Al Imam As Sya’by rahimahullah berkata...
“ Jika seandainya ada seseorang yang menghafalkan apa-apa yang aku lupa... maka dia akan menjadi seorang alim.”
(Uyunul Akhbar 2/529)
Al Imam Al Hafidz ‘Amir Bin Syarahbil As Sya’by rahimahullah lahir pada tahun 21 Hijriah pada zaman kekhalifahan Umar Bin Al Khattab radhiallahu anhu, dan masih mendapati lebih dari 500 orang sahabat Nabi...
Pria kecil nan kurus ini adalah murid dari para sahabat utama semisal Abu Hurayrah, Anas Bin Malik, Abu Musa Al Asyary, Saad Bin Abi Waqqash, Aisyah bintu Abu Bakr, Abdullah Bin Umar, Abdullah Bin Abbas, Jabir Bin Abdullah dan puluhan lagi yang lainnya radhiallahu anhum ajmain...
Walau berdimensi pipih dan berbobot ringan...
Ilmu dan keistimewaan yang tersemat padanya tidaklah kerempeng...
Pernah suatu hari Abdullah Bin Umar radhiallahu anhu mendengar As Sya’by menyampaikan riwayat-riwayat tentang sirah dan peperangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Ibnu Umar berkata tentangnya.... “ Seakan-akan anak muda ini menyaksikan semua itu bersama kami.”
Al Imam Muhammad Bin Sirrin rahimahullah pernah memasuki kota Kufah di Irak.
Kala itu As Sya’by memiliki halaqah ilmu yang dihadiri banyak sekali penuntut ilmu.
“ padahal ketika itu masih sangat banyak sahabat Rasulullah yang masih hidup.” Kata Ibnu Sirrin...
Tentang kekuatan hafalannya. Orang yang pernah bertemu dengannya tak kan mampu mengungkapkan kecuali kata takjub semata...
Beliau sendiri pernah berkata...
“Aku tak pernah sedikitpun meleset dalam menuliskan dan menghafalkan sesuatu. Tak sekalipun seseorang menyampaikan hadits kepadaku lalu aku memintanya untuk mengulangi perkataannya.”
Al Imam Sufyan Bin Uyainah rahimahullah pernah berkata .
“ Setelah zaman sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ada tiga orang yang merupakan obor penerang bagi generasinya di zaman mereka masing-masing .
Abdullah Bin Abbas di zamannya.
Amir As Sya’by di zamannya.
Dan Sufyan Ats Tsaury di zamannya.”
Makhul As Syamy berkata tentang dia...
“ di kolong langit ini. Aku tak pernah melihat manusia yang lebih mengetahui sunnah orang terdahulu daripada Amir As Sya’by .”
Orang-orang bertanya kepadanya dari mana ilmunya yang luas lagi dalam itu..
Beliau menjawab.
“Aku menyingkirkan malas dan lalai. Mengelilingi berbagai pelosok negeri. Bersabar seperti kesabaran burung merpati. Dan berangkat bersegera sebagaimana bersegeranya sang gagak di pagi hari.”
Tapi pada sejarahnya yang mentereng lagi berkilau dengan ilmu dan keutamaan itu, beliau justru juga dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan pandai bercanda dan membuat orang tertawa...
Imam para tabi’in itu, meski berperbawa dan disanjung di mana-mana.
Sosoknya tetap bersahaja dengan wajah yang senantiasa berhias senyum...
Pada suatu hari ada seorang yang bertamu ke rumahnya, tatkala beliau sedang duduk santai bersama istrinya...
Pria yang rupanya juga senang bercanda atau mungkin memang belum tahu sosoknya itu bertanya.
“Mana diantara kalian berdua yang dikenal sebagai As Sya’by itu?
Dengan santuy beliau menunjuk istrinya yang duduk di sebelahnya...
“Ini dia.”
Di lain kesempatan, salah seorang muridnya bertanya tentang perkara yang cukup menggelitik nalar...
“Wahai syaikh... siapa nama istri iblis?
Beliau datar saja dan tampak acuh tak acuh tatkala menjawab..
“ ah... itu salah satu walimahan yang tidak sempat saya hadiri.”
Jadi begitulah...
Kitab yang bertumpuk disertai ilmu yang menggapai ufuk, tak boleh menjadikanmu kehilangan senyum dan tawa saudaraku...
Ustsdz ervan