5 logika atau pendapat yang tercela
Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله dalam kitab beliau a'laamul muwaqqi'ien menyebutkan bahwa pendapat yang tercela ada lima macam:
1. Pendapat yang menyelisihi dalil syar'i dari Al Qur’an dan As Sunnah. Terkadang pendapat seperti ini menyebar ditengah masyarakat karena takwil atau taqlid.
2. Berlogika dalam agama dengan dasar prasangka dan perkiraan saja, dengan kemalasan untuk mengkaji dalil dan menyepelekan dalil serta tidak mengambil kesimpulan dari dalil.
3. Pendapat dan logika yang mengandung penolakan terhadap nama, sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah ﷻ dengan menggunakan logika rusak ala ahli bid'ah dan sesat produk Jahmiyah, Muktazilah, Qadariyah dan sebangsanya. Mereka selalu berusaha menolak dalil dengan dua cara: melalui jalur sanad mereka berusaha mencari kelemahan sanad dengan menyalahkan perawinya atau mendustakan mereka. Dan jika jalur sanad buntu mereka tidak berani menolak lafadz dalil secara terang terangan, mereka bermain di dalam maknanya dengan melakukan penyelewengan dan penyimpangan makna.
4. Logika ahli bid'ah dalam beragama dengan menganggap sunnah tidak cukup dan mereka membuat ibadah baru atau memodifikasi tatacara ibadah yang sudah ada.
Ke-empat model logika dan pendapat ini disepakati oleh para ulama salaf akan kesesatan nya.
5. Berpendapat dalam bab ahkam syar'iyah berdasarkan pada istihsan, prediksi, dan takhrijul furu' alal furu'. Hal ini disebutkan oleh Al Imam Abu Umar Ibnu Abdul Barr bahwa mayoritas ulama menganggapnya tercela, terutama ketika bicara tentang prediksi hukum sesuatu yang belum terjadi "iftiradhiyat". Kecuali jika memang dibutuhkan, terutama di jaman sekarang yang mana informasi dan teknologi berkembang sangat cepat.
Diringkas dari kitab: A'laamul Muwaqqi'ien (1/142-155) cet. Dar alamul fawaid.
✒️ Achmad Handika.