Minggu, 30 Januari 2022

MUTIARA FAIDAH

💎MUTIARA FAIDAH 

▪️Bisa melakukan kebaikan ini murni Taufiq dari Allah, yang bisa melakukannya sedikit

▪️Perbuatan dosa adalah kehinaan, namun sayangnya yang jatuh didalam nya banyak

▪️Maka jangan kamu tinggalkan kebaikan ini hanya gara gara sedikit kawannya, dan jangan pula berbondong bondong melakukan perbuatan dosa karena banyak pelakunya

وإن تطع أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله

Dan jika kamu (Muhammad) mengikuti kebanyakan manusia maka sesungguhnya mereka akan menyesatkan mu dari jalan Allah

🎙️Syekh Sholeh Al Ushoimi hafidzahulloh

TENTANG PRASANGKA.

TENTANG PRASANGKA
.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin berkata,
.
الواجب إحسان الظن بالمسلم الذي ظاهره العدالة ولا يحل لأحد أن يظن سوءا بأخيه بدون قرينة أو بينة
.
"Perkara yang wajib adalah berbaik sangka kepada seorang muslim yang secara lahiriahnya adalah adil (baik). Dan tidak halal bagi seorang pun untuk berburuk sangka kepada saudaranya tanpa ada indikasi dan bukti yang jelas."
.
Sumber:
Fatāwā Nūrun 'Alā ad-Darb, jilid 24, hlm. 2.
Ponpes nidausalam 

Sihir pada kompetisi MTQ

:: Sihir pada kompetisi MTQ

Kisah nyata yg dialami Pasien kami, pasutri asal Aceh.

Sebetulnya ada banyak ibrah & faidah yg bisa dipetik dari kisah ruqyah pasutri tsb, tapi kami langsung ke poin sihir yg diberikan kpd istri pasien agar beliau kalah pada MTQ sewaktu masih SMA. 

.

Satu per satu pimpinan jin (Allahu a'lam) akhirnya bersedia bersyahadat, tentu dgn proses yg tidak sebentar untuk meyakinkan mereka, Biidznillah.

...

Beberapa pimpinan jin, kami ganti namanya menjadi Khadijah, Maryam, Fathimah, 'Aisyah, Hafshah, dan 'Umar (tapi jin bernama Umar endingnya malah masih kafir)

 Semua jin perempuan kami mintakan jodoh kepada Allah Ta'ala dari bangsa jin yg mereka sukai, Allahu a'lam bagaimana hakikatnya, akan tetapi semua jin yg telah bersyahadat tsb mengaku suka dgn jin muslim yg hadir dan ingin menikah dgn jin tsb. Allahu a'lam, ini perkara ghaib. Lantas kami perintahkan segera hijrah ke Madinah, untuk belajar Islam sesuai manhaj salaf.

...

Namun ternyata jin yg telah kami islamkan dan kami beri nama 'Aisyah, masih terperangkap. Dia ingin keluar tapi tak bisa. Lantas kami tanya,

"Kamu masuk dari udara atau dari makanan ?"

Maka jin itu menceritakan :

"Kami masuk melalui makanan, ketika si fulanah ikut Musabaqah Tilawatil Qur'an, ada yg nyihir dia melalui makanan, agar kalah, dan sihir tsb (yg dari makanan) masih ada"

Lantas kami berdoa kpd Allah Ta'ala agar diputuskan ikatan sihirnya, walhasil pasien muntah². Biidznillah.

Allahul musta'an.

....

Prinsip kami, ucapan jin tidak bisa langsung didustai dan tidak bisa langsung dibenarkan, kami harus validasi dgn bertanya kpd pasien.

.

Ternyata jin tsb jujur, pasien memang pernah diberikan makanan ketika MTQ, yang membuat pasien diare berat dan suaranya tidak keluar sama sekali ketika MTQ tsb.

Bayangkan, untuk event seperti MTQ saja masih aja pakai sihir, allahul musta'an.

Allahu a'lam

~al Faqiir Abu Musa al-Fadaniy

Syaikh al Allamah Ibnu Utsaimin berkata:“Lalu ketahuilah! Bahwa apabila seseorang mencaci saudaranya yang melakukan dosa, maka kebanyakan yang terjadi adalah ia juga akan melakukan dosa yang sama

Diantara tulisan indah yang pernah kubaca ialah:

Diantara bentuk perbuatan hina dan rendah adalah mencaci dan mengungkit dosa seseorang yang telah bertaubat. Sungguh, apabila seseorang telah bertaubat, maka Allah akan menghilangkan keburukannya dan menggantikan keburukan tersebut dengan kebaikan. Perhatikanlah ketika salah seorang shahabat Nabi ﷺ menyifati seorang lelaki yang telah bertaubat dan dirajam karena melakukan dosa zina dengan menyebutnya sebagai al Khabits (yang keji/ kotor), maka Rasulullah ﷺ bersabda:

لَهُوَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Sungguh di sisi Allah ia (lelaki yang dirajam -pent) lebih harum dari minyak kesturi."

📚 Isnad hadits ini Hasan. Diriwayatkan oleh Abu Daud 4435

Syaikh al Allamah Ibnu Utsaimin berkata:

“Lalu ketahuilah! Bahwa apabila seseorang mencaci saudaranya yang melakukan dosa, maka kebanyakan yang terjadi adalah ia juga akan melakukan dosa yang sama. Disebutkan dalam sebuah Atsar:

من عيّر أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله
“Barang siapa yang mencaci saudaranya karena dosa yang dilakukannya, maka ia tidak akan mati sampai ia melakukan dosa yang diperbuat oleh saudaranta tersebut”

✍🏻 Yami Amanda Cahyanto
Madinah an Nabawiyyah

Aku sibuk mencari kebahagiaan pada pernak-pernik dunia. Padahal ia ada dalam ketaatan pada Penciptanya.

KEBAHAGIAAN

طلبت السعادة في عروض الدنيا فإذا هي في طاعة خالقها

Aku sibuk mencari kebahagiaan pada pernak-pernik dunia. Padahal ia ada dalam ketaatan pada Penciptanya.
Ustadz saiful muhammad khadafi 

CEMBURU ITU SIFAT TERHORMAT...

CEMBURU ITU SIFAT TERHORMAT...

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta'ala berkata,

ﺃﺻﻞ اﻟﺪﻳﻦ اﻟﻐﻴﺮﺓ ، ﻭﻣﻦ ﻻ ﻏﻴﺮﺓ ﻟﻪ ﻻ ﺩﻳﻦ ﻟﻪ

"Perkara pokok dalam agama adalah kecemburuan, barangsiapa yang tidak memiliki kecemburuan dia tidak memiliki agama."

Al-Jawâbul Kâfiy: 68
.

Fahami Agama mu maka kamu akan selamat.

Fahami Agama mu maka kamu akan selamat.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullahu:
" Kejelekan dunia dan akhirat adalah ketika seseorang itu bodoh terhadap apa yang datang dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam serta meninggalkan nya, ini adalah bukti jelas bahwa tidak ada keselamatan dan kebahagiaan seorang hamba, kecuali dengan bersungguh-sungguh mengilmui apa yang di bawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan mengamalkannya.
Risalah tabukiyah. 44

Ketawadhuan dan Nasehat secara sembunyi2

Ketawadhuan dan Nasehat secara sembunyi2

Seorang Atba' Tabi'in Harun Bin Abdillah Al Hammal mengatakan: suatu ketika Ahmad bin Hanbal datang kerumahku pada malam hari, ia mengetuk pintu rumahku, maka aku bersegera membukakannya, ia mengucapkan salam dan akupun membalasnya. 

Aku bertanya: ada keperluan apa wahai Abu Abdillah? 

Ia menjawab: ada sesuatu yang merisaukan hatiku. 

Aku bertanya lagi: apakah itu? 

Ia menjawab: berlalu hari engkau menyampaikan hadits dalam keadaan duduk dibawah naungan sedangkan orang-orang berdiri dibawah terik matahari, maka jangan lakukan lagi, jika kau duduk maka orang-orang juga harus duduk. 

📝 Al Jami' Lii Akhlaq Ar Rawi 1/411

*Abu Abdillah adalah Kunyah Bagi Imam Ahmad Bin Hanbal
*Harun Bin Abdillah Al Hammal salah satu Imam Ahli Hadits, sebelumnya beliau dijuluki Al Bazzaz (pedagang kain) lantas beliau bersikap zuhud beralih profesi menjadi kuli angkut dengan upah sehingga dijuluki Hammal. (Al I'lam Liz Zarkali)
ustadz yasir ahmad fadhil 

Siapa saja yang beribadah kepada Allah tanpa di dasarkan atas ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat akan lebih besar daripada kebaikan yang ia perbuat.

Ngaji sunnah sudah berapa lama?
Sudah 5 tahun? 
Sudah 10 tahun? 
atau sdh belasan tahun?

Sudah bisa baca kitab gundul?
Sudah bisa baca kitab nahwu shorf?
Sudah bisa baca kitab aqidah dan kitab2 ilmu syar'i lainnya?

Kalau belum, 
berarti anda bukan tholibul ilmi.

Kalau belum, tapi banyak bicara tentang agama, berarti anda tertipu dengan diri sendiri.

الجاهل عدو نفسه

Musuhnya orang yang jahil (tidak berilmu) adalah dirinya sendiri

Sudah saatnya kurangi jiping (ngaji kuping) dan perbanyak ngaji kitab,karena itulah hakikat dari tholabul ilmi yg sebenarnya.

sudah waktunya tinggalkan  bermain2 di dunia maya, gunakanlah waktu dan umur yang Allah berikan untuk tunaikan kewajiban kepada-Nya.

Beribadah kepada Allah harus di bangun di atas ilmu. 

