Ada salah satu rahasia agung lagi menakjubkan yang tersimpan mulia dalam Al-Qur'an dan diungkapkan para ulama mengenai perbedaan dua surat agung al-mu'awwidzatain: surat al-Falaq dan an-Nas
Surat al-Falaq adalah perlindungan dari keburukan-keburukan eksternal manusia seperti malam ketika menggulita, bulan purnama, dan lain-lain. Waktu malam dan terang rembulan adalah waktu mendominasinya keburukan dan menyebarnya sihir-sihir yang diselancarkan tukang sihir melalui jin-jin yang telah melakukan akad janji seiya-sekata dalam kesyirikan.
Mudharat eksternal ini adalah mudharat/keburukan yang bersifat umum lagi ada di setiap tempat sepanjang zaman.
Lalu, masih di surat yang sama, ada penyebutan lebih khusus terkait keburukan yang disebutkan yaitu keburukan penyihir dan orang yang hasad. Jadi perlindungan yang ada itu terfokus pada kedzaliman orang lain dan jiwa orang lain, bukan terkait dengan sesuatu yang bersumber dari dalam jiwa kita sendiri.
Surat ini ditutup dengan permintaan perlindungan dari orang yang hasad sebab di antara semua mudharat yang ada, hasadlah yang lebih parah. Hasadlah yang menjadi pemicu utama permusuhan iblis dengan anak adam. Hasadlah yang menjadikan seseorang berusaha mengupayakan mudharat untuk kita.
Sementara pada surat an-Nas, obyek yang dibicarakan sebagai suatu hal yang menjadi alasan seorang hamba meminta perlindungan hanyalah satu yaitu keburukan internal berupa keburukan bisikan syaitan yang menjadi wasilah seorang hamba jatuh dalam berbagai petaka syirik, maksiat dan bid’ah.
Bisikan-bisikan ini bisa bersumber dari bisikan syaitan dari kalangan jin dan manusia.
Syaitan akan memberikan bisikan-bisikan lembut kepada anak adam untuk melakukan hal yang Allah haramkan. Dihiasinya larangan itu dalam bentuk indahnya angan-angan. Lalu bertunaslah keinginan pada diri sang hamba untuk bermaksiat hingga tumbuh menjadi kebulatan tekat untuk melakukan kenistaan. Dibuatnya seorang hamba lupa bahwa itu adalah larangan. Dibuatnya seorang hamba lupa akan efek buruknya dunia dan akhirat. Pada akhirnya terjadilah kesyirikan, terjadilah pembunuhan, terjadilah zina, terjadilah ini dan itu.
Keburukan internal lebih dahsyat dibandingkan keburukan eksternal. Keburukan eksternal sangat mungkin untuk dijauhi atau dihilangkan namun keburukan internal akan senantiasa berada dalam diri seseorang sepanjang hidupnya. Karena itu, dalam surat an-Nas, kata al-waswaas (الوسواس) -yang artinya bisikan- dirangkai dengan kata al-Khannaas (الخناس) yang artinya sembunyi lagi kembali. Maksudnya, ketika seorang hamba mengingat dan meminta perlindungan kepada Allah, syaitan akan lari bersembunyi. Ia akan kembali hadir menggoda dan membisikkan sang hamba saat sang hamba tengah lalai. Begitu seterusnya berulang.
Karena keburukan dan efek dari bisikan syaitan yang merupakan gangguan internal (dalam surat an-Nas) dan ini lebih bahaya dibanding keburukan eksternal (yang ada dalam al-Falaq), Allah menyebutkan tiga sifat-Nya yang mulia lagi agung dalam surat an-Nas sebagai sumber kekuatan sang hamba terhindar dari bisikan syaitan.
"Katakanlah –wahai Muhammad-: Aku berlindung kepada
1. Rabb manusia, (Sifat ke-1)
2. Raja manusia, (Sifat ke-2)
3. Ilah/Sesembahan manusia. . ." (Sifat ke-3) (Qs an-Nas: 1-3)
Tiga sifat di atas kembali pada satu dzat yaitu Allah.
Dalam al-Falaq, ada tiga sumber keburukan eksternal:
"Katakanlah –wahai Muhammad-: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh (fajar) dari: (1) kejahatan malam apabila menggulita dan dari (2) kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya) dan dari (3) kejahatan orang-orang yang dengki ketika mendengki." (al-Falaq: 1-4)
Dalam surat al-Falaq penyebutan perlindungan kepada Allah dari tiga jenis keburukan eksternal tersebut hanya disebutkan sekali saja:
"Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh (fajar)" (QS al-Falaq: 1)
Maka meninggalkan dua surat ini adalah bencana lahir dan batin. Sebaliknya, siapa yang membaca dan membersamai dua surat ini, Allah akan memberikan perlindungan dari keburukan internal dan eksternal.
_____
Maraji':
1. Artikel di fanspage Kun Lillah Kama Yurid Yakun Laka Fauqa Ma Turid.
2. Artikel Latha’if Mustanbathah min Suratai al-Falaq wa an-Nas.
3. Tafsir Juz ‘Amma, Dr. Firanda Andirja.
____
Penyusun: Yani Fahriansyah