[Ahli Fiqh Tapi Tidak Memahami Kenyataan Dan Tidak Berbaur Dengan Masyarakat]
Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullah berkata dalam salah satu kajiannya tentang manhaj ilmu fiqh:
لا يمكن فهم المسائل الفقهية إلا بمعرفة أحوال الناس العملية. لذلك، الفقيه لا يصلح أن يكون مُعتزلاً عن الناس. والفقهاء الذين اعتزلوا الناس، كثرت أخطاؤهم، والذين خالطوا الناس، يسمعون أسئلتهم يوميًا، كثر صوابهم.
"Tidak mungkin seseorang memahami permasalahan-permasalahan fikih kecuali dengan mengetahui kondisi dan realitas kehidupan manusia secara praktis (praktek amalan). Oleh karena itu, seorang faqīh (ahli fikih) tidak pantas untuk mengasingkan diri dari masyarakat.
Para fuqahā’ (ulama fikih) yang mengasingkan diri dari pergaulan dengan manusia, banyak kesalahan yang mereka terjatuh padanya. Adapun para fuqahā’ yang bergaul dengan manusia, mendengarkan pertanyaan mereka setiap hari, maka banyak pendapat mereka yang tepat (yakni: sesuai dengan realitas)."
Saya katakan:
Hal ini sangat penting, karena dengan demikian seorang faqīh memahami keadaan umat, mengetahui kebutuhan mereka, dan dapat mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan maqāṣid al-syarī‘ah (tujuan-tujuan syariat) serta kondisi riil masyarakat.
Seorang dai juga belajar dari banyak pertanyaan yang hinggap di kajian atau kehidupan kesehariannya. Semakin banyak ia mendapat pertanyaan, hendaknya semakin belajar ia. Melazimi referensi (kitab-kitab fiqh) dan menyimak siaran-siaran fatwa ulama serta mempelajarinya adalah hal yang harus dilakukan di masa kini, mengingat hari demi hari banyak sekali kasus bertambah dan pertanyaan semakin variatif.
Seorang dai 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗺𝗮𝗹𝗮𝘀 𝗯𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿, 𝗺𝗮𝗹𝗮𝘀 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗮𝗸 𝗳𝗮𝗲𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮, 𝘁𝗲𝗿𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗳𝗼𝗸𝘂𝘀 𝗱𝗶 𝗵𝗼𝗯𝗶 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮𝘄𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗹𝗶𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘄𝗮𝗸𝘁𝘂𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝘀𝘆𝗮𝗿'𝗶.
Semoga menjadi nasehat bermanfaat.
Ustadz hasan al jaizy