AKIDAH DAN FIKIH SYAFI'I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،
أَمّا بَعْدُ
Pada hari Kamis, 3 Rabiulawal 1444/ 29 September 2022 kami telah menyelesaikan Daurah Akidah dan Fikih Syafii dengan acuan kitab : Syarh as-Sunnah lil Muzani karangan Imam Ismail bin Yahya Al-Muzani Al-Mishri (w. 264 H.) dan Al-Mukhtashar Al-Lathif karangan Imam Abdullah bin Abdurrahman Bafadhl Al-Hadhrami (w. 918 H.) bersama Syekh Al-Faqih Dr. Labib an-Najib Asy-Syafi'i Al-Adni hafizhahullah di Masjid At-Taqwa, Rawalumbu, Bekasi.
Akidah dan fikih adalah dua bahasan inti dalam agama Islam, keduanya membenahi keyakinan dan tatacara ibadah seorang muslim agar mendapat kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Ahlussunnah wal Jamaah adalah nama pemersatu dari dua keilmuan tersebut, walau pada perkembangannya mengalami perbedaan interpretasi dan rumusan kajiannya.
Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i (w. 204 H.) yang merupakan tokoh Ahlussunnah pendiri fikih mazhab Syafi'i telah merumuskan permasalahan akidah yang dianutnya melalui karangan murid seniornya, Imam Ismail bin Yahya Al-Muzani dalam Syarh as-Sunnahnya. Diantara intisari akidah beliau dari kitab tersebut adalah :
1. Menetapkan (itsbat) sifat-sifat Allah tanpa tasybih dan tamtsil (tidak seperti muktazilah dan musyabbihah karramiyah)
2. Mengimani qadha dan qadar yang baik dan buruk secara proporsional (tidak seperti jabariyah dan qadariyah)
3. Mengimani Al-Quran adalah Kalamullah bukan makhluk (tidak seperti muktazilah)
4. Tidak mengkafirkan kaum muslimin (ahlul qiblah) dari perbuatan dosa-dosanya atau kebid'ahannya yang ringan (tidak seperti khawarij)
5. Menaati Ulil Amri pada perkara yang diridhai Allah dan tidak memberontak kepadanya
Adapun intisari permasalahan fikih syafii yang dibahas dalam Mukhtasar Lathif mencakup bab Ibadah (Thaharah, Salat, Zakat, Puasa, Haji) dan sebagian muamalah (Bai' dan Nikah) diantaranya :
1. Thaharah dengan fardhu, sunnah, syarat dan pembatalnya dibagi menjadi tiga bahasan : wudhu, mandi wajib, haidh, serta mensucikan dari najis.
Contoh kasus dalam mazhab syafii yang populer adalah najisnya air yang terkena najis jika kurang dari 2 qullah (200-216 liter) atau lebih dari 2 qullah tapi mengalami perubahan warna, bau dan rasa.
2. Salat dengan waktu, fardhu, sunnah, syarat, pembatal, dan macam-macamnya /yang berhubungan dengannya seperti : Salat jama'ah, safar, salat jumat dan khuthbahnya serta tatacara mengurusi jenazah.
Contoh kasus dalam mazhab syafii adalah qunut subuh adalah sunnah ab'adh (jika ditinggalkan dianjurkan sujud sahwi), hukum salat jamaah bagi laki-laki adalah fardhu kifayah, jarak tempuh minimal jamak & qashar salat adalah kurang lebih 80 KM, dan syarat jamaah salat jumat dengan 40 orang.
3. Zakat dengan ketentuan hukum nishab dan harta/kepemilikan benda (Mal) yang harus dikeluarkan zakatnya seperti hewan ternak, emas, perak, barang temuan serta yang terkait waktu seperti Zakat Fitrah.
Contoh kasus dalam mazhab syafi'i zakat fitrah wajib dikeluarkan dengan bahan makanan pokok setempat dengan takaran 1 sha (2,7 Kg).
4. Puasa yang dikhususkan adalah Ramadhan dengan fardhu, syarat sah dan wajibnya serta seputar iktikaf di Masjid.
Contoh kasus dalam mazhab syafii adalah masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke dalam tubuh seperti mulut, telinga, hidung. Secara khusus terkait sesuatu yang masuk kedalam mulut bagian tenggorokan dibawah makhraj huruf "Ha" dapat membatalkan puasa.
5. Haji dan Umrah dengan fardhu dan wajib setiap manasiknya.
Contoh kasus dalam mazhab syafii bahwasannya umrah adalah wajib 1x bagi setiap muslim/ah sebagaimana haji, perbedaan fardhu dan wajib dalam manasik haji dengan indikasi penunaian denda jika ditinggalkan pada aspek fardhu, tawaf wada disyariatkan bagi seseorang yang keluar mekkah walau tidak haji dan umrah.
6. Permasalahan transaksi jual beli (Ba'i) dan nikah dengan syaratnya yang harus ditunaikan berupa ijab qabul atas kepemilikan barang dan hak memilih (khiyar aib dan majlis) serta keharaman seputar transaksi ribawi.
Semoga Allah merahmati ulama syafiiiyah sepanjang zaman dan dapat meniti mazhabnya dengan komitmen dan amanah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Ustadz abid faturahman