifat yang Allah tetapkan untuk Diri-Nya dan yang Rasulullah صلى الله عليه وسلم tetapkan untuk Allah tanpa ta'thil, TANPA TASYBIH, tanpa tahrif dan tanpa takyiif", dan nukilan mazhab Salafusshalih ini dinukil pula oleh Imam Ash-Shabuniy Asy-Syafi'iy dalam kitab aqidahnya yang terkenal "Aqidatus-Salaf wa Ashabil-Hadits"

Adapun tuduhan "tajsiim" maka sebetulnya perlu dikonfirmasi dahulu kepada barisan yang menuduh apakah yang dimaksud dengan "jism" karena nyatanya makna "jism" menurut mutakallimun memiliki banyak makna, sebagian maknanya adalah benar jika dinisbatkan kepada Allah karena nyatanya makna tersebut ditetapkan oleh dalil-dalil Qur'an dan Sunah, seperti:

1. Makna:
موجود
"Zat yang eksis/ada", ini adalah makna yang benar dari "jism" yang diamini oleh seluruh firqah Islam, kiranya hanya Jahmiyyah yang memprotes definisi ini karena menurut sebagian mereka Allah itu tidak disifati dengan "wujud" dan tidak pula "ghairu mawjud".

2. Makna:
ذات له صفات 
 "Zat yang memiliki Sifat-sifat", makna ini pun diamini oleh kebanyakan firqah Islam baik Atsariyyah, Asya'irah, Maturidiyyah dll hanya Jahmiyyah yang mengingkarinya, adapun Mu'tazilah bak orang linglung dalam bab ini karena mereka mengatakan Allah Qadiir namun tanpa qudrah, Allah Samii' namun tanpa sam'un, menetapkan Asma Allah namun berusaha menihilkan kandungan dari Asma Allah tsb.

3. Makna :

ما يشار إليه
"Yang bisa ditunjuk" ini diamini oleh Salafusshalih, Atsariyyah, berdasarkan hadits budak wanita dimana Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya :

أيْن الله؟
Dimana Allah? Sang budak pun menjawab :

في السماء
"Di langit"... Ini adalah makna yang benar dari "jism", mengapa dikatakan benar karena makna-makna tsb ditetapkan oleh dalil-dalil.

Namun disamping itu kata "jism" juga memiliki makna-makna yang batil dan tidak pantas jika dinisbatkan kepada Allah, seperti :

4. Makna
ذات له طول وعرض وعمق
"Zat yang memiliki panjang, lebar dan kedalaman"

5. Makna:
ذات له أعضاء مركبة
"Zat yang tersusun dari anggota-anggota badan"

Maka makna-makna yang batil yang mengandung tasybih Allah dengan makhluk-Nya atau mengandung takyiif Zat Allah padahal tanpa ada dalil yang menunjukkan hal tersebut maka ini dinafikan dan diingkari oleh Atsariyyah termasuk Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, oleh karena itu beliau dalam kutubnya seperti At-Tadmuriyyah tidak itsbat mutlaq "jism" bagi Allah tidak pula nafikan mutlaq karena lafazh ini perlu diperinci dahulu makna yang diinginkan, jika makna benar yang diinginkan maka ditetapkan namun jika makna batil yang diinginkan maka diingkari... Namun entah bagaimana, apakah tidak membaca perincian Ibnu Taimiyyah atau sudah 'kadung sebel' beliau dikatakan sebagai mujassim.

Alfaqir pribadi tidak meyakini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sebagai pribadi yang ma'shum, beliau tetaplah ulama yang merupakan manusia yang mungkin saja untuk melakukan kesalahan... Barangkali dari pihak selain Atsariyyah ada yang menuding: "Lho kalian katanya tidak meyakini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sebagai orang yang ma'shum kok nukilannya atau tahqiq aqidahnya dari dia terus", kalaulah alfaqir boleh menjawab maka ana hanya bisa bilang :

 "Kalam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan tahqiq beliau adalah kalam dan nukilan terbaik yang bisa alfaqir dapatkan dan beliau juga memang tawassu' dalam Bab Aqidah, tidak hanya menguasai Aqidah Atsariyyah dengan riwayat-riwayat para Salafusshalih terutama Imam Ahmad bin Hanbal bahkan juga menguasai mazhab-mazhab aqidah yang lain dengan baik, bahkan khilaf sesama Ulama Asya'irah, beliau mampu lebih memperinci daripada kebanyakan Asatidzah Asya'irah pada hari ini, bahkan beliau juga menguasai mazhab-mazhab para Ahli Filsafat hingga sebagian ulama ada yang mengatakan :

أحاط علوما لم يحطها إمامه
"Beliau menguasai ilmu-ilmu yang tidak dikuasai oleh Imam nya (Imam Ahmad bin Hanbal)". Sebagaimana jika ada orang yang mengatakan bahwa Imam Al-Bukhariy adalah Imam yang paling ahli dalam Ilmu Hadits dan 'Ilal sehingga selalu melihat kutub Imam Al-Bukhariy dan penilaian beliau, inilah yang dilakukan oleh Imam At-Tirmidziy. Sebagaimana pula ada yang mengatakan dalam Fiqh Asy-Syafi'iy : "Tahqiq mazhab Asy-Syafi'iy terbaik adalah tahqiq Imam An-Nawawiy", bukan berarti tidak ada muhaqqiq lain di antara deretan Ulama Syafi'iyyah akan tetapi kebanyakan mengakui bahwa tahqiq Imam An-Nawawiy lah yang terbaik. Sebagaimana dalam Ilmu Tafsir maka Imam Ath-Thabariy lah yang terbaik dengan tafsirnya "Jami'ul-Bayan fi Ta'wiil Aayil-Qur'an" bukan berarti tidak ada Ahli Tafsir atau kitab tafsir bagus yang lainnya akan tetapi amat sulit didapatkan kitab Tafsir yang mampu menggabungkan Ilmu Riwayat dan Ilmu Dirayah beserta penjelasan berbagai macam cabang ilmu yang berhubungan dengan ayat, baik Ilmu Qiraat, Nasikh-mansukh, Nahwu, Balaghah, Hadits dan lainnya berbagai cabang ilmu terkumpul dalam satu kitab, maka bisa dibilang Imam Ath-Thabariy adalah yang terbaik atau di antara yang terbaik.

   Anda boleh setuju atau tidak, terutama yang hanya berupa asumsi pribadi
Ustadz varian ghani hirma