TIDAK BISA DIBAYANGKAN, BANG IR DAN UAS
Kenikmatan surga yang Allah Ta'ala berikan kepada hamba-hambaNya yang sholeh tidak bisa dibayangkan dan diangan-angankan, karena sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman :
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ، مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih, kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengarkan oleh telinga dan belum pernah dibayangkan oleh hati.” (HR. Al-Bukhari: 4779, Muslim: 7310 dan at-Tirmidzi: 3197 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).
Alam masyar, shiroth, neraka, surga dan perkara ghaib lainnya yang Allah ciptakan, hanya bisa diterima dengan keimanan dan keyakinan.
Itu makhluk yang Allah ciptakan, yang akal dan perasaan tidak bisa menjangkaunya, apatah lagi dengan zat dan sifat Allah.
Sehingga orang seperti bang Idrus Ramli dan bang Abdul Somad dan yang semisalnya, yang membayangkan bagaimana Allah di atas Arasy, berarti Allah lebih kecil dari Arasy, Allah turun ke bumi di 1/3 malam terakhir, berarti Arasy kosong dan lain sebagainya adalah orang-orang yang tidak ada kerjaan, membicarakan sesuatu yang bukan konsumsi otak.
Begitulah kalau otak dan akal yang tidak sehat. Karena pikirannya tentang zat dan sifat Allah dalam dimensi tolak ukurnya adalah makhluk. Allah Ta'ala Maha Kuasa dan makhluk tidak kuasa.
Syekh Utsaimin rahimahullah ditanya :
ولكن هل يستلزم نزول الله عز وجل خلو العرش منه أو لا ؟
Akan tetapi, apakah turunnya Allah Azza wa Jalla berarti dia harus meninggalkan Arasy-Nya atau tidak?
Beliau menjawab :
نقول أصل هذا السؤال تنطُّعٌ وإيراده غير مشكور عليه مورده ، لأننا نسأل هل أنت أحرص من الصحابة على فهم صفات الله ؟ إن قال : نعم . فقد كذب . وإن قال : لا . قلنا فلْيَسَعْكَ ما وسعهم ، فهم ما سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وقالوا : يارسول الله إذا نزل هل يخلو منه العرش ؟ وما لك ولهذا السؤال ، قل ينزل واسكت يخلو منه العرش أو ما يخلو ، هذا ليس إليك ، أنت مأمور بأن تصدِّق الخبر ، لا سيما ما يتعلق بذات الله وصفاته لأنه أمر فوق العقول .
"Kami katakan bahwa soal seperti ini sebenarnya soal yang berlebih-lebihan dan tidak layak disampaikan. Karena kita dapat balik bertanya, 'Apakah anda lebih bersungguh-sungguh dari para shahabat dalam memahami sifat Allah?' Jika dia mengatakan, 'Ya', maka sungguh dia telah dusta. Jika dia katakan, 'Tidak' maka kita katakan, 'Bersikaplah lapang seperti mereka bersikap lapang, mereka tidak menanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, misalnya dengan berkata, 'Wahai Rasulullah, jika Dia turun, apakah berarti Dia meninggalkan Arasy-Nya?' Untuk apa anda bertanya seperti ini. Katakan saja 'Dia turun' lalu diam, apakah Dia meninggalkan Arasy-Nya atau tidak, itu bukan urusan anda. Anda hanya diperintahkan untuk membenarkan kabar yang disampaikan, khususnya yang berurusan dengan dzat Allah dan sifat-sifat-Nya. Karena ini adalah perkara di luar kemampuan akal." (Majmu Fatawa Syekh Muhammad Al-Utsaimin, 1/204-205).
AFM