Kamis, 20 Januari 2022

Kisah Cinta Barirah dan Mughits - Kisah Kasih Tak Sampai di Zaman Nabi]Oleh : Syaikh Dr. Khalid Al-Mushlih hafizhahullah

[Kisah Cinta Barirah dan Mughits - Kisah Kasih Tak Sampai di Zaman Nabi]

Oleh : Syaikh Dr. Khalid Al-Mushlih hafizhahullah

Barirah radhiyallahu 'anha, dahulu ia adalah seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Barirah mengabdi pada 'Aisyah hingga akhirnya Barirah dibebaskan dari perbudakan. Ketika masih berstatus budak ia diperistri oleh seorang pria dari kalangan sahabat yang bernama Mughits yang juga budak namun ia tidak dimerdekakan dan tetap berstatus sebagai budak, Mughits adalah seorang budak berkulit hitam.

Tatkala Barirah dimerdekakan, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memberinya pilihan antara tetap dalam kehidupan pernikahan bersama suaminya Mughits, atau ia memilih keinginannya sendiri, lantas Barirah memilih keinginannya sendiri. Sementara Mughits -radhiyallahu 'anhu-, ia mencintai Barirah dengan rasa cinta yang sangat mendalam namun sayang, Barirah tidak ingin tetap bersamanya, sampai-sampai Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada 'Abbas radhiyallahu 'anhu :

ألا تعجب من حب مغيث لبريرة ومن بغض بريرة مغيثًا

"Tidakkah kau takjub terhadap rasa cinta Mughits kepada Barirah dan terhadap ketidaksukaan Barirah kepada Mughits?"

Jadilah Barirah memilih keinginannya sendiri dan berpisah dengan Mughits, hal ini membuat Mughits merasakan segurat kesedihan yang mendalam hingga ia kerap berjalan di belakang Barirah, mengikutinya sampai ke pasar-pasar sembari menangis memohon agar Barirah rujuk dan tetap menjadi suami istri dalam kehidupan pernikahan, namun Barirah tetap enggan.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam merasa iba padanya dan beliau berusaha memediasinya dengan Barirah, beliau bertanya kepada Barirah :

لو راجعته

"Sekiranya engkau berkenan rujuk kepadanya, (apakah kau mau)?"

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam meminta Barirah mempertimbangkan kembali agar rujuk kepada Mughits dengan akad nikah baru. Barirah pun bertanya :

أتأمرني

"Apakah engkau memerintahkanku?"

Yakni, Barirah meminta kejelasan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam terhadap mediasi beliau ini, apakah ia berupa perintah yang melazimi dirinya harus ta'at walau Barirah tidak menyukainya dan tidak senang, ataukah ia hanya berupa mediasi dan pilihan tanpa adanya perintah.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :

إنما أشفع

"Aku hanya memediasinya."

Yakni, aku tidak memerintahkanmu dengan kalimat tersebut, aku hanya menjadi perantara yang hendak menyampaikan niat Mughits ingin merujukmu.

Lantas Barirah menjawab :

لا حاجة لي فيه

"Aku tidak menginginkannya lagi..."

Yakni, Barirah tidak menerima mediasi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dengan mengemukakan alasannya seraya berkata : aku tidak menginginkannya lagi, yaitu, aku memang sudah tak ingin rujuk dengannya.
=====

Beberapa faidah dari kisah ini, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Khalid Al-Mushlih (tidak semuanya saya kutip dan terjemahkan) :

1. Terkadang cinta hanya dirasakan oleh satu pihak namun pihak yang lain tidak menerima cintanya dikarenakan ia memang tidak mencintai orang yang mencintai. Dalam kasus Mughits, ia senantiasa mencintai Barirah namun Barirah tidak mencintainya.

2. Seorang lelaki yang menyatakan kecintaan kepada pasangannya tidaklah mengurangi wibawanya, bahkan hal ini dilakukan oleh sayyidul basyar Shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana dalam Ash-Shahih, ketika beliau ditanya oleh 'Amr bin Al-'Ash -radhiyallahu 'anhu-, siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau menjawab : 'Aisyah. 

3. Kisah ini membuktikan kelemah-lembutan dan kasih sayang Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam kepada kaum mukminin ketika beliau merasa iba dengan keadaan Mughits, lantas beliau berinisiatif memediasi dan menengahinya walau tidak nampak bahwa Mughits datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam meminta pertolongan.

Wallahu a'lam
Ustadz tommi

Dialih bahasakan dari : https://almosleh.com/ar/101368 -dengan beberapa penambahan dan pengurangan-.