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah diatas ilmu, Maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

-سورة يوسف، آية ١٠٨

Umar bin abdul aziz rohimahulloh pernah berkata:

من عبد الله بغير علم كان ما يفسد أكثر مما يصلح

"Siapa saja yang beribadah kepada Allah tanpa di dasarkan atas ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat akan lebih besar daripada kebaikan yang ia perbuat.

Ngaji kitab Ma'had Darul ilmi mustika jaya bekasi.
Ustadz abdullah purnomo 

Adab-Adab Mustafti (Orang Yang Meminta Fatwa Kepada Alim)

Adab-Adab Mustafti (Orang Yang Meminta Fatwa Kepada Alim)

1. Beradab terhadap mufti dan memuliakannya ketika berbicara.

2. Pertanyaannya dalam rangka mencari kebenaran.

3. Tidak dalam rangka mencari-cari celah atau membenturkan pendapat para ulama.

4. Tidak bertujuan memfitnah antar orang berilmu.

5. Mengindahkan kondisi mufti dan senantiasa mendoakannya.
Ustadz muhammad nur faqih

Ditanyakan kepada Asy-Syaikh Shalih al-fauzan hafidzhahullah, "Aku mempelajari ilmu (syar'i) bertahun-tahun akan tetapi wawasan ilmu yang aku miliki tidak kokoh dan aku merasa tidak mendapatkan faedah. Maka nasehatilah kami !"

Ditanyakan kepada Asy-Syaikh Shalih al-fauzan hafidzhahullah, 

"Aku mempelajari ilmu (syar'i) bertahun-tahun akan tetapi wawasan ilmu yang aku miliki tidak kokoh dan aku merasa tidak mendapatkan faedah. Maka nasehatilah kami !" 

Maka beliau menjawab,
"Janganlah engkau katakan aku merasa tidak memiliki faedah pun !!" 

Karena sungguh seluruh gerak-gerik seorang penuntut ilmu adalah bernilai ibadah sebagaimana gerak-geriknya seorang yang bertaubat berhijrah menuju negri yang lebih baik. Dan hendaknya tujuanmu (Tholabulilmi) bukanlah agar dikatakan sebagai 'alim akan tetapi bertujuan untuk:

• Menghilangkan kebodohan dari dirimu
• Agar engkau dapat beribadah kepada Allah ta'ala dengan benar
• Dan agar akidahmu selamat

Walaupun ilmumu tidak memberikan manfaat kecuali dirimu atau keluargamu maka sungguh itu adalah sebuah kebaikan yang banyak.

📚 [Al Washaya Al Jaliyyah Lil-Istifadah dari durus Asy-Syaikh Sholih al-fauzan hafidhahullah]
Ustsdz muhammad iqbal 

celaanmu akan kembali kepadamu

SEBAB MALAS BERAMAL

📚 SEBAB MALAS BERAMAL

Seorang Ulama Tabi'in, Sulaiman at-Taimiy rahimahullah mengatakan: “Amal kebaikan adalah cahaya dalam hati dan menumbuhkan kekuatan dalam beramal. Sedangkan amal keburukan merupakan kegelapan dalam hati dan menyebabkan kemalasan dalam beramal.” (Hilyatul Auliya', 2/308)

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa

Hukum membaca basmalah ketika menyembelih.

Hukum membaca basmalah ketika menyembelih.

Sebagian ulama semisal Imam Malik, Ahmad bin Hambal, Abu Hanifah dan lainnya rahimahumullah menyatakan bahwa bila seorang muslim sengaja tidak membaca basmalah ketika menyembelih, maka hewan sembelihannya haram dimakan. Namun bila lupa alias tidak sengaja maka tetap halal dimakan.

Mereka berdalil dengan ayat:
‎(وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ)
Dan janganlah engkau memakan sembelihan yang tidak disebut nama Allah atasnya (al An’am 121)

Adapun Imam As Syafii rahimahullah berpendapat bahwa membaca basmalah ketika menyembelih itu hukumnya sunnah, bukan syarat atau wajib. Selama yang menyembelih adalah muslim maka halal dimakan daging sembihannya.

Adapun ayat di atas maka maksudnya adalah sembelihan yang disajikan untuk sesembahan selain Allah Ta’ala, demikian menurut pernafsiran Atha’ bin Abi Rabah, sehingga ayat tersebut semakna dengan ayat:
‎  (إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ) البقرة/ 173 
Sesungguhnya yang diharamkan atas kalian hanyalah bangkai, darah, daging babi, dan sesembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah. ( Al Baqarah 173)

Diantara dalil yang menguatkan pendapat pertama ialah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam : 
‎ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكل، ليس السن والظفر
“Alat apapun yang dapat mengalirkan darah hewan dan telah disebut nama Allah, maka makanlah. Asal tidak menggunakan gigi dan kuku.” (Bukhari dan Muslim)

Pada hadits ini dengan jelas Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan dua kriteria daging yang boleh dimakan, yaitu disembelih sehingga darahnya mengalir, dan disebut nama Allah. 

Namun, tetap saja masalah ini adalah masalah khilafiyah, anda dituntut untuk bersikap woles, dan lapang dada kepada saudara anda yang berbeda pendapat dengan anda.

Bila anda kesulitan melapangkan dada anda, maka anda bisa melatihnya di sini: https://pmb.stdiis.ac.id/

Ku tunggu sajian sembelihanmu, eeh pendaftaranmu, kawan!
Ustsdz Dr muhammad badri Ma 

Sabtu, 29 Januari 2022

hewan beda pemilik kawin dan beranak

M Chaerul Fahmi Pratama menurut jumhur haram. Karena ada unsur gharar. Dimana bisa saja sperma jantan tidak keluar. Jadi tidak bisa dipastikan serah terimanya. 

قال الشافعي وأبو حنيفة وأبو ثور وآخرون استئجاره لذلك باطل وحرام ولا يستحق فيه عوض ولو أنزاه المستأجر لا يلزمه المسمى من أجره ولا أجرة مثل ولا شئ من الأموال قالوا لأنه غرر مجهول وغير مقدور على تسليمه
[النووي، شرح صحيح المسلم ١٠/٢٣٠]

Solusinya akad hibah. Jadi jantannya dipinjam sebentar untuk dikawinkan. Kalau akad hibah, boleh menurut ijma’.

والله تعالى أعلم

Jumat, 28 Januari 2022

sholawat. Syaikh Bin Utsaimin rahimahullah berkata, “dalam sholawat kepada Nabi ﷺ (terdapat beberapa hal):

Hari jumat, harinya memperbanyak sholawat. Syaikh Bin Utsaimin rahimahullah berkata, “dalam sholawat kepada Nabi ﷺ (terdapat beberapa hal):
1. Menjalankan perintah Allah
2. Memenuhi sebagian hak-hak beliau
3. Banyak pahalanya
4. Menambah keimanan dan cinta kepada beliau, serta keterpautan dengan petunjuknya.”

Rabu, 26 Januari 2022

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan dalam kitab At-Tawwaabun:

Pernah membaca kisah ini, tapi tetap menarik dan menyentuh hati...Subhanallah

✅ Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan dalam kitab At-Tawwaabun:

Dari Abdul Wahid bin Zaid, beliau berkata,

Kami pernah berlayar di atas sebuah kapal. Lalu angin laut menghempaskan kami ke sebuah pulau. Kemudian kami turun. Tiba tiba ada seseorang yang sedang beribadah kepada sebuah patung. Kami pun menemuinya dan berkata kepadanya,

"Wahai pemuda, siapakah yang sedang kamu sembah?" Lalu dia menunjuk kepada sebuah patung berhala. Kami pun mengatakan, "Kalau ini bukan tuhan yg boleh disembah."

Dia pun berkata, "Kalau kalian, siapa yang kalian sembah ?" Kami menjawab, "Kami menyembah Allah." Dia menjawab, "Apa itu Allah." Kami mengatakan, "Allah adalah yang Arsy-Nya ada di langit, Dia menguasai bumi dan ketetapan-Nya berlaku bagi makhluk, baik yg hidup ataupun yang mati."

"Lalu bagaimana Dia memberitahu kalian akan hal itu?" Tanya dia. Kami menjawab, "Rabb Yang Maha Merajai lagi Maha Agung, Maha Pencipta yang Mulia menganugerahkan kepada kami seorang Rasul yang mulia, dan Rasul itulah yang mengabarkan kepada kami."

"Lalu apa yang dilakukan Rasul tersebut?" Tanyanya. Kami menjawab, "Menyampaikan risalah (ajaran Allah). Lalu Allah mewafatkannya."

"Apakah dia meninggalkan sebuah tanda untuk kalian?" Tanyanya. "Ya." Jawab kami.

"Apa yang dia tinggalkan?" Tanyanya lagi. Kami menjawab, "Beliau meninggalkan untuk kami sebuah kita suci dari Rabb Yang Maha Memiliki."

"Tunjukkan kepadaku kitab dari Rabb kalian itu." Pintanya.

"Biasanya kitab-kitab nya para Raja itu bagus-bagus." Timpalnya lagi. Lalu kami memberikan kepadanya mushaf Al-Qur'an. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa ini."

Lalu kami membacakan kepadanya sebuah surat dari Al-Qur'an. Ketika kami sedang membacanya tiba tiba dia menangis dan terus menangis sampai kami selesai membaca hingga akhir surat.

Dia berkata, "Pemilik perkataan ini seharusnya tidak boleh ditentang dan dimaksiati."

Kemudian dia masuk Islam lalu kami mengajarkan syariat-syariat Islam dan surat-surat dari Al-Qur'an.

Lalu kami pun membawanya ke atas kapal kami untuk melakukan pelayaran lagi. Ketika kami sedang dalam pelayaran dan malam yang gelap telah menyelimuti dan kami telah bersiap-siap untuk tidur, dia berkata, "Wahai kaum, Sesembahan yang kalian tunjukkan kepadaku apakah Dia tidur ketika gelap di malam hari?"

