📝Hormati Ulama, Masyaikh dan Asatidzah tanpa ghuluw
Tidak ada seorang alim pun yang menguasai seluruh Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan tidak pula seluruh cabang-cabang ilmu Islam, setiap alim berlebih kurang dalam derajat keilmuan berdasarkan kualitas dan kuantitas ilmunya masing-masing.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
فإن الإحاطة بحديث رسول الله صلى الله عليه وسلم لمْ تكنْ لأحد من الناس
Karena sesungguhnya penguasaan seluruh Hadits Nabi صلى الله عليه وسلم itu tidak dicapai oleh seorang pun ulama... (Raf'ul-Malam: hal 21).
فمن اعتقد أنّ كل حديث صحيح قد بلغ كلّ واحد من الأئمة أو إمامًا معيّنًا فهو مخطئ خطأ فاحشًا قبيحًا
"Barangsiapa yang meyakini bahwa seluruh hadits shahih itu telah sampai dan dikuasai para Imam terdahulu atau Imam tertentu maka orang tsb telah salah persepsi yang amat fatal dan jelek" (Raf'ul-Malam: hal 31).
Ini perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah terkait para Imam terdahulu, terlebih lagi ulama yang datang setelahnya, maka tentu lebih mungkin untuk luput dari ulama tsb sebagian Hadits atau sebagian ilmu.
Dan kalaulah seorang Ulama atau Syaikh atau Ustadz salah dalam pendapatnya atau bahkan menyelisihi Hadits Nabi صلى الله عليه وسلم maka itu wajar dan tidaklah mengharuskan ia harus ditinggalkan karena itu, Syaikhul Islam melanjutkan:
"Sesungguhnya ulama mujtahid itu cukuplah ia mengetahui sebagian besar hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم sehingga tidak ada yang luput dari pengetahuannya kecuali hanya sedikit saja, kemudian jika ia menyelisihi sebagian kecil dari hadits tsb yang tidak sampai kepadanya maka ia mendapat uzur" (Raf'ul-Malam: hal 33).
Intinya tetap kita menghormati para ulama namun jangan sampai tingkat ghuluw, baik pada imam terdahulu apalagi ghuluw pada syaikh atau ustadz belakangan, jika pendapat imam nya atau syaikh nya atau ustadz nya diselisihi seolah akan tegak hari kiamat esok hari.