Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
فَمَنْ آمَنَ بِالرُّسُلِ وَأَطَاعَهُمْ عَادَاهُ أَعْدَاؤُهُمْ وَآذَوْهُ، فَابْتُلِيَ بِمَا يُؤْلِمُهُ، وَإِنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِهِمْ وَلَمْ يُطِعْهُمْ عُوقِبَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَحَصَلَ لَهُ مَا يُؤْلِمُهُ، وَكَانَ هٰذَا الْمُؤْلِمُ لَهُ أَعْظَمَ أَلَمًا وَأَدْوَمَ مِنْ أَلَمِ اتِّبَاعِهِمْ، فَلَا بُدَّ مِنْ حُصُولِ الْأَلَمِ لِكُلِّ نَفْسٍ آمَنَتْ أَوْ رَغَبَتْ عَنِ الْإِيمَانِ، لٰكِنَّ الْمُؤْمِنَ يَحْصُلُ لَهُ الْأَلَمُ فِي الدُّنْيَا ابْتِدَاءً، ثُمَّ تَكُونُ لَهُ الْعَاقِبَةُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَالْمُعْرِضُ عَنِ الْإِيمَانِ تَحْصُلُ لَهُ اللَّذَّةُ ابْتِدَاءً، ثُمَّ يَصِيرُ إِلَى الأَلَمِ الدَّائِمِ. وَسُئِلَ الشَّافِعِيُّ - رحمه الله - : (أَيُّهُمَا أَفْضَلُ للِرَّجُلِ: أَنْ يُمَكَّنَ أَوْ يُبْتَلَى؟)، قَالَ: (لَا يُمَكَّنُ حَتَّى يُبْتَلَى).
“Siapa yang beriman dan taat kepada para Rasul niscaya ia akan dimusuhi dan disakiti oleh musuh-musuh para Rasul tersebut, lantas ia pun diuji dengan sesuatu yang menyakitinya. Tetapi jika ia tidak beriman dan tidak taat kepada mereka maka ia akan dihukum di dunia dan di akhirat, lantas ia pun juga akan mendapati apa yang menyakitinya, dan itu lebih besar rasa sakitnya dan lebih kekal dibandingkan rasa sakit akibat mengikuti mereka. Jadi, rasa sakit akan tetap dialami oleh orang yang beriman maupun yang tidak beriman. Hanya saja orang yang beriman akan mendapati rasa sakit di dunia dan itupun di awal-awalnya, kemudian akan memperoleh happy ending di dunia dan di akhirat. Sebaliknya orang yang tidak beriman akan merasakan kelezatan (dunia) di awalnya, kemudian akan berakhir pada rasa sakit abadi selama-lamanya. Dahulu Imam asy-Syafi’i rahimahullah ditanya: “Manakah yang lebih baik bagi seseorang; ia dijayakan ataukah diberikan cobaan?” Maka beliau berkata: “Ia tidak akan dijayakan sampai ia diberikan cobaan (terlebih dahulu).” [[ Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad ]
Ustadz zainul arifin