Kami menjawab, "Tidak wahai hamba Allah. Dia Maha Hidup Maha bersendiri dan maha Agung yang tidak pernah tidur."

Dia mengatakan, "Kalau begitu kalian adalah hamba-hamba yang buruk. Kalian tidur dalam keadaan Sesembahan kalian tidak tidur."

Lalu dia pun beribadah dan meninggalkan kami tidur.

Ketika kami sudah tiba di negeri kami maka aku berkata kepada teman-temanku, "Ini adalah orang yang baru masuk Islam dan orang yang asing di negeri kita."

Lalu kami mengumpulkan dinar dan dirham untuknya dan kami berikan kepadanya. Dia berkata "Untuk apa ini?"

Kami berkata, "Ini adalah harta yang dapat engkau gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu."

Dia menjawab, "Laa ilaha illallah, dahulu aku tinggal di sebuah pulau di tengah lautan dan menyembah selain-Nya namun Dia tidak membuat hidupku sengsara. Apakah Allah akan membuat hidupku menjadi sengsara setelah aku mengenal-Nya (dan menyembah-Nya)...!?"

Lalu dia pergi dan mencari kerja untuk dirinya sendiri. Setelah itu dia menjadi orang shaleh yang terkenal sampai dia wafat.

📚 [At-Tawwaabun karya Ibnu Qudamah rahimahullah, hal. 179]

#Beberapa_Pelajaran:

1. Pentingnya mendakwahkan tauhid dan melarang syirik, dengan sebab itu Allah ta'ala memberikan hidayah kepada manusia.

2. Bahayanya kebodohan terhadap ilmu agama dan bahaya pula hidup menyendiri dengan beribadah tanpa menuntut ilmu dan tanpa bergaul dengan orang-orang yang berilmu.

3. Syirik adalah dosa terbesar dan sekaligus kebodohan terbesar, karena pelakunya telah menyembah selain Allah yang sedikit pun tidak memberi manfaat dan tidak pula mampu menimpakan bahaya kepadanya.

4. Di balik musibah ada sejumlah hikmah, ketika para tabi'in ditimpa musibah terhempas ombak ke sebuah pulau, ternyata di pulau tersebut mereka menjadi sebab seseorang mendapatkan hidayah, dan itu akan menjadi pahala bagi mereka yang akan terus mengalir.

5. Wajibnya tawakkal dan yakin kepada Allah ta'ala yang Maha Pemberi rezeki dan telah menjamin rezeki bagi hamba-hamba-Nya, maka tidak sepatutnya seorang hamba bergantung kepada selain-Nya.

✏ Al-Ustadz Almanazil Billah, Lc hafizhahullah.

====================

ﻛﻨﺎ ﻓﻲ ﺳﻔﻴﻨﺔٍ ﻓﺄﻟﻘﺘﻨﺎ ﺍﻟﺮﻳﺢُ ﺇﻟﻰ ﺟﺰﻳﺮﺓ ﻓﻨﺰﻟﻨﺎ ﻓﺈﺫﺍ ﻓﻴﻬﺎ ﺭﺟﻞ ﻳﻌﺒﺪُ ﺻﻨﻤﺎً , ﻓﺄﻗﺒﻠﻨﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻗﻠﻨﺎ ﻟﻪ : ﻳﺎ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺗﻌﺒﺪ ؟ ﻓﺄﺷﺎﺭ ﺇﻟﻰ ﺻﻨﻢ .
ﻓﻘﻠﻨﺎ : ﻓﻠﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺇﻟﻪ ﻳﻌﺒﺪ.

ﻗﺎﻝ : ﺃﻧﺘﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﺒﺪﻭﻥ ؟
ﻗﻠﻨﺎ : ﻧﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ .

ﻗﺎﻝ : ﻭ ﻣﺎ ﺍﻟﻠﻪ ؟
ﻗﻠﻨﺎ: ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻋﺮﺷﻪ
ﻭﻓﻲ ﺍﻷ‌ﺭﺽ ﺳﻠﻄﺎﻧﻪ ﻭﻓﻲ ﺍﻷ‌ﺣﻴﺎﺀ ﻭ ﺍﻷ‌ﻣﻮﺍﺕ ﻗﻀﺎﺅﻩ.

ﻗﺎﻝ: ﻭ ﻛﻴﻒ ﻋﻠﻤﺘﻢ ﺑﻪ؟
ﻗﻠﻨﺎ: ﻭﺟَّﻪ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻠﻚُ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢُ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖُ ﺍﻟﺠﻠﻴﻞُ ﺭﺳﻮﻻ‌ً ﻛﺮﻳﻤﺎً ﻓﺄﺧﺒﺮﻧﺎ ﺑﺬﻟﻚ .

ﻗﺎﻝ: ﻓﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ؟
ﻗﻠﻨﺎ: ﺃﺩَّﻯ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﺛﻢ ﻗﺒﻀﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻴﻪ.

ﻗﺎﻝ: ﻓﻤﺎ ﺗﺮﻙ ﻋﻨﺪﻛﻢ ﻋﻼ‌ﻣﺔ؟
ﻗﻠﻨﺎ: ﺑﻠﻰ.

ﻗﺎﻝ: ﻣﺎ ﺗﺮﻙ ؟
ﻗﻠﻨﺎ: ﺗﺮﻙ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻛﺘﺎﺑﺎً ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻠﻚ .

ﻗﺎﻝ: ﺃﺭﻭﻧﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﻤﻠﻮﻙ ﺣِﺴﺎﻧﺎً . ﻓﺄﺗﻴﻨﺎﻩ ﺑﺎﻟﻤﺼﺤﻒ , ﻓﻘﺎﻝ : ﻣﺎ ﺃﻋﺮﻑ ﻫﺬﺍ .
ﻓﻘﺮﺃﻧﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻮﺭﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻠﻢ ﻧَﺰَﻝْ ﻧﻘﺮﺃ ﻭ ﻫﻮ ﻳﺒﻜﻲ ﻭﻧﻘﺮﺃ ﻭﻫﻮ ﻳﺒﻜﻲ ﺣﺘﻰ ﺧﺘﻤﻨﺎ ﺍﻟﺴﻮﺭﺓ.

ﻓﻘﺎﻝ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﺼﺎﺣﺐ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻼ‌ﻡ ﺃﻻ‌ ﻳُﻌﺼﻰ ﺛﻢ ﺃﺳﻠﻢ ﻭﻋﻠﻤﻨﺎﻩ ﺷﺮﺍﺋﻊ ﺍﻹ‌ﺳﻼ‌ﻡ ﻭﺳﻮﺭﺍً ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭ ﺃﺧﺬﻧﺎﻩ ﻣﻌﻨﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻔﻴﻨﺔ, ﻓﻠﻤﺎ ﺳﺮﻧﺎ ﻭ ﺃﻇﻠﻢ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭ ﺃﺧﺬﻧﺎ ﻣﻀﺎﺟﻌﻨﺎ ، ﻗﺎﻝ: ﻳﺎ ﻗﻮﻡ ﻫﺬﺍ ﺍﻹ‌ﻟﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺩﻟﻠﺘﻤﻮﻧﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﺫﺍ ﺃﻇﻠﻢ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻫﻞ ﻳﻨﺎﻡ؟

ﻗﻠﻨﺎ: ﻻ‌ ﻳﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺣﻲ ﻗﻴﻮﻡ ﻋﻈﻴﻢ ﻻ‌ ﻳﻨﺎﻡ.

ﻓﻘﺎﻝ: ﺑﺌﺲ ﺍﻟﻌﺒﻴﺪ ﺃﻧﺘﻢ ﺗﻨﺎﻣﻮﻥ ﻭ ﻣﻮﻻ‌ﻛﻢ ﻻ‌ ﻳﻨﺎﻡ . ﺛﻢ ﺃﺧﺬ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻌﺒﺪ ﻭ ﺗﺮﻛﻨﺎ.

ﻓﻠﻤﺎ ﻭﺻﻠﻨﺎ ﺑﻠﺪﻧﺎ ﻗﻠﺖ ﻷ‌ﺻﺤﺎﺑﻲ: ﻫﺬﺍ ﻗﺮﻳﺐ ﻋﻬﺪ ﺑﺎﻹ‌ﺳﻼ‌ﻡ ﻭ ﻏﺮﻳﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﻓﺠﻤﻌﻨﺎ ﻟﻪ ﺩﺭﺍﻫﻢ ﻭ ﺃﻋﻄﻴﻨﺎﻩ ﺇﻳﺎﻫﺎ,

ﻗﺎﻝ: ﻣﺎ ﻫﺬﺍ ؟
ﻓﻘﻠﻨﺎ ﺗﻨﻔﻘﻬﺎ ﻓﻲ ﺣﻮﺍﺋﺠﻚ.
ﻗﺎﻝ: ﻻ‌ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ‌ ﺍﻟﻠﻪ, ﺃﻧﺎ ﻛﻨﺖُ ﻓﻲ ﺟﺰﺍﺋﺮ ﺍﻟﺒﺤﺮِ ﺃﻋﺒﺪُ ﺻﻨﻤﺎً ﻣﻦ ﺩﻭﻧﻪ ﻭ ﻟﻢ ﻳﻀﻴﻌﻨﻲ ﺃﻓﻴﻀﻴﻌﻨﻲ
ﻭ ﺃﻧﺎ ﺃﻋﺮﻓﻪ؟!
ﺛﻢ ﻣﻀﻰ ﻳﺘﻜﺴَّﺐ ﻟﻨﻔﺴﻪ ، ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﻣﻦ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻣﺎﺕ.

