Di Saudi Susah Cari Orang Miskin, Zakat Fitri untuk Siapa?
Pada acara buka puasa bersama kemarin, Jumat, 5 April 2024, di Kantor Dakwah Jaliyat Al Suwaidi, Riyadh, saya sampaikan kepada teman-teman WNI:
"Di Saudi ini, kita sulit mencari orang dengan kriteria fakir dan miskin, betul pak?."
Mereka serempak menjawab: "Betuuuul."
Semiskin-miskinnya di Saudi, dia punya penghasilan yang cukup untuk makan. Bahkan para pengemis saja mereka punya mobil.
"Kalau standar di Saudi, kita-kita ini masuk golongan fakir dan miskin. Antum dan saya ini termasuk di dalamnya," kata saya lagi.
Jamaah yang hadir rata-rata berprofesi sebagai supir dan mekanik ini mengiyakan kalimat yang saya ucapkan.
Dihitung dari penghasilan perbulan mereka antara 1500 hingga 2500 riyal. Adapun mahasiswa seperti saya, uang saku dari kampus hanya 890 riyal perbulan. Bagi orang Saudi, ini sangat kecil dan tergolong sebagai orang hidup di bawah garis kemiskinan.
"Jika kondisinya demikian, maka boleh bagi kita untuk memberikan zakat fitri kepada saudara-saudara kita di Indonesia. Karena disana sangat banyak yang jauh lebih miskin di bawah kita," terang saya kepada mereka.
---
Syaikh Bin Baz ditanya tentang penyaluran zakat ke luar negeri, beliau menjawab:
Boleh menyalurkan zakat ke luar negeri jika ada maslahat syar'i, ini adalah pendapat yang shahih diantara 2 pendapat ulama, seperti memberikan kepada para mujahidin fi sabilillah atau orang fakir yang sangat butuh, atau kepada kerabat, yang hal ini dapat menggabungkan antara silaturahim dan sedekah (binbaz.org.sa)
Ustadz Budi marta