jiwa besar si putra Hazm ...
Syaikh Doktor ‘Umar Muqbil –hafizhahullah:
Ibn Hazm –rahimahullah- berkata di dalam Rasa-il-nya (4/337):
Aku berdebat dengan seseorang dari kalangan sahabat kami mengenai suatu masalah, lalu aku mengalahkannya dalam perdebatan tersebut lantaran ia memang sedikit bicara (karena ada cacat pada lisannya). Majelis pun bubar dengan kemenanganku. Tatkala aku sampai di rumah, berkelebatlah dalam jiwaku permasalahan yang tadi kami perdebatkan sehingga aku pun mencari-cari dan menelaah kembali permasalahan tersebut di beberapa kitab. Setelah kutelaah, kudapatilah petunjuk sahih yang menjelaskan kebatilan pendapatku dan kebenaran pendapat lawan debatku. Saat itu, bersamaku ada salah seorang sahabatku yang turut menyaksikan perdebatanku di majelis, maka aku pun memberitahukan kepadanya hasil temuanku.
Setelah ia melihat halaman kitab yang kutunjukkan, ia pun memandangku seraya berkata, “Apa yang akan kau lakukan?”
Maka kukatakan kepadanya, “Aku akan membawa kitab ini dan menunjukkannya kepada si Fulan (yakni lawan debatku tadi). Aku akan memberitahukan kepadanya bahwa pendapatnya benar sedangkan pendapatku batil, dan bahwasanya aku akan rujuk kepada pendapatnya.”
Maka perasaan heran pun menyelinap di dalam diri sahabatku akan hal itu, dan ia berkata kepadaku, “Dan kau akan berlapang dada dengan hal ini?”
Maka kukatakan kepadanya, “Ya, kalaulah hal itu memang memungkinkan untuk kulakukan saat ini, tidaklah aku akan menundanya hingga esok.”
Ibn Hazm berkomentar pula atas pendirian ini dengan mengatakan, “Dan ketahuilah, bahwasanya sikap seperti ini akan membuatmu memperoleh sebutan yang baik bersamaan dengan sematan sifat inshaf yang tiada sesuatu pun yang menyamainya. Dan janganlah kau jadikan tujuanmu untuk mencitrakan anggapan pada jiwamu bahwa kau menang, atau mencitrakan anggapan pada orang-orang yang hadir dari kalangan orang-orang yang tertipu olehmu dan percaya pada kebijaksanaanmu bahwa dirimu menang, padahal pada kenyataannya kau adalah orang yang kalah. Dengan begitu, kau pun menjadi orang yang melakukan perbuatan yang sangat hina dan rendah, orang yang sama sekali tak sehat pikiran dan buruk dalam niat.”
-HW ibn tato WW-