Mengenal Imam Al-Baihaqi

Mengenal Imam Al-Baihaqi

Imam Al Baihaqi adalah seorang ulama ahli fiqh, ushul fiqh, hadist, dan salah seorang ulama besar mazhab Syafi’i. Beliaulah penulis kitab Sunan Al Baihaqi yang terkenal itu.

Nama Beliau

Imam Al-Baihaqi bernama lengkap Imam Al-Hafizh Al-Muttaqin Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa Al-Khusrauijrdi Al-Khurasani Al-Baihaqi. Baihaq adalah sejumlah perkampungan di wilayah Naisabur. Beliau adalah seorang ulama besar dari Khurasan (desa kecil di pinggiran kota Baihaq) dan penulis banyak kitab terkenal.

Kelahiran Beliau

Al-Baihaqi lahir di bulan Sya’ban tahun 384 H yang bertepatan dengan bulan September 994 Masehi1. Lahir di desa Khusraujirdi, termasuk daerah Baihaq, Naisabur.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Imam Al-Baihaqi hidup pada masa Daulah Al-‘Abbasiyah. Beliau mengembara mencari ilmu ke Khurasan, Irak, dan Hijaz. Dalam Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi bercerita tentang perjalanan Imam Al-Baihaqi dalam menuntut ilmu. Beliau mengatakan bahwa Imam Al-Baihaqi ketika berusia 15 tahun telah mendengar dari Abu Al-Hasan Muhammad bin Al-Husain Al-Alawi, sahabat dari Abu Hamid bin Asy-Syarqi dan beliau adalah guru yang paling dahulu bagi Imam Al-Baihaqi. Beliau luput dari menyimak secara langsung dari Abu Nu’aim Al-Isfarayini, sahabat Abu ‘Uwanah, dan meriwayatkan darinya secara ijazah mengenai jual beli. Beliau juga mendengar dari Imam Al-Hakim Abu Abdillah Al-Hafizh lalu memperbanyak riwayat darinya dan lulus darinya.2

Guru Beliau

Beliau berguru kepada ulama-ulama terkenal dari berbagai negara. Beliau harus menempuh perjalanan panjang dan melelahkan untuk bisa menghadiri majelis ilmu tersebut. Di antara guru-gurunya adalah sebagai berikut:

Imam Abul Hassan Muhammad bin Al-Husain Al-Alawi
Abu Abdillah Al-Hakim, pengarang kitab Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain
Abu Tahir Az-Ziyadi
Abu Abdur-Rahman Al-Sulami
Abu Bakr bin Furik
Abu Ali Al-Ruthabari
Hilal bin Muhammad Al-Hafar
Ibnu Busran
Al-Hasan bin Ahmad bin Farras
Ibnu Ya’qub Al-Ilyadi, dll.
Murid-Murid Beliau

Dalam kitab Siyar A’lamin Nubala (18/169), Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa di antara perawi yang meriwayatkan dari beliau adalah:

Syaikhul Islam Abu Ismail Al-Anshari dengan ijazah
Putranya sendiri: Ismail bin Ahmad bin Al-Husain
Cucu beliau: Abu Al-Hasan bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad
Abu Zakariya Yahya bin Mandah Al-Hafidz
Abu Ma’ali Muhammad bin Ismail Al-Farisi
Abdul Jabbar bin Abdul Wahhab Ad-Dahhan
Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Khuwairi
Abdul Hamid bin Muhammad Al-Khuwairi
Abu Bakar Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Bahiri, dll.
Pujian Ulama Kepada Beliau

Imam Al-Haramain mengatakan, “Tidak ada satu pengikut Asy-Syafi’i pun melainkan Asy-Syafi’i memiliki jasa kepadanya, kecuali Al-Baihaqi, karena dia berjasa kepada Asy-Syafi’i berkat karya-karyanya yang berisikan pembelaan terhadap mazhabnya dan pendapat-pendapatnya.”3

At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam Al-Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin dan penyeru kepada tali Allah yang kukuh. Beliau adalah penghafal besar, ahli ushul yang tiada bandingnya, zuhud, wara’, taat kepada Allah, membela mazhab, baik ushul maupun furu’-nya, salah satu bukit ilmu.”4

Abdul-Ghaffar Al-Farsi Al-Naisaburi dalam bukunya “Dzail Tarikh Naisaburi” memuji imam Al-Baihaqi setinggi langit dengan mengatakan, “Abu Bakr Al-Baihaqi Al-Faqih Al-Hafizh Al-Ushuli Ad-Din Al-Wari’, orang nomor satu pada zamannya dalam hal hafalan, orang yang tiada bandingannya di antara para sejawatnya dalam hal kesempurnaan dan ketelitian, salah satu pemuka murid Al-Hakim, dan dia mengunggulinya dengan berbagai macam ilmu. Beliau menulis hadis, menghafalkannya semenjak kecil, mendalaminya, serta menguasainya. Beliau mengambil ilmu ushul dan melakukan perjalanan menuntu ilmu ke Irak, daerah berbukit dan Hijaz, kemudian menulis karya ilmiah. Karyanya hampir mencapai seribu juz, yang belum pernah didahului oleh seorang pun sebelumnya. Beliau menghimpun ilmu hadis dan fikih, menjelaskan tentang ‘illat hadis dan meninjau tentang perbedaan-perbedaan hadis-hadis. Para ulama meminta beliau untuk berpindah dari daerah An-Nahiyah ke Naisabur untuk mendengar kitab-kitabnya. Beliau pun datang padatahun 314 H, lalu mereka bermajelis untuk mendengarkan kitab Al-Ma’rifah dan para ulama menghadirinya. Dia mengikuti jalan ulama, merasa puasdengan yang sedikit.”5

Imam Adz-Dzahabi pun memuji beliau dengan mengatakan, “Seandainya Al-Baihaqi mau membuat madzhab untuk dirinya di mana dia berijtihad, niscaya dia mampu melakukannya karena keluasan ilmu dan pengetahuannya tentang perselisihan ulama. Karena itu, kalian melihatnya membela permasalahan-permasalahan yang didukung oleh hadis sahih.”6

Akhlak Beliau

Ibnu ‘Asakir berkata, Syekh Abu Al-Hasan Al-Farisi berkata, “Al-Baihaqi berjalan di jalan para ulama, qana’ah terhadap yang sedikit, dihiasi dengan zuhud dan wara’,serta tetap seperti demikian sampai meninggal.”7

Ibnu Katsir berbicara tentang akhlak beliau, “Al-Baihaqi adalah orang yang zuhud dan menerima sesuatu yang sederhana, banyak beribadah dan wara’.”8

Karya Beliau

Sejumlah kitab penting telah ditulisnya dan mempunyai nilai tinggi di sisi para ulama-ulama setelahnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa karyanya mencapai seribu jilid9. Kitab-kitab karangan beliau pun mempunyai keistimewaan dibandingkan yang lainnya, karena diurutkan dengan urutan yang begitu teliti dan cermat dan tidak ada yang seperti beliau. Karena itu tidak ada yang seperti beliau sebelumnya (10). Di antara karya beliau:

Kitab As-Sunan Al-Kubra dalam 10 jilid
Kitab Syu’ab Al-Iman dalam 2 jilid
Kitab Dala’il An-Nubuwwah dalam 4 jilid
Kitab Al-Asma wa Ash-Shifat dalam 2 jilid
Kitab Ahkam Al-Qur’an dalam 2 jilid
Kitab Takhrij Ahadits Al-Umm
Kitab Al-Ma’rifat fi As-Sunan wa Al-Atsar dalam 4 jilid
Kitab Al-Mu’taqad dalam 1 jilid
Kitab Al-Ba’tswa An-Nusyur dalam 1 jilid
Kitab At-Targhib wa At-Tarhib dalam 1 jilid
Kitab Nushus Asy-Syafi’i dalam 2 jilid
Kitab As-Sunan Ash-Shaghir dalam 1 jilid besar
Kitab Al-Madkhal ila As-Sunan dalam 1 jilid
Kitab Fadhail Al-Auqat dalam 2 jilid
Kitab Manaqib Asy-Syafi’i dalam 1 jilid dan masih banyak lagi yang lainnya.
Meninggalnya Beliau

Imam al-Baihaqi meninggal pada hari Sabtu di Naisabur, Iran, tanggal 10 Jumadil Ula 458 H (9 April 1066 M). Dia lantas dibawa ke tanah kelahirannya yaitu Baihaq dan dimakamkan di sana. Beliau hidup selama 74 tahun. 
(Diambil dari muslim or id)

Aqidah beliau.

Namun dalam aqidah beliau banyak terwarnai oleh aqidah asy’ariyah. Bahkan beliau adalah pembela aqidah asy’ariyah
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitab Al Hamawiyah tentang imam Al Baihaqi:

مع توليه للمتكلمين من أصحاب أبي الحسن الأشعري، وذبه 
عنهم،

“Ia loyal kepada ahlul kalaam dari ashhab Abil Hasan Al Asy’ariy dan membela mereka.”

Dalam kitab: Al Baihaqi wamauqifuhu minal ilahiyat karya Doktor Ahmad bin Athiyah Al Ghamidi dijelaskan dengan jelas tentang aqidah imam Al Baihaqi. Semoga Allah mengampuni beliau.#
Ustadz abu yahya badrusalam 
https://www.facebook.com/100005503590633/posts/1874544172739018/

Selasa, 25 Januari 2022

Jika Allah memberimu kelimpahan harta, maka hendaknya ada jejak dari harta tadi di pakaian, rumah, kendaraan, sedekah, nafkah, agar terlihat di hadapan manusia akan jejak dari nikmat Allah tadi atasmu

"Jika Allah memberimu kelimpahan harta, maka hendaknya ada jejak dari harta tadi di pakaian, rumah, kendaraan, sedekah, nafkah, agar terlihat di hadapan manusia akan jejak dari nikmat Allah tadi atasmu."

