BAHAYANYA BERANI DALAM MENGELUARKAN LAFADZ TARJIH DARI SETIAP ORANG
-Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al ‘Ushaimy حفظه الله
Berani dalam mengucapkan lafadz “Yang Rajih Ini”, “Yang Terpilih Ini”, “Yang Benar Ini” atau lafadz-lafadz semisalnya, ini akan membuat orang orang berani dalam fiqh sehingga membuat mereka menyelisihi adab dan fiqh.
Apabila engkau periksa kitab Al Mughni Ibnu Qudamah maka engkau akan dapati metodenya dalam menunjukan pilihan pilihan (fiqh) nya. Maka engkau tidak akan dapati dalam kitabnya perkataan : “yang rajih ini”, atau “yang lebih nampak ini”, atau “yang rajih menurut kami begini dan begitu”. Akan tetapi engkau akan dapati caranya dalam menyebutkan pilihan pilihan fiqh nya dengan ungkapan yang elegan lagi indah.
Karena ini memiliki pengaruh manfaat dari dua segi :
1. Bagi seorang faqih
Seseorang yang menekuni bidang fiqh, maka dirinya tidak akan merasa ujub dan sombong. Karena dirinya tidak merasa bahwa dirinya sebanding dengan para fuqoha.
2. Bagi seorang pembelajar fiqh
Dirinya tidak akan mendapati lafadz-lafadz seperti itu yang membuatnya berani dalam fiqh. Sehingga ia akan menjadi beradab terhadap fiqh, tidak berani masuk ke dalam perkara perkara besar (yang bukan ranahnya).
Dan inilah metode dalam memperbaiki manusia dengan pembelajaran. Yang besar kesulitannya tetapi mulia derajatnya.
Karena mungkin dirinya telah banyak bergaul dengan sesuatu yang salah. Menjadikan asal yang dimintanya adalah sah, tetapi cara menempuh hal tersebut telah ternodai oleh kotoran, maka ia akan mewarisi kotoran pula. Bahkan mungkin saja mewarisi keburukan.
Seperti inilah yang kami sebutkan dari terburu buru dan berani dalam mengeluarkan lafadz tarjih. Karena ia telah mewariskan apa apa yang akan diwariskan kepada para pembelajar fiqh. Yaitu mem-pagari dinding dinding fiqh dan mereka akan berbicara dalam permasalahan yang para pendahulu pun belum pernah berbicara tentang itu!
Alih Bahasa : Abdurrahman Zahier
https://t.me/abdurrahmaanzahier
Noted. Inilah adab dan ilmu.
Banyak kekacauan karena tidak diperhatikannya masalah ini. Banyak ruwaibidhah yang buruk adabnya terhadap para ulama dan bicara di luar kapasitas dirinya.
Umumnya dalam menyikapi perbedaan pendapat di kalangan ulama, saya sendiri sejak lama berusaha menghindari redaksi: "Yang rajih adalah pendapat ini," dan menggantinya dengan redaksi misalnya: "Saya lebih cenderung pada pendapat ini dengan alasan begini."
Ustadz adni kurniawan