Surat cinta dari salah satu guruku, yang sangat kuhormati.
Beliau adalah salah satu ustadz yang mengajariku bahasa arab, sejak saya belum bisa apa apa, benar benar mengajari saya dari 0.
Jazaahullahu khairan wa baaraka fihi wa fi ahlihi.
*Surat Terbuka untuk Para Da'i dan Penuntut Ilmu*
🌱🌱🌱🌱🌱
Seorang muslim saudara muslim lainnya. Sifat orang-orang yang beriman adalah saling menyayangi dan berlemah lembut kepada sesama. Setiap dari kita harus saling menjaga diri agar tidak terjadi perselisihan di antara kaum muslimin, terlebih lagi perselisihan di antara aktifis dakwah.
Seorang Ulama memberi wasiat kepada murid-muridnya yang merupakan kader dakwah, "Janganlah kalian menjawab pertanyaan ketika disebutkan nama ustadz /ulama."
Jika kita hendak bertanya di forum umum, cukup kita bertanya, "Bagaimana pendapat Ustadz tentang masalah ini dan itu?" Bukan, "Bagaimana pendapat Ustadz tentang pernyataan ustadz Fulan yang mengatakan begini dan begitu?" Pertanyaan yang kedua mirip dengan adu domba. Pertanyaan tersebut dapat mengeraskan hati dan melahirkan kebencian dan permusuhan di antara kaum muslimin. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah marah jika ada di antara muridnya menyebutkan nama ulama lain yang berbeda pendapat (dalam masalah ijtihadiyah) dengan pendapat beliau.
Bagi para penuntut ilmu saat bertanya di grup wa dan majelis ilmu hendaknya tidak menyebut nama ustadz lain yang berbeda pendapat dengan pendapat ustadznya. Bagi para asatidz hendaknya tidak terpancing dengan pertanyaan penanya dengan menjatuhkan pendapat ustadz lainnya. Ia harus menasihati dan membimbing penanya agar tidak mengulangi pertanyaannya yang salah.
Umat Islam membutuhkan persatuan, perlu tolong menolong dalam melakukan perbaikan. Jika ada ustadz yang salah, doakanlah di waktu-waktu yang mustajab, luruskanlah ia dengan menyampaikan nasihat secara langsung atau melalui orang terdekatnya.
Perselisihan bahkan permusuhan yang terjadi di antara kaum muslimin termasuk perselisihan di antara para asatidz dan pengikut mereka disebabkan beberapa hal, di antaranya:
1. Tidak mengikuti ijma kaum muslimin yang berlandaskan Al Quran dan Assunnah.
Allah berfirman,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa."
(Surat Al An'am 153)
Penyimpangan dalam masalah prinsip harus dibantah, meskipun terpaksa harus menyebutkan nama individu atau kelompok. Syaratnya harus orang yang mumpuni di bidangnya, ikhlas, datanya valid dan setelah dipertimbangkan antara maslahat dan mafsadah.
Kesalahan dalam masalah prinsip bisa jadi karena ketidaktahuan. In sya Allah dengan adanya dakwah, in sya Allah kita yang sebelumnya tidak tahu dapat kembali kepada kebenaran. Kita semua in sya Allah sedang berproses dalam meniti jalan hidayah.
Pembahasan artikel ini bukan sedang membahas penyimpangan dalam masalah prinsip. Tapi bagaimana menyikapi perbedaan ijtihadiyah.
2. Sikap yang kurang bijak dari sebagian ustadz atau da'i dalam menyelesaikan masalah. Di antaranya kurang mengontrol dalam perkataan atau tulisan. Memaksakan pendapat dan tidak mentolerir pendapat lain dalam masalah ijtihadiyah.
Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam ceramahnya yang berjudul "Al Ghutsaa'u Wal Binaa'u" menyebutkan empat fenomena yang mengotori dakwah. Di antaranya yaitu memandang satu permasalahan (ijtihadiah) hanya dari satu sisi.
Kekeliruan nomer dua ini seringkali terjadi dipicu dari para pengikut atau murid yang sangat fanatik kepada guru atau kelompoknya atau bisa jadi disebabkan metode pengajaran dan pendidikan yang salah.
3. Sikap yang salah dari para pengikut sehingga semakin memperkeruh keadaan.
Para pengikut seringkali melakukan kesalahan dalam tiga hal :
1. Kesalahan dalam menukil informasi.
2. Kesalahan dalam memahami informasi.
3. Kesalahan dalam bertindak. Bisa jadi niat pengikut adalah baik tapi akibat perbuatannya mengakibatkan perselisihan dan kerenggangan hati di antara kaum muslimin.
🌾🌿🌴☘️🌱
PR untuk kita semua agar terus memperdalam dan mengamalkan Al Quran dan Assunnah, mengikuti ijma sahabat radhiallahu anhum.
Kita terus menguatkan persaudaraan di antara kita, saling menasihati untuk mengikuti kebenaran dan menetapi kesabaran.
Sifat rendah hati harus diupayakan untuk kita miliki. Di antara tanda seorang yang rendah hati jika ia tidak marah terhadap kritikan yang ditujukan kepadanya. Mudah untuk mengakui kesalahan dan menerima kebenaran.
Di antara sebab yang memudahkan untuk memiliki sifat rendah hati seperti apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i rahimahullah,
أرفع الناس قدرًا من لا يرى قدره، وأكثرهم فضلاً من لا يرى فضله
"Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak melihat dirinya memiliki kedudukan. Orang yang paling utama adalah orang yang tidak melihat dirinya memiliki keutamaan."
(Majma'ul Ahbab Wa Tadzkiratu Ulil Albab, Juz 3 halaman 263)
Semoga Allah mengaruniakan kepada kami keikhlasan, semoga Allah tidak menjadikan dunia sebagai tujuan kami dan menjadikan orientasi kami dalam hidup untuk mengggapai ridha Allah.
🖋️📚⚖️💡🌾
اَللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا
“Ya Allah, ajarkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat dan berilah manfaat kepada kami dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلَا
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyu, lidah yang selalu berdzikir dan amal yang diterima.”
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas dan dari doa yang tidak dikabulkan.”
اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ وَحُبَّ المَسَاكِيْنَ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُوْنٍ وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُني إِلَى حُبِّكَ
“Ya Allah, aku memohon taufik-Mu untuk dapat berbuat kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran, untuk dapat mencintai orang-orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah diriku, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah diriku dalam keadaan tidak terfitnah. Aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.”
اَللّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ قَابِلِيْنَ لَهَا وَأَتْمِمْهَا عَلَيْنَا
“Ya Allah, lembutkanlah di antara hati-hati kami, perbaikilah hubungan di antara kami, berilah untuk kami petunjuk kepada jalan-jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari segala kegelapan (kebatilan) kepada cahaya (kebenaran), jauhkanlah kami dari segala perbuatan keji baik yang nampak maupun yang tersembunyi, berkahilah kami dalam pendengaran kami, penglihatan kami, hati-hati kami, pasangan kami, dan anak keturunan kami. Berilah ampunan kepada kami sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang. Jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu, memuji-Mu dan menerima atas nikmat-nikmat tersebut dan sempurnakanlah nikmat-nikmat tersebut untuk kami.”
Allahumma aamiin...
🌱🌱🌱🌱🌱
Oleh : Fariq Gasim Anuz
Selasa,
16 Rabiul Akhir 1442 H
1 Desember 2020 M
Di share oleh ustad Dr Muhammad Arifin Badri lc Ma