Selasa, 15 Desember 2020

Dan apa yang kami yakini bahwa alam semesta ini bulat, juga termasuk pembahasan bab ini. Bahkan hal ini merupakan diantara hal yang telah disepakati oleh para salaf dari kalangan sahabat dan tabi'in. Tidak diketahui ada perselisihan pendapat diantara mereka dalam permasalahan ini, yaitu bahwa alam semesta ini bulat. Banyak para ulama yang telah menghikayatkan ijma' (konsensus) ulama muslimin dalam permasalahan ini" (Ar-Radd 'alal Manthiqiyyin hal. 260-261)

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah Rahmatullah 'alaihi berujar, 

وما نحن فيه من كروية الافلاك و استدارتها من هذا الباب بل مما أجمع عليه سلف الأمة من الصحابة و التابعين لا يعرف بينهم نزاع في أن القلك مستدير، وهو حكى إجماع علماء المسلمين على ذلك غير واحد ...

"Dan apa yang kami yakini bahwa alam semesta ini bulat, juga termasuk pembahasan bab ini. Bahkan hal ini merupakan diantara hal yang telah disepakati oleh para salaf dari kalangan sahabat dan tabi'in. Tidak diketahui ada perselisihan pendapat diantara mereka dalam permasalahan ini, yaitu bahwa alam semesta ini bulat. Banyak para ulama yang telah menghikayatkan ijma' (konsensus) ulama muslimin dalam permasalahan ini" (Ar-Radd 'alal Manthiqiyyin hal. 260-261)

Dahulu yang mengingkari bumi ini bulat ialah kalangan ahli bid'ah dari kalangan Jahmiyyah, Asya'irah dan semisalnya. Mereka biasa melemparkan syubhat untuk menolak keyakinan Allah tinggi diatas Al-'Arsy karena mereka menolak Allah ada pada suatu jihah (arah) tertentu : "Kalau Allah ada di atas penduduk bumi bagian timur, berarti Allah berada di bawah penduduk bumi bagian barat". Subhanallah

Perhatikanlah ucapan Ar-Razi yang hendak menolak sifat tinggi secara dzatiyyah & Fi'liyyah bagi Allah dengan menolak bumi itu bulat. Ia berujar dalam Asaas At-Taqdis :

الأرض كرة، و إذا كان كذلك، امتنع كونه تعالى في الحيز و الجهة 

"Bumi (katanya) bulat. Jika memang demikian, maka tentulah mustahil keberadaan Allah Ta'ala pada suatu hayyiz dan jihah"

Kemudian ia melanjutkan (Afwan langsung terjemahan, saya capek ngetik arabic-nya) :

"Karena arah yang merupakan arah bagi penduduk bumi bagian timur adalah arah bawah bagi penduduk bumi bagian barat dan demikian pula sebaliknya.....sehingga jelaslah kemustahilan keberadaan Allah pada suatu jihah (arah tertentu).

Mengenai jihah dan hayyiz yang sering didengung-dengungkan oleh kalangan Asy'ari bahwa ini adalah isthlah yang tidak dikenal oleh kalangan ulama salaf. Asy-Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullah di Al-Qawaid Al-Mustla telah menjelaskan manhaj Ahlus Sunnah terkait jihah, bahwa ia harus di tafshil, tidak ditetapkan atau dinafikan secara mustlak. Demikian pula dengan hayyiz, karena kalangan Asy'ari yang kerap bergumul dengan manthiq Yunani kerap kali terjebak dalam rumusan dan logika manthiqiyyah yang memaksakan Nash untuk selaras dengannya. Mereka sering menyebutkan bahwa hayyiz ialah sesuatu yang berwujud, maka ia memiliki dua kemungkinan : pada suatu jism atau tidak. Mereka pun berbeda pandangan apakah hayyiz sama dengan makaan (tempat) atau tidak, dan seterusnya dari kebingungan mereka.

Kembali ke masalah, diantara syubhat mereka untuk mengingkari sifat tinggi bagi Allah dengan muqaddimah : Bumi tidak bulat.
Ust abu hanifah
Tambahan faedah : 
Kalau Ndak percaya kepada kutipan ini, silahkan baca langsung Ar-Radd 'alal Manthiqiyyin bagaimana Ibnu Taimiyah menyebutkan itu ijma', beliau juga menyampaikan hal ini di Dar'u at-ta'arrudh dan termaktub pula di majmu' fatawa