Syaikh Shalih as-Suhaimy -hafizhahullah- menyimpulkan bahwa membaca al-Qur'an satu juz secara mutarassil, yakni tenang dan tadabbur, itu lebih baik daripada mengkhatamkannya dengan qira'ah hadr.
Beliau termasuk di antara ahli ilmu yang menyatakan tidak shahihnya hikayat bahwa salaf mengkhatamkan al-Qur'an dalam semalam atau dalam satu raka'at. Sekalipun iya diriwayatkan dalam beberapa kitab tarajum, semisal Siyar A'lam an-Nubala', tetapi silakan tinjau kembali apakah riwayat tersebut bersanad muttashil atau sebatas hikayat -yang bisa benar terjadi bisa pula tidak-.
Ahli ilmu yang tidak menshahihkan riwayat-riwayat tersebut, bukan karena mereka tidak mengakui bahwa para salaf memiliki karamah dan semangat membaca al-Qur'an di bulan Ramadhan. Melainkan mereka tidak menginginkan adanya benturan antara perbuatan manusia (ulama) dengan sunnah Nabi. Karamah terbaik adalah istiqamah. Istiqamah sejatinya berdasarkan sunnah. Begini frame pemikiran yang lebih aman.
Justru hikayat yang lebih masyhur adalah para salaf membaca al-Qur'an dan menghafalnya dengan tadabbur, bukan dengan ketergesaan membaca. Ingat bagaimana para salaf membatasi hapalan sekian ayat terlebih dahulu. Tidak banyak. Sampai dirasa sudah mengamalkannya, barulah menambah hapalan.
Maka, marilah baca al-Qur'an dengan baik. Khatamkan silakan. Namun itu bukanlah tujuan. Yang jelas-jelas termaktub di al-Qur'an adalah perintah: tilawah, tadabbur, qira'ah. Jangan hancurkan tilawah, tadabbur dan qira'ah demi tujuan khatam sekian. Bahkan, saya pernah mendengar salah satu alim -entah Syaikh Shalih as-Suhaimy atau Syaikh Shalih al-Fauzan- merekomendasikan bagi beberapa huffazh lebih afdhal mungkin baginya yang sedang menghafal adalah memperbanyak muraja'ah, bukan tilawah. Ini menunjukkan ibrahnya bukanlah di khatam, melainkan menghabiskan banyak waktu dengan al-Qur'an.
Semoga Allah berikan taufiq pada kita semua.
Ustadz hasan al jaizy
https://m.youtube.com/watch?v=hs6zx2mTPKU