Masyaallah syaikh Prof. Dr. Ibrahim 'Amir ar-Ruhailiy hafidzhahullah memberikan edukasi kepada para da'i terkait penyimpangan yang terjadi dalam praktek eror terkait penerapan hajr/tahdzir di berbagai negeri kaum muslimin.
"Negeri kalian ini adalah negeri penuh kelembutan maka berdakwah lah dengan penuh kelembutan. Jika anda melakukan hajr terhadap semua mukhalif maka tidak akan ada satu pun orang tersisa yang duduk dengan anda. Tidak setiap mukhalif itu diterapkan hajr. Tidak setiap mukhalif itu mu'anid. Kita dapati bahwa dakwah mutasyaddid di negeri kalian ini pengikutnya sedikit dan tidak memberikan dampak. Justru dijauhi."
Beliau barusan ditanya, sikap manakah yang lebih bermanfaat terhadap ahlul bid'ah apakah diterapkan hajr atau tidak. Beliau jawab: "Tentu dilihat maslahat. Tidak bisa diterapkan sebuah sikap lalu disikapi dengan cara yang sama. Kondisi berbeda-beda. Begitu pula terapan penyebutan seseorang sebagai ahli bid'ah itu punya dhawabit/ketentuan."
Syaikh juga menyebutkan, ketika ditanya apakah 'alim mukhalif mesti di-hajr karena nantinya akan diikuti orang awam, bahwa itu tidak benar. Hajr terhadap seorang alim mukhalif belum tentu memberikan pengaruh. Sehingga tidak mesti hajr sebuah solusi. Mukhalif itu berlevel-level sehingga tidak mesti disikapi dengan hajr sebab jika hajr akan menimbulkan fitnah.
Ustadz yani fahriansyah
____