(Syekh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu dalam Syarh Riyadh ash Shalihin 5/458)

---

Menampakkan nikmat tidak identik dengan pamer. Menduga orang lain pamer adalah hal yang sangat berat.
Ustadz muhammad nur faqih

Bagaimana cara menyikapi perbedaan pendapat antar ustadz yang sama kuat dalilnya?

Bagaimana cara menyikapi perbedaan pendapat antar ustadz yang sama kuat dalilnya?

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin rahimahullah ditanya tentang masalah ini dan beliau menjawab dengan ringkasan sebagai berikut:

Nasehat beliau untuk para da'i/ustadz/'alim:

1. Apabila bisa sepakat pada satu pendapat maka ini lebih utama.
2. Apabila tidak ada kata sepakat dikarenakan setiap 'alim dengan kapasitas ilmunya tidak mampu menerima pendapat yang lain, maka Allah tidak membebani hambanya dengan suatu yang dia tidak mampu. 
Sehingga tidak ada kewajiban bagi seorang 'alim untuk menerima pendapat yang lain selama memang 'alim tersebut tidak melihat kebenaran pada pendapat itu.

Arahan beliau kepada awwam dalam menyikapi perbedaan pendapat:

1. Ambillah pendapat seorang 'alim yang menurut anda lebih mendekati kebenaran. Yaitu dengan 2 kriteria: baik itu dikarenakan ilmunya yang luas atau karena ketakwaannya.
2. Apabila para 'alim/ustadz yang berbeda pendapat ini menurut hemat anda mereka sama dalam hal keilmuan maupun ketakwaan, maka sebagian ulama mengatakan: 
1- bebas memilih, atau..
2- pilihlah yang paling ketat karena lebih berhati-hati, atau..
3- pilihlah yang paling ringan karena lebih mudah dan lebih sesuai dengan kaedah-kaedah syari'at, karena agama ini adalah agama yang mudah (beliau kemudian membawakan beberapa dalil tentang hal ini dan menguatkan pendapat ke-3)

Wallahu ta'ala a'lam bisshowab..

[Diringkas dari kitab Mauqif Al-Muslim min Al-Fitan hal.24-26, karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin rahimahullah]
Ustadz muhammad hanief ridho

Senin, 24 Januari 2022

kesombongan itu menghinakan

Al Imam As Sya’by rahimahullah berkata...

Al Imam As Sya’by rahimahullah berkata...

“ Jika seandainya ada seseorang yang menghafalkan apa-apa yang aku lupa... maka dia akan menjadi seorang alim.”

(Uyunul Akhbar 2/529)

Al Imam Al Hafidz ‘Amir Bin Syarahbil As Sya’by rahimahullah lahir pada tahun 21 Hijriah pada zaman kekhalifahan Umar Bin Al Khattab radhiallahu anhu, dan masih mendapati lebih dari 500 orang sahabat Nabi...

Pria kecil nan kurus ini adalah murid dari para sahabat utama semisal Abu Hurayrah, Anas Bin Malik, Abu Musa Al Asyary, Saad Bin Abi Waqqash, Aisyah bintu Abu Bakr, Abdullah Bin Umar, Abdullah Bin Abbas, Jabir Bin Abdullah dan puluhan lagi yang lainnya radhiallahu anhum ajmain...

Walau berdimensi pipih dan berbobot ringan...
Ilmu dan keistimewaan yang tersemat padanya tidaklah kerempeng...

Pernah suatu hari Abdullah Bin Umar radhiallahu anhu mendengar As Sya’by menyampaikan riwayat-riwayat tentang sirah dan peperangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Ibnu Umar berkata tentangnya.... “ Seakan-akan anak muda ini menyaksikan semua itu bersama kami.”

Al Imam Muhammad Bin Sirrin rahimahullah pernah memasuki kota Kufah di Irak. 
Kala itu As Sya’by memiliki halaqah ilmu yang dihadiri banyak sekali penuntut ilmu.
“ padahal ketika itu masih sangat banyak sahabat Rasulullah yang masih hidup.” Kata Ibnu Sirrin...

Tentang kekuatan hafalannya. Orang yang pernah bertemu dengannya tak kan mampu mengungkapkan kecuali kata takjub semata...

Beliau sendiri pernah berkata...
“Aku tak pernah sedikitpun meleset dalam menuliskan dan menghafalkan sesuatu. Tak sekalipun seseorang menyampaikan hadits kepadaku lalu aku memintanya untuk mengulangi perkataannya.”

Al Imam Sufyan Bin Uyainah rahimahullah pernah berkata .
“ Setelah zaman sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ada tiga orang yang merupakan obor penerang bagi generasinya di zaman mereka masing-masing .
Abdullah Bin Abbas di zamannya. 
Amir As Sya’by di zamannya.
Dan Sufyan Ats Tsaury di zamannya.”

Makhul As Syamy berkata tentang dia...
“ di kolong langit ini. Aku tak pernah melihat manusia yang lebih mengetahui sunnah orang terdahulu daripada Amir As Sya’by .”

Orang-orang bertanya kepadanya dari mana ilmunya yang luas lagi dalam itu..
Beliau menjawab.
“Aku menyingkirkan malas dan lalai. Mengelilingi berbagai pelosok negeri. Bersabar seperti kesabaran burung merpati. Dan berangkat bersegera sebagaimana bersegeranya sang gagak di pagi hari.”

Tapi pada sejarahnya yang mentereng lagi berkilau dengan ilmu dan keutamaan itu, beliau justru juga dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan pandai bercanda dan membuat orang tertawa...

Imam para tabi’in itu, meski berperbawa dan disanjung di mana-mana. 
Sosoknya tetap bersahaja dengan wajah yang senantiasa berhias senyum...

Pada suatu hari ada seorang yang bertamu ke rumahnya, tatkala beliau sedang duduk santai bersama istrinya...
Pria yang rupanya juga senang bercanda atau mungkin memang belum tahu sosoknya itu bertanya.
“Mana diantara kalian berdua yang dikenal sebagai As Sya’by itu?
Dengan santuy beliau menunjuk istrinya yang duduk di sebelahnya...
“Ini dia.”

Di lain kesempatan, salah seorang muridnya bertanya tentang perkara yang cukup menggelitik nalar...
“Wahai syaikh... siapa nama istri iblis?

Beliau datar saja dan tampak acuh tak acuh tatkala menjawab..

“ ah... itu salah satu walimahan yang tidak sempat saya hadiri.”

Jadi begitulah...
Kitab yang bertumpuk disertai ilmu yang menggapai ufuk, tak boleh menjadikanmu kehilangan senyum dan tawa saudaraku...
Ustsdz ervan 

Seseorang yang membuka lembaran kitab untuk berusaha mengurai hukum syari, sekalipun ia hanya duduk di atas kursinya, ia terhitung tengah menuntut ilmu

"Seseorang yang membuka lembaran kitab untuk berusaha mengurai hukum syari, sekalipun ia hanya duduk di atas kursinya, ia terhitung tengah menuntut ilmu.

Begitupun dengan seseorang yang belajar di hadapan seorang guru, ia pun tengah berjalan di atas jalan ilmu."

(Syekh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu, Syarh Riyadh ash Shalihin 5/434)
Ustadz muhammad nur faqih

HUKUM QIROAH AL QUR'AN SEBELUM ADZAN?

HUKUM QIROAH AL QUR'AN SEBELUM ADZAN?

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Syekh Bin Baz rahimahullah pernah ditanya oleh salah seorang penjaga masjid yang tidak mau qiroah dengan pengeras suara sebelum adzan karena tahu kalau itu adalah perbuatan bid'ah, namun orang orang mencelanya sebagai orang yang keras kaku dll.

Maka Syekh Bin Baz rahimahullah berkata:

"Anda sudah benar saudaraku, sudah sesuai sunnah, alhamdulillah, dan jangan pedulikan ucapan orang, jika sudah masuk subuh maka cukup adzan. 

Adapun qiroah sebelum adzan ini tidak ada dasarnya, bahkan bisa mengganggu orang lain, mengusik orang tidur. 

Intinya ini (qiroah sebelum adzan) tidak ada syariat nya, tidak pernah dilakukan oleh rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta para sahabatnya, tidak pernah mereka mengeraskan suara bacaan Qur'an untuk membangunkan orang tidur...

Semoga bermanfaat 

Muhammad Yusuf Rustam 

Sidayu, Senin 21 Jumadil Akhir 1443 H / 24 January 2022 M

Minggu, 23 Januari 2022

Makna Istiwa apakah bermakna bersemayam ataukah tinggi di atas Arasy ?

Makna Istiwa apakah bermakna bersemayam ataukah tinggi di atas Arasy ?

Syaikh Abdurrahman As Sa’diy rahimahullah berkata:

نثبت أنه استوى على عرشه استواء يليق بجلاله، سواء فُسِّر ذلك: بالارتفاع، أو بعلوه على عرشه، أو بالاستقرار، أو الجلوس، فهذه التفاسير واردة عن السلف، فنثبت لله على وجه لا يماثله ولا يشابهه فيها أحد، ولا محذور في ذلك إذا قرنَّا بهذا الإثبات نفي مماثلة المخلوقات

“Kita menetapkan bahwa Dia beristiwa di atas Arasy-Nya sesuai dengan keagungan-Nya. Sama saja apakah istiwa ditafsirkan dengan makna irtifa’ atau tinggi di atas Arasy atau istqrar atau bersemayam (duduk). Semua penafsiran ini ada asalnya dari salaf. Kita tetapkan untuk Allah namun tidak menyerupai siapapun dari makhluk. Dan itu tidak terlarang jika kita tetapkan bila disertai dengan peniadaan mumatsalah (keserupaan) dengan makhluk.”
(Al Ajwibah As Sa’diyah hal 146).

