Tafwidh adalah menetapkan lafadz dengan tanpa menetapkan maknanya. Contoh dalam asma wasifat seseorang menetapkan nama As-Sami’ bagi Allah, tapi mereka tidak mau menetapkan apa maknanya. Tidak mau menetapkan hakikat dari makna nama dan sifat yang terkandung dalam nama tersebut.
Metode ini merupakan salah satu metode yang ditempuh oleh ahli bid’ah di dalam memahami asma wassifat. Dan ia termasuk sejelek-jelek perkataan ahli bid’ah sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ta’ala sbb :
فتبين أن قول أهل التفويض الذين يزعمون أنهم متبعون للسنة والسلف من شر أقوال أهل البدع والإلحاد
“Maka menjadi jelaslah bahwa ucapan para penganut Tafwidh yang menyangka dirinya mengikuti sunnah, adalah merupakan sejelek-jelek ucapan ahli bid’ah dan ahli ilhad.”
(Dar’ut Ta’arudhil Aqli Wan Naqli : 1/115)
Syaikh Shalih Al-Fauzan menyatakan :
السلف لم يكن مذهبهم التفويض ، وإنما مذهبهم الإيمان بهذه النصوص كما جاءت ، وإثبات معانيها التي تدلُّ عليها على حقيقتها ووضعها اللغوي ، مع نفي التَّشبيه عنها ؛ كما قال تعالى : (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ)
“Para salaf tidak menganut madzhab Tafwidh, akan tetapi madzhab mereka adalah mengimani dalil ini apa adanya. Serta menetapkan makna yang dikandung oleh dalil itu berdasarkan hakikat asli dan makna asli bahasa disertai penolakan terhadap penyerupaan Allah dengan makhluknya, sebagaimana firman Allah ta’ala : Tidak ada yang semisal dengan Allah, dan Dia adalah dzat yang Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura : 11).”
(Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan : 1/52).
Adapun membedakan antara tahrif dengan takwil yang benar adalah tahrif itu tidak memiliki dalil. Sedangkan takwil yang benar atau nama lainnya tafsir ia memiliki dalil.
Read more https://bimbinganislam.com/apa-yang-dimaksud-dengan-tafwidh-tahrif-takwil-dan-tamsil/