Dua pasang suami istri hidup bertetangga. Pasangan pertama hidup dalam keruwetan dan cekcok. Berbeda dengan pasangan pertama, pasangan kedua hidup dengan bahagia, saling memahami dalam pengertian.
Di pagi yang cerah, sang istri (dari pasangan pertama) berkata kepada suaminya:
"Cobalah engkau datangi tetangga kita itu. Lihatlah apa yang mereka lakukan sehari-hari. Mereka nampaknya larut dalam kebahagiaan."
Mulai lah sang suami mendatangi rumah tetangganya. Ia dapati istri tetangganya itu sedang mengepel lantai rumah lalu beranjak ke dapur.
Beberapa saat kemudian suami tetangganya memasuki ruang utama. Karena tidak memperhatikan ember air, ia terpeleset dan terjatuh.
Sang istri mendatanginya dan segera minta maaf kepada suaminya:
"Saya minta maaf wahai suamiku. Aku salah karena lupa mengembalikan ember itu ke tempat semula."
"Oh tidak. Aku lah yang salah karena tidak berhati-hati. Terima kasih ya, engkau telah melaksanakan tugasmu hari ini." Jawab sang suami dengan lembut.
Setelah melihat kejadian ini, suami dari pasangan pertama tadi kembali ke rumahnya. Istrinya bertanya:
"Apakah engkau telah mengetahui rahasia kebahagiaan mereka?"
Sang suami menjawab dengan sebuah kalimat ringkas:
"Iya. Kita berdua selalu merasa benar dalam segala hal sementara tetangga kita selalu merasa bersalah dalam segala hal lalu sama-sama saling minta maaf."
_____
Catatan:
Perselisahan itu kan selalu ada. Tak perlu mencerca sebuah kesalahan dan tak perlu menuding siapa yang salah. Komunikasi adalah perhiasan pasutri. Sementara minta maaf adalah jembatan menuju hati dan perekat dua jiwa yang saling mencintai.
*Diterjemahkan dari page Khas li al-Mutazawwijin oleh Yani Fahriansyah
____
Jakarta (2016)