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata dalam majmu fatawa (5/527):

وإذا كان قعود الميت في قبره ، ليس هو مثل قعود البدن، فما جاءت به الآثار عن النبي صلى الله عليه وسلم من لفظ (القعود والجلوس) ، في حق الله تعالى، كحديث جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه، وحديث عمر بن الخطاب رضي الله عنه، وغيرهما = أولى أن لا يماثل صفات أجسام العباد

“Apabila duduknya mayat dalam kuburnya tidak sama dengan duduknya badan (di dunia), maka atsar atsar yang berasal dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi Wasallam berupa lafadz (qu’ud dan julus) pada hak Allah seperti dalam hadits Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, hadits Umar bin Khathab dan lainnya lebih layak untuk tidak menyerupai sifat badan manusia.”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata:

فأما تفسير استواء الله تعالى على عرشه باستقراره عليه ، فهو مشهور عن السلف، نقله ابن القيم في النونية وغيره.
وأما الجلوس والقعود : فقد ذكره بعضهم، لكن في نفسي منه شيء. والله أعلم

“Adapun penafsiran istiwa Allah di atas Arasy-Nya dengan istiqror ‘alaih maka itu masyhur dari salaf. Sebagaimana dinukil oleh ibnu Qayyim dalam nuniyahnya dan lainnya. Adapun julus dan qu’ud (duduk) maka sebagian salaf menyebutkannya. Namun di hatiku ada sesuatu.”
(Majmu fatawa ibnu Utsaimin 1/196)

Kebanyakan salaf menafsirkan makna istiwa dengan makna ‘alaa wartafa’ 
Abul ‘Aliyah berkata, “Maknanya irtafa’a.” Dan imam Mujahid berkata, “alaa (tinggi) di atas Arasy.”
(Lihat shahih Bukhari bab ‘wakaana ‘arsyuhu ‘alal maa)

Imam Al Baghawi berkata dalam tafsirnya: ثم استوى إلى السماء ibnu Abbas dan kebanyakan ulama tafsir salaf memaknai irtafa’a (naik) ke langit.”
(Tafsir Al Baghawi 1/78)

Demikian pula itu adalah pendapat Abu Ubaidah, Al Farra dan lainnya. (Fathul Bari 13/417)

Sedangkan imam Addaroquthni dalam sya’irnya yang masyhur memaknai makna istiwa dengan qu’ud (duduk).

Adapun perkataan syaikh Abdul Qadir Jiilani dalam kitab Al Gunyah bahwa istiwa bukan dengan makna qu’ud dan julus dan juga bukan maka uluw dan rif’ah maka itu pendapat yang perlu ditinjau kembali. Karena adanya atsar atsar dari salaf tentang masalah ini. Dan tentunya mengikuti salaf lebih selamat. Karena mereka lebih berilmu dan lebih mapan keilmuannya.
Ustadz abu yahya badrusalam 

Dikatakan kepada Muhammad ibn Wāsi' : "Bagaimana kabarmu pagi ini Abu Abdillah ?"

" قيل لمحمد بن واسع : كيف أصبحت أبا عبد الله ؟ قال : قريبا أجلي ، بعيدا أملي ، سيئا عملي "

[ حلية الأولياء - أبو نعيم ]
Dikatakan kepada Muhammad ibn Wāsi' : "Bagaimana kabarmu pagi ini Abu Abdillah ?"

Ia menjawab : "Ajalku kian dekat, harapanku masih jauh, sementara amalanku jelek sekali "
Abu Umd 

Salah seorang generasi Tabi'in.

Pernah belajar kepada sahabat seperti Anas ibn Malik. 

Sejumlah tokoh besar pernah mengambil ilmunya, seperti : Sufyān Ats-Tsauri, Hammād ibn Zaid, Hammād ibn Salamah, dan lainnya.
Ustsdz bagus ferry

SELAMATKAN_MANUSIA#DARI_KESYIRIKAN

#SELAMATKAN_MANUSIA
#DARI_KESYIRIKAN

🔰Berkata As Syaikh Al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah :

"Barangsiapa yang menyelamatkan seseorang dari kesyirikan maka ia seperti memerdekakannya dari perbudakan. karena sejatinya ia telah memerdekakannya dari penghambaan kepada syaithan dan hawa nafsu". (Al Qaul Al Mufid 1/190).

#أهمية_دعوة_التوحيد
#التوحيد_أولا_وآخرا
Ustadz muhammad alif 

Sabtu, 22 Januari 2022

Ibnu Taimiyah Rujuk ke Aqidah Asy’ariyah??

Ibnu Taimiyah Rujuk ke Aqidah Asy’ariyah??

Tidak ragu lagi kejadian penghakiman ibnu Taimiyah di tahun 705 H di Mesir. Namun penyebutan bahwa beliau rujuk dengan sukarela dan tanpa paksaan kepada aqidah Asy’ariyah adalah kedustaan karena:

1. Setelah kejadian itu beliau menulis kitab kitab bantahan terhadap aqidah Asy’ariyah, maturidiyah, jahmiyah dan sebagainya. Seperti kitab Dar’u ta’arudhil ‘aqli wannaql. Kitab Ash Shofadiyah. Kitab An Nubuwat. Kitab Minhajussunnah dll. Dan ini bantahan yang paling tegas bahwa beliau tidak rujuk kepada aqidah asy’ariyah. 

2. Murid murid beliau terutama ibnu Qayyim tidak pernah menyebutkan bahwa beliau rujuk kepada aqidah asy’ariyah. Padahal beliau murid yang paling dekat dengan ibnu Taimiyah. Bahkan menemani beliau dalam penjara hingga meninggalnya. Diantaranya Ibnu Qayyim berkata menyebutkan kisah tersebut dalam kitab Madarijussalikin (2/489-490):

ولما طُلِب إلى الديار المصرية، وأُرِيدَ قتلُه، بعد ما أُنضِجَت له القُدُور، وقُلِّبت له الأمور؛ اجتمعَ أصحابُه لوداعه، وقالوا: قد تواترتِ الكُتُب بأنَّ القوم عامِلُون على قتلِك! فقال: والله لا يصِلُون إلى ذلك أبداً. قالوا: أفتُحبَس؟ قال: نعم، ويطولُ حبسي، ثم أَخرُج وأتكلَّمُ بالسُّنَّة على رؤوس الناس. سمعتُه يقول ذلك

“Ketika beliau diminta untuk pergi ke Mesir dan akan dibunuh setelah dipanaskan kuali dan perkara diputar balikkan. Para shahabat ibnu Taimiyah berkata, “Surat surat telah mutawatir bahwa mereka benar benar akan membunuhmu.” Beliau berkata, “Demi Allah mereka tidak akan sampai kepada itu.” Mereka berkata, “Apakah angkau dipenjara?” Beliau berkata iya, bahkan lama aku di penjara kemudian aku dikeluarkan dan aku berbicara di hadapan manusia dengan sunnah.” Aku mendengarnya beliau mengatakan demikian.” 

3. Para ulama yang menulis kitab khusus biografi ibnu Taimiyah seperti imam Al Barzali dan ibnu Abdil Hadi tidak juga menyebutkan bahwa beliau rujuk.

4. Imam Adz Dzahabi menyebutkan dalam kitab durrotul yatimah fii siirotitaimiyah bahwa beliau diancam akan dibunuh dan dipaksa untuk menulis kitab tersebut. 
Denikianlah memang, para ahlul bid’ah akan bersikap arogan dan bahkan mengancam dengan pembunuhan lalu diputarbalikan fakta. Allahul Musta’an…
Ustsdz abu yahya badrusalam 
https://www.facebook.com/100005503590633/posts/1872236246303144/

Kitab di bawah ini merupakan andalan bagi mereka yang kontra wahabi, kitab ini dinisbatkan kepada KH. Muhammad Faqih Abdul Jabbar Maskumambang, saya sendiri bertemu langsung dengan cucu beliau, yaitu: KH. Marzuki bin Ammar bin Muhammad Faqih, beliau sebagai cucu dan keluarga sangat meragukan kitab itu milik kakeknya

Kitab di bawah ini  merupakan andalan bagi mereka yang kontra wahabi, kitab ini dinisbatkan kepada KH.  Muhammad Faqih Abdul Jabbar Maskumambang, saya sendiri bertemu langsung dengan cucu beliau, yaitu: KH. Marzuki bin Ammar bin Muhammad Faqih, beliau sebagai cucu dan keluarga sangat meragukan kitab itu milik kakeknya, hal itu berdasarkan indikasi yang cukup kuat, yaitu: KH Muhammad Faqih mengumpulkan anak²nya yang juga para Kyai,  dan beliau berwasiat menunjuk putranya yang bernama KH.  Ammar  Faqih untuk meneruskan memimpin pondok maskumambang. Padahal  kala itu KH.  Ammar  Faqih setelah pulang dari menuntut ilmu di Arab saudi,  beliau dianggap sebagai tokoh sentral gerakan wahhabi di Gresik dan sekitarnya. Jikalau KH. Muhammad Faqih itu anti wahabi, apa mungkin dia rela pondoknya diwasiatkan kepada anak yang menjadi tokoh wahabi di zamannya?

Maka dari itulah,  pihak keluarga juga heran dengan munculnya kitab tersebut. Apalagi setelah klaim dari penerbitnya bahwa kitab ini telah hilang selama 93 tahun, Kebetulan cicit dari "pengarang" kitab ini juga teman sekelas saya waktu kuliah. 

Hasil wawancara dg KH. Marzuqi Ammar, 8/11/2020
Ustadz fadlan fahamsyah 
https://www.facebook.com/100004358714062/posts/1942021172619821/

Jumat, 21 Januari 2022

Terus Melakukan Dosa Kecil Akan Menjadikannya Dosa Besar ?

⭕️🎈Terus Melakukan Dosa Kecil Akan Menjadikannya Dosa Besar ? 

Pertanyaan,

“Para ulama telah menyebutkan bahwa al-ishraar (terus-menerus) di atas dosa kecil akan menjadikannya dosa besar, lalu adakah datang dalilnya dari Al-Qur’an dan Sunnah?”

Jawaban Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah

“Saya tidak mengetahuinya.

Namun mereka (ulama) menyebutkan bahwa:

“Terus-menerus di atas maksiat -dan orang itu mengetahui hal tersebut adalah kemaksiatan- terkandung padanya menganggap remeh dalam bermaksiat kepada Allah ‘azza wa jalla.”

Dan menganggap ringan dalam memaksiati Allah ‘azza wa jalla -tidak diragukan- hal tersebut termasuk dosa besar.

Janganlah kamu memandang kepada kecilnya maksiat namun lihatlah keagungan Dzat yang engkau memaksiati-Nya.”

📖 Fataawa ‘alath Thariq fi Masaail Mutanawwi’ah, Al-‘Utsaimin, hlm. 721-722
Ustadz musa jundana

Syaikh Labib Najib Al-Yamani - Rihlah menuntut ilmuMasa lajang itu adalah masa-masa keemasan. Masa dimana kita bisa dengan bebas dan fokus menuntut ilmu, mengkaji kitab-kitab ulama, menghafal Kalamullah dan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa pusing memikirkan tanggung jawab yang lain.

Syaikh Labib Najib Al-Yamani - Rihlah menuntut ilmu

Masa lajang itu adalah masa-masa keemasan. Masa dimana kita bisa dengan bebas dan fokus menuntut ilmu, mengkaji kitab-kitab ulama, menghafal Kalamullah dan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa pusing memikirkan tanggung jawab yang lain.

Bahkan ada sebuah syair di dalam kitab Hilyah Tholibil 'Ilmi yang menyatakan bahwa "Hanya pada masa-masa masih sendiri lah yang bisa fokus dan cepat sampai pada kemuliaan ilmu." 

Maka tidak salah bila Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata "Kerinduan penuntut ilmu terhadap ilmu itu lebih besar daripada kerinduan seseorang terhadap kekasihnya."

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

فَمَنْ آمَنَ بِالرُّسُلِ وَأَطَاعَهُمْ عَادَاهُ أَعْدَاؤُهُمْ وَآذَوْهُ، فَابْتُلِيَ بِمَا يُؤْلِمُهُ، وَإِنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِهِمْ وَلَمْ يُطِعْهُمْ عُوقِبَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَحَصَلَ لَهُ مَا يُؤْلِمُهُ، وَكَانَ هٰذَا الْمُؤْلِمُ لَهُ أَعْظَمَ أَلَمًا وَأَدْوَمَ مِنْ أَلَمِ اتِّبَاعِهِمْ، فَلَا بُدَّ مِنْ حُصُولِ الْأَلَمِ لِكُلِّ نَفْسٍ آمَنَتْ أَوْ رَغَبَتْ عَنِ الْإِيمَانِ، لٰكِنَّ الْمُؤْمِنَ يَحْصُلُ لَهُ الْأَلَمُ فِي الدُّنْيَا ابْتِدَاءً، ثُمَّ تَكُونُ لَهُ الْعَاقِبَةُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَالْمُعْرِضُ عَنِ الْإِيمَانِ تَحْصُلُ لَهُ اللَّذَّةُ ابْتِدَاءً، ثُمَّ يَصِيرُ إِلَى الأَلَمِ الدَّائِمِ. وَسُئِلَ الشَّافِعِيُّ - رحمه الله - : (أَيُّهُمَا أَفْضَلُ للِرَّجُلِ: أَنْ يُمَكَّنَ أَوْ يُبْتَلَى؟)، قَالَ: (لَا يُمَكَّنُ حَتَّى يُبْتَلَى).

“Siapa yang beriman dan taat kepada para Rasul niscaya ia akan dimusuhi dan disakiti oleh musuh-musuh para Rasul tersebut, lantas ia pun diuji dengan sesuatu yang menyakitinya. Tetapi jika ia tidak beriman dan tidak taat kepada mereka maka ia akan dihukum di dunia dan di akhirat, lantas ia pun juga akan mendapati apa yang menyakitinya, dan itu lebih besar rasa sakitnya dan lebih kekal dibandingkan rasa sakit akibat mengikuti mereka. Jadi, rasa sakit akan tetap dialami oleh orang yang beriman maupun yang tidak beriman. Hanya saja orang yang beriman akan mendapati rasa sakit di dunia dan itupun di awal-awalnya, kemudian akan memperoleh happy ending di dunia dan di akhirat. Sebaliknya orang yang tidak beriman akan merasakan kelezatan (dunia) di awalnya, kemudian akan berakhir pada rasa sakit abadi selama-lamanya. Dahulu Imam asy-Syafi’i rahimahullah ditanya: “Manakah yang lebih baik bagi seseorang; ia dijayakan ataukah diberikan cobaan?” Maka beliau berkata: “Ia tidak akan dijayakan sampai ia diberikan cobaan (terlebih dahulu).” [[ Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad ]
Ustadz zainul arifin 

Kamis, 20 Januari 2022

DAMPAK NEGATIF MAKSIAT DAN DOSA

DAMPAK NEGATIF MAKSIAT DAN DOSA

Maksiat memiliki berbagai dampak yang buruk, tercela serta membahayakan hati dan badan, baik di dunia maupun di akhirat, yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti kecuali oleh Allah semata. Di antara dampak-dampak kemaksiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Maksiat menghalangi masuknya ilmu
2. Maksiat menghalangi datangnya rizki 
3. Maksiat menyebabkan kehampaan hati dari mengingat Allah 
4. Maksiat mengakibatkan pelakunya terasa asing dari orang-orang baik 
5. Maksiat membuat semua urusan dipersulit 
6. Maksiat menghadirkan kegelapan ke dalam hati pelakunya 
7. Maksiat melemahkan hati dan badan 
8. Maksiat menghalangi ketaatan 
9. Kemaksiatan memperpendek dan menghilangkan keberkahan umur 
10. Kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan lain yang semisalnya 
11. Maksiat melemahkan jiwa 
12. Maksiat menyebabkan hati tidak lagi menganggapnya sebagai perkara yang buruk 
13. Maksiat adalah penyebab kehinaan seorang hamba 
14. Maksiat menyebabkan kesialan 
15. Maksiat mewariskan kehinaan 
16. Maksiat merusak akal 
17. Maksiat mengunci mati hati pelakunya 
18. Maksiat mendatangkan laknat 
19. Maksiat menjadi penyebab terhalangnya do‘a Rasul n dan para Malaikat 
20. Hukuman-hukuman bagi pelaku maksiat 
21. Maksiat menjadi penyebab kerusakan 
22. Kemaksiatan mematikan kecemburuan hati 
23. Maksiat menghilangkan rasa malu 
24. Maksiat melemahkan pengagungan terhadap Allah 
25. Maksiat menyebabkan Allah mengabaikan hamba-Nya 
26. Maksiat mengeluarkan seorang hamba dari wilayah ihsan 
27. Maksiat menghilangkan kebaikan 
28. Maksiat menghambat perjalanan hati menuju Allah 
29. Maksiat menghilangkan nikmat dan mendatangkan adzab
30. Maksiat menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan hati 
31. Maksiat memalingkan hati dari istiqamah 
32. Maksiat membutakan pandangan hati 
33. Maksiat mengecilkan dan menghina kan jiwa 
34. Maksiat menjadikan pelakunya berada dalam tawanan syaitan dan penjara syahwat 
35. Maksiat menjatuhkan derajat serta kedudukan di sisi Allah dan di sisi makhluk-Nya 
36. Maksiat dapat merampas gelar-gelar terpuji dari pelakunya dan menyandangkan pada gelar-gelar tercela 
37. Maksiat melemahkan fungsi akal 
38. Maksiat memutuskan hubungan seorang hamba dengan Rabb nya 
39. Maksiat menghapus keberkahan agama dan dunia 
40. Maksiat menyebabkan kerendahan, kehinaan, dan kekurangan 
41. Maksiat menyebabkan berbagai makhluk berani mengganggu pelakunya 
42. Maksiat mengkhianati pelakunya pada saat di butuhkan 
43. Maksiat membutakan hati dan melemahkan akalnya 
44. Maksiat adalah bantuan manusia kepada musuhnya 
45. Menjaga telinga dari hal-hal yang diharamkan 
46. Menjaga lisan dari ucapan yang diharamkan 
47. Maksiat menyebabkan hamba melupakan dan melalaikan diri sendiri 
48. Maksiat menghilangkan nikmat yang ada dan nikmat yang ber kesinambungan 
49. Maksiat menjauhkan hamba dari Malaikat 
50. Maksiat penyebab kebinasaan di dunia dan akhirat 
51. Maksiat penyebab dijatuhkannya hukuman syar‘iyyah 

Silahkan baca penjelasan lengkapnya di buku :
Ad-Daa' wad Dawaa' karya Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah yang ditahqiq oleh Syaikh 'Ali Hasan bin 'Ali al-Halabi
hlm. 134 - 249.
Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i Jakarta
http://pustakaimamsyafii.com/ad-daa-wad-dawaa-id.html

Semoga kita dimudahkan untuk meninggalkan segala macam kemaksiatan dan dosa-dosa ...

Hires Preview: http://bit.ly/DampakMaksiat

📖 Quotes Pustaka Imam Asy-Syafii
📡 http://bit.ly/QuotesPIS

Ustadz saiful islam ilyas 

Apakah akan Kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Berkata syaikhul Islam Ibnu Thaimiyyah rahimahullah, beliau membawakan firman Allah azza wajala: 

قالى تَعَالَى: {قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا} {الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} . 

Artinya: Katakanlah, ' Apakah akan Kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.  

قَالَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَغَيْرُهُ مِنْ السَّلَفِ نَزَلَتْ فِي أَصْحَابِ الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارَاتِ. وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَغَيْرِهِ أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَأَوَّلُونَهَا فِي الحرورية وَنَحْوِهِمْ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ وَالضَّلَالَاتِ.  

Berkata sahabat Sa'id ibnu Abu Waqqas radhiallahu anhu dan yang lainya dari ulama salaf tentang makna firman-Nya:  bahwa ayat ini diturunkan kepada yahudi dan nashara akan tetapi berlaku umum untuk semuanya. 

Diriwayatkan oleh sahabat Ali ibnu Abu Talib radhiallahu anhu dan yang lainya , beliau  mengatakan bahwa makna ayat ini mencakup golongan Haruriyah ( salah satu golongan khawarij) , sebagaimana tercakup pula ke dalam pengertian orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. dan yang semisal dengan mereka dari kalangan ahli bidah dan orang sesat. 

Kemudian beliau rahimahullah membawakan firman Allah yang lainya: 

وَقَالَ تَعَالَى: {هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ} {تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ}
 فَالْأَفَّاكُ هُوَ الْكَذَّابُ وَالْأَثِيمُ الْفَاجِرُ كَمَا قَالَ: {لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ} {نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ}  

Apakah akan Aku beritakan kepada kalian) hai orang-orang kafir Mekah (kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta) yakni orang yang banyak berdusta (lagi yang banyak dosa) durhaka, seperti Musailamah dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang ahli peramal.( Qs. Asy- Syuaara: 221-222). 

Sebagaimana firman Allah berikut  

كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ} {نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ}  

Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (Qs. Al-Alaq: 15-16) 

Kemudian Beliau membawakan membawakan hadist Nabi bahwa tidak dibenarkan berbicara agama tanpa disertai ilmu. 

وَمَنْ تَكَلَّمَ فِي الدِّينِ بِلَا عِلْمٍ كَانَ كَاذِبًا وَإِنْ كَانَ لَا يَتَعَمَّدُ الْكَذِبَ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ {عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَالَتْ لَهُ سبيعة الأسلمية وَقَدْ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَكَانَتْ حَامِلًا فَوَضَعَتْ بَعْدَ مَوْتِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ قَلَائِلَ فَقَالَ لَهَا أَبُو السَّنَابِلِ بْنُ بعكك: مَا أَنْتَ بِنَاكِحَةٍ حَتَّى يَمْضِيَ عَلَيْكِ آخِرُ الْأَجَلَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبَ أَبُو السَّنَابِلِ بَلْ حَلَلْتِ فَانْكِحِي} وَكَذَلِكَ لَمَّا قَالَ سَلَمَةُ بْنُ الْأَكْوَعِ إنَّهُمْ يَقُولُونَ: إنَّ عَامِرًا قَتَلَ نَفْسَهُ وَحَبِطَ عَمَلُهُ فَقَالَ: " كَذَبَ مَنْ قَالَهَا؛ إنَّهُ لَجَاهِدٌ مُجَاهِدٌ " وَكَانَ قَائِلُ ذَلِكَ لَمْ يَتَعَمَّدْ الْكَذِبَ فَإِنَّهُ كَانَ رَجُلًا صَالِحًا وَقَدْ رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ أسيد بْنَ الحضير؛ لَكِنَّهُ لَمَّا تَكَلَّمَ بِلَا عِلْمٍ كَذَّبَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَمَنْ تَكَلَّمَ فِي الدِّينِ بِلَا عِلْمٍ كَانَ كَاذِبًا وَإِنْ كَانَ لَا يَتَعَمَّدُ الْكَذِبَ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ {عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَالَتْ لَهُ سبيعة الأسلمية وَقَدْ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَكَانَتْ حَامِلًا فَوَضَعَتْ بَعْدَ مَوْتِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ قَلَائِلَ فَقَالَ لَهَا أَبُو السَّنَابِلِ بْنُ بعكك: مَا أَنْتَ بِنَاكِحَةٍ حَتَّى يَمْضِيَ عَلَيْكِ آخِرُ الْأَجَلَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبَ أَبُو السَّنَابِلِ بَلْ حَلَلْتِ فَانْكِحِي 

Artinya: Dan barang siapa yang berbicara dalam urusan agama tanpa ilmu, dia seorang pendusta walaupun tidak menyengaja untuk berdusta. Sebagaimana telah tsabit dalam Ash-Shohihain dari Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- tatkala Subai’ah Al-Aslamiyyah berkata kepada beliau dalam keadaan suaminya, yaitu Sa’ad bin Khaulah telah meninggal dunia di Hajjatul Wada’ (haji perpisahan). Dan dia (Subai’ah) dalam keadaan hamil kemudian dia melahirkan beberapa malam setelah kematian suaminya. Maka Abu Sanabil bin Ba’kak berkata kepadanya : “Engkau belum boleh menikah sampai telah lewat satu dari masa Iddah yang terlama”. Maka Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- berkata : “Telah berdusta Abu Sanabil ! bahkan telah halal bagimu maka hendaknya kamu menikah !”. [Majmu’ Fatawa :  jilid 10/449, kitab Suluk].

Berdasarkan hadist ini bahwa masa iddahnya orang hamil yang ditinggal mati oleh suaminya adalah sampai ia melahirkan. 

Faidahnya: 

1. Haramnya berbicara syariat Allah tanpa Ilmu
2. Bahaya berbicara agama Allah tanpa Ilmu yaitu sesat dan menyesatkan, meskipun ia bersangka bahwa ia telah berbuat sebaik baiknya.
3. Wajibnya berilmu sebelum berfatwa.
4. Masa Iddah hamil sampai ia melahirkan.
Ustadz mardi

Ibn al-Qayyim -rahimahullah- berkata, "Keadaan hamba di dalam kubur itu seperti keadaan hati di dalam dada, baik dalam hal kenikmatannya maupun dalam hal ketersiksaannya, baik dalam hal keterpenjaraannya maupun keterbebasannya

peringatan atas ucapan yang dinisbatkan kepada Ibn al-Qayyim -rahimahullah ...

Beberapa kalangan orang di media sosial facebook menulis postingan sebagai berikut:

Ibn al-Qayyim -rahimahullah- berkata, "Keadaan hamba di dalam kubur itu seperti keadaan hati di dalam dada, baik dalam hal kenikmatannya maupun dalam hal ketersiksaannya, baik dalam hal keterpenjaraannya maupun keterbebasannya. APABILA KAU INGIN MENGETAHUI KEADAANMU DI DALAM KUBURMU, MAKA PERHATIKANLAH KEADAAN HATIMU DI DALAM DADAMU. JIKA HATIMU DIPENUHI DENGAN KESUKACITAAN, KETENANGAN, DAN KESUCIAN, MAKA DEMIKIANLAH KEADAANMU DI DALAM KUBURMU DENGAN IZIN ALLAH. BEGITU PULA SEBALIKNYA. OLEH KARENA ITU, AKAN KAU DAPATI ORANG YANG MELAKUKAN KETAATAN, BERAKHLAK MULIA, DAN BERLAPANG DADA, DIALAH ORANG YANG PALING BANYAK MEMPEROLEH KETENTERAMAN HATI. MAKA KEIMANAN ITU MENGHILANGKAN KEGELISAHAN DAN MENGHAPUS KEGUNDAHAN, DAN KEIMANAN ITULAH PENYEJUK PANDANGAN MATA PARA AHLI TAUHID DAN PELIPUR LARA PARA AHLI IBADAH. BARANGSIAPA YANG SENANTIASA BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH, AKAN BERGEMBIRALAH HATINYA. BARANGSIAPA YANG SENANTIASA BERTAHMID MEMUJI ALLAH, MAKA KEBAIKAN-KEBAIKAN AKAN MENGIRINGINYA. DAN BARANGSIAPA YANG SENANTIASA BERISTIGHFAR MEMOHON AMPUN KEPADA ALLAH, MAKA AKAN TERBUKALAH BAGINYA SEGALA HAL YANG TERKUNCI." (AD-DĀ-' WA AD-DAWĀ-' 187-188) ... -selesai-

Aku (Abu Malik al-Madini) berkata, "Penisbatan ucapan di atas secara keseluruhan kepada Ibn al-Qayyim tidaklah sahih. Dan tidak ada satu huruf pun dari ucapan di atas yang terdapat di kitab ad-Dā-' wa ad-Dawā-'. Hanya kalimat pertama sajalah yang memang benar merupakan ucapan Ibn al-Qayyim, yakni kalimat, "Keadaan hamba di dalam kubur itu seperti keadaan hati di dalam dada, baik dalam hal kenikmatannya maupun dalam hal ketersiksaannya, baik dalam hal keterpenjaraannya maupun keterbebasannya." Akan tetapi, kalimat itu pun bukan terdapat di kitab ad-Dā-' wa ad-Dawā-' melainkan di kitab Zād al-Ma'ād fī Hadyi Khairil 'Ibād ...

-HW ibn tato WW-

تنبيه على كلام منسوب لابن القيم رحمه الله

قال بعضهم على شبكة التواصل الاجتماعي الفيس بوك :
قال ابن القيم رحمه الله :
"حال العبد في القبر كحال القلب في الصدر، نعيماً وعذاباً، وسجناً وانطلاقاً.
فإذا أردت أن تعرف حالك في قبرك، فانظر إلى حال قلبك في صدرك، فإذا كان قلبك ممتلئاً بشاشة وسكينة وطهارة، فهذا حالك في قبرك -بإذن الله-، والعكس صحيح ؛ ولهذا تجد صاحب الطاعة وحسن الخلق والسماحة أكثر الناس طمأنينة فالإيمان يذهب الهموم، ويزيل الغموم ، وهو قرة عين الموحدين، وسلوة العابدين من أدام التسبيح انفرجت أساريره.
ومن أدام الحمد تتابعