Rabu, 22 Juli 2020

PEMIKIRAN BAPAK ABDUL SOMAD, IDRUS RAMLI DAN SEMISALNYA TENTANG NAMA DAN SIFAT ALLAH

PEMIKIRAN BAPAK ABDUL SOMAD, IDRUS RAMLI DAN SEMISALNYA TENTANG NAMA DAN SIFAT ALLAH

Diantara aqidah Ahlussunnah Waljamaah adalah beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan tentang dirinya dalam Al Qurān dan dengan apa-apa yang Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sifatkan (tentang Allah Ta'ala di dalam hadīts) tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif .

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

ومن الإيمان بالله: الإيمان بما وصفبه نفسه في كتابه، وبما وصفه به رسوله محمد صلى الله عليه وسلم.
من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل بل يؤمنون بأن الله سبحانه ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Dan diantara iman kepada Allah yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan tentang dirinya dalam Al Qurān dan dengan apa-apa yang Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam sifatkan (Allah Subhānahu wa Ta'ala di dalam hadīts) tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif .

Bahkan mereka mengimaninya, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana firman Allah, "Tidak ada yang menyerupai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Al ‘Aqidah Al Wasitiyyah).

Berkata Syekh Sholeh Al Fauzan hafidzahullah :

نثبت لله ما أثبته لنفسه من الأسماء والصفات، أو ما أثبته له رسوله صلى الله عليه وسلم من الأسماء والصفات؛ من غير تحريف ولا تعطيل، ومن غير تكييف ولا تمثيل‏.

Kami menetapkan bagi Allah, apa-apa yang Dia (Allah) tetapkan untuk diriNya dari nama-nama dan sifat-sifat atau yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tetapkan bagiNya, tanpa tahrif, ta'thil, takyip dan tamtsil. Sumber : http://iswy.co/e28t3c

Tahrif mengubah makna atau lafadz Al Qur’an dan As Sunnah dengan men-ta'wilnya. Seperti kata tangan Allah, dirubah dengan makna kekuasaan (kekuatan) Allah,  Allah istiwa (beristiwa) dengan Allah istaula (menguasai), Allah mahabbah (mencintai) dengan Allah ridha. Dan lain sebagainya.

Ta'thil adalah meniadakan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Seperti Allah tidak punya tangan, tidak punya wajah, tidak beristiwa di Arasy dan lain sebagainya.

Takyip adalah menyebutkan tentang bagaimananya. Seperti Allah beristiwa, mereka jelaskan bagaimana duduknya Allah, apakah bersila, selonjor atau jongkok. Bagaimana tertawa dan marahnya Allah. Dan lain sebagainya.

Tamtsil adalah menyerupai atau menyamakan. Misalkan tangan Allah disamakan atau diserupakan dengan makhluk ini. Wajahnya Allah disamakan atau diserupakan dengan wajah si pulan. Tertawanya Allah seperti tertawanya raja anu. Dan lain sebagainya. Sehingga ada diantara manusia menggambar dan melukis wajahnya Allah, tangannya Allah dan lain sebagainya dengan khayalan mereka.

Berbicara masalah tauhid asma wa sifat bukan masalah yang sepele. Ini mesti lebih digali dan dipelajari lebih mendalam dan lebih baik lagi. Supaya jangan sampai mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala baik keseluruhan atau sebagiannya karena bisa jatuh kepada kekafiran, murtad keluar dari agama islam. Atau dengan cara mentakwil dengan melakukan tahrif, ta'thil, takyip dan tamtsil terhadap nama dan sifat Allah Ta'ala.

Syeikh Abdul Aziz Ar Rajihi hafidzahullah pernah ditanya:

هل إذا ثبت على الأشاعرة صفة تأولوها هل يكفرون ؟

“Apakah jika telah ditetapkan bahwa ‘Asy’ariyah telah mentakwil sifat Allah, secara langsung mereka menjadi kafir ?

Beliau menjawab:

" لا ، المتأول لا يكفر ، الجاحد من جحد اسماً من أسماء الله كفر ، قال الله تعالى: ( وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ ) إذا جحد اسماً من الأسماء أو صفة من الصفات بدون تأويل كفر ، قال الله تعالى: ( الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى ) لو أنكر الآية كفر ، لكن إذا أوَّلها بالاستيلاء يكون له شبهة ، يدرأ بها عنه التكفير " انتهى .

“Tidak, orang yang melakukan takwil, tidak serta merta menjadi kafir, orang yang mengingkari salah satu Nama dari Nama-nama Allah-lah yang menjadi kafir, Allah –Ta’ala- berfirman:

“Padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah”. (QS. Ar Ra’du: 30)

Jika seseorang mengingkari salah satu dari Nama-nama atau sifat-sifat-Nya tanpa takwil maka ia telah menjadi kafir, Allah –Ta’ala- berfirman:

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy”. (QS. Thaha: 5)

Jika seseorang telah mengingkari satu ayat saja maka dia telah kafir, namun jika dia mentakwilnya dengan kekuasaan maka terdapat syubhat pada dirinya, yang menghalanginya dari kekufuran. (Al Islam Sual Wa Jawab 179588).

Nah pemikiran dan keyakinan seperti Bapak Abdul Somad, Pak Idrus Ramli dan yang semisalnya, kalau dia mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah baik sebagian maupun keseluruhan, maka mereka jatuh kepada kekafiran. Tetapi kalau hanya mentakwil dengan melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyip, maka tidak jatuh kepada kekafiran. Sebagaimana pemikiran dan keyakinan mayoritas Asy’ariyyah.

Berkata Ibnu Baaz rahimahullah :

" لا يجوز تأويل الصفات , ولا صرفها عن ظاهرها اللائق بالله , ولا تفويضها , بل هذا كله من اعتقاد أهل البدع , أما أهل السنة والجماعة فلا يؤولون آيات الصفات وأحاديثها ولا يصرفونها عن ظاهرها ولا يفوضونها , بل يعتقدون أن جميع ما دلت عليه من المعنى كله حق ثابت لله لائق به سبحانه لا يشابه فيه خلقه " انتهى من "مجموع فتاوى ابن باز" (2 /106-107) .

“Tidak boleh mentakwil sifat-sifat Allah, tidak juga mengalihkan dari makna yang dzahir yang sesuai dengan Allah, juga tidak menyerahkan maknanya sepenuhnya kepada-Nya, semua itu termasuk keyakinan ahli bid’ah. Sedangkan ahlus sunnah wal jama’ah mereka tidak mentakwil ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah, mereka tidak mengalihkan dari makna yang dzahir, juga tidak menyerahkan maknanya sepenuhnya kepada Allah, akan tetapi mereka meyakini semua makna yang terkandung di dalamnya adalah benar dan paten milik Allah, yang layak untuk-Nya –subahanah- yang tidak serupa dengan makhluk-Nya”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 2/106-107)

Dan Syekh Ibnu Baaz rahimahullah ditanya :

هل الأشاعرة من أهل السنة والجماعة أم لا ؟ وهل نحكم عليهم من المذهب أم كفار ؟

“Apakah Asy’ariyyah termasuk ahlus sunnah wal jama’ah atau tidak ?, apakah kita menghukumi mereka termasuk bagian dari madzhab atau mereka sebagai orang kafir ?”, 

Beliau menjawab:

" الأشاعرة من أهل السنة في غالب الأمور ، ولكنهم ليسوا منهم في تأويل الصفات ، وليسوا بكفار ، بل فيهم الأئمة والعلماء والأخيار ، ولكنهم غلطوا في تأويل بعض الصفات ، فهم خالفوا أهل السنة في مسائل ؛ منها تأويل غالب الصفات ، وقد أخطأوا في تأويلها ، والذي عليه أهل السنة والجماعة إمرار آيات الصفات وأحاديثها كما جاءت من غير تأويل ولا تعطيل ولا تحريف ولا تشبيه " انتهى من "مجموع فتاوى ابن باز "(28 /256) .

“Asy’ariyyah termasuk ahlus sunnah pada mayoritas permasalahan, akan tetapi mereka tidak termasuk dalam ahlus sunnah ketika mereka mentakwil sifat-sifat Allah, mereka tidak termasuk orang kafir, bahkan di antara mereka terdapat para imam, para ulama, dan orang-orang pilihan, akan tetapi mereka telah melakukan kesalahan dalam hal mentakwil sebagian sifat-sifat, mereka telah menyelisihi ahlus sunnah dalam beberapa masalah; di antaranya adalah mentakwil mayoritas sifat-sifat Allah, mereka telah melakukan kesalahan dalam melakukan takwil, yang menjadi keyakinan ahlus sunnah adalah memahami ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah sesuai dengan yang ada, tanpa mentakwil, meniadakan, merubah, dan menyerupakan dengan sesuatu”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 28/256).

AFM