وأما آلات اللهو المشغلة عن ذكر الله، فإن كانت بعد كسرها لا تعد مالاً كالمتخذة من الخشب ونحوه فبيعها باطل؛ لأن منفعتها معدومة شرعاً، ولا يفعل ذلك إلا أهل المعاصي، وذلك كالطنبور، والمزمار، والرباب وغيرها. وإن كانت بعد كسرها ورضها تعد مالاً كالمتخذة من الفضة والذهب، وكذا الصور وبيع الأصنام، فالمذهب القطع بالمنع المطلق، وبه أجاب عامة الأصحاب؛ لأنها على هيئتها آلة الفسق، ولا يقصد منها غيره.
"Adapun alat-alat musik yang menyibukkan seseorang dari dzikir kepada Allah, jika setelah dihancurkan tidak dianggap sebagai harta, sebagaimana alat-alat yang terbuat dari kayu dan yang semisal, maka tidak sah untuk diperjual-belikan. Karena dalam pandangan syari'at tidak ada gunanya, dan yang menggunakannya hanyalah orang-orang yang gemar bermaksiat. Contohnya: gitar, seruling, rebab dan yang semisal.
Jika alat-alat musik tersebut tetap dianggap sebagai harta -meskipun setelah dihancurkan- seperti yang terbuat dari perak dan emas, juga gambar dan jual beli patung, maka menurut mazhab syafi'i: mutlak tidak diperbolehkan. Demikian pendapat mayoritas ulama mazhab kami. Karena bagaimanapun juga bentuknya, ia tetap merupakan alat-alat orang fasik, dan tidak dibuat melainkan hanya untuk kefasikan"[54].
Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar karya Taqiyyuddin al-Husaini ad-Dimasyqi (hal. 242).