Kamis, 12 Desember 2024

Setiap pemimpin wajib melibatkan orang-orang yang jujur dan adil dalam kepemimpinannya, memilih yang terbaik dari yang ada. Namun, jika tidak ada orang yang sempurna dan bahkan terdapat kebohongan serta kejahatan di dalamnya, maka tetap berlaku sabda Nabi ﷺ: "Sesungguhnya Allah menolong agama ini melalui seorang laki-laki yang fasik" dan "melalui kaum yang tidak memiliki bagian (dari kebaikan)."

Setiap pemimpin wajib melibatkan orang-orang yang jujur dan adil dalam kepemimpinannya, memilih yang terbaik dari yang ada. Namun, jika tidak ada orang yang sempurna dan bahkan terdapat kebohongan serta kejahatan di dalamnya, maka tetap berlaku sabda Nabi ﷺ: "Sesungguhnya Allah menolong agama ini melalui seorang laki-laki yang fasik" dan "melalui kaum yang tidak memiliki bagian (dari kebaikan)."

Umar bin Khattab رضي الله عنه berkata: "Barang siapa yang memberikan jabatan kepada seseorang dalam suatu kelompok, padahal ia mengetahui bahwa ada orang lain yang lebih diridhai Allah daripada orang tersebut, maka sungguh ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin."

Pada kenyataannya, sulit ditemukan sosok yang sempurna dalam hal ini. Oleh karena itu, wajib memilih kebaikan yang lebih besar dan menghindari keburukan yang lebih besar. Para sahabat رضي الله عنهم dahulu merasa gembira dengan kemenangan Romawi Nasrani atas Persia penyembah api, karena kaum Nasrani lebih dekat kepada mereka dibandingkan kaum Persia. Yusuf عليه السلام pun pernah menjadi wakil bagi Firaun Mesir, meskipun Firaun dan kaumnya adalah musyrik. Dalam kapasitasnya, Yusuf melakukan kebaikan dan keadilan semampunya, serta menyeru mereka kepada keimanan sejauh yang memungkinkan.

—Ibn al-Qayyim, At-Turuq Al-Hukmiyyah
ustadz noor akhmad setiawan