Senin, 17 Januari 2022

PengantarTEOLOGI MUHAMMADIYAH Bag.2

Pengantar
TEOLOGI MUHAMMADIYAH Bag.2

Dalam Tafsir Al-Azhar (24/6262-6263), Prof. Buya Hamka meriwayatkan dari KH. M. Sujak, yang mengatakan:

Tahun 1926, Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya sekaligus Konsul Muhammadiyah Jawa Timur, KH. Mas Mansur Al-Azhari naik haji bersama Cokroaminoto, bertepatan dengan setahun berlalu Raja Abdul Aziz menguasai Hijaz, mengalahkan Syarif Husain. Kedua sohib ini ingin bertemu dengan sang Raja, yang sedang di puncak kemenangannya tsb.

Sebelum menerima kunjungan dari duo sohib ini, sang Raja lebih dahulu mencari informasi tentang kedua calon tamunya beserta latar belakangnya. Awalnya sang Raja mendapat informasi tidak bagus tentang sang Kiai, tapi sang Raja merasa tidak puas dengan informasi tsb, kemudian sang Raja bertanya kepada Ulama Wahabi yang pernah berkunjung ke Jawa, yakni Syekh Abdul Aziz Al-‘Attiqī.

Syekh Al-‘Attiqī menerangkan apa adanya kepada Sang Raja: “... Muhammadiyah adalah gerakan agama yang menegakkan mazhab salaf seperti gerakan Syekh Muhammad bin Abdul-Wahhab juga... berat kepada membangun Roh Islam agar kembali kepada Sunnah Rasulullah SAW”. 

Setelah mendengar keterangan dari Ulama Besar Wahabi itu, barulah sang Raja berkenan menerima kunjungan dari KH. Mas Mansur dan sohibnya. Setelah selesai pertemuan, sang Raja berkata kepada syekh Al-‘Attiqī:

“Memang ya Abdul Aziz! Saya lihat cita² dan harapan kedua gerakan Islam di Jawa itu tergambar dalam peribadi kedua pemimpin itu... Dan perjuangan Muhammadiyah hendak menegakkan faham Salaf dan berpegang pada ajaran Islam yang asli terbayang jelas sekali pada tawadhu'-nya Syekh Mansur, lemah lembut sikapnya, fasih lidahnya berbahasa Arab dan luas ilmu agamanya...”.[]

Dengan demikian, Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang menganut Salafiyah yang mirip seperti Wahabi dalam pemurnian tauhid. Mirip bukan berarti sama, alias ada bedanya, yakni gerakan Muhammadiyah itu non-politik dalam menanamkan paham keagamaannya kepada umat. Sehingga jika dikatakan bahwa Muhammadiyah adalah wahabi itu tidak tepat, karena dari segi geraknya berbeda. Sehingga wajar jika tokoh Muhammadiyah terdahulu menolak jika Muhammadiyah dituduh Wahabi secara mutlak, yang mana Gerakan Wahabi yang bermazhab fikih Hanbali itu bekerjasama dengan Bani Saud mengangkat senjata melawan Bani Syarif Husain dalam upaya memurnikan tauhid, potensi munculnya asumsi seperti ini yang ditolak oleh Muhammadiyah. Tapi dari segi pemurnian tauhid dari bidah² klasik maupun kontemporer, maka banyak sekali kesamaan dibanding kesamaannya dengan anu.

Dengan demikian pula, tafsiran yang benar tentang akidah Muhammadiyah dalam HPT adalah menganut Salafiyah (mirip seperti Wahabi), bukan yang lain. Wallahualam

NB:
1️⃣ Dua tahun kemudian, tahun 1928, KH. Mas Mansur memprakarsai berdirinya Majelis Tarjih Muhammadiyah sekaligus dipercaya memimpin majelis tsb.
2️⃣ Sembilan tahun berikutnya lagi, tahun 1937, KH. Mas Mansur mendapat mandat Ketua Umum ke-4 Muhammadiyah.
3️⃣ Salah satu karya KH. Mas Mansur adalah Risalah Tauhid dan Sjirik, yang terilhami dari Kitab Tauhid-nya Syekh Muhammad bin Abdul-Wahhab.

Salam Persahabatan Berkemajuan,
Alfan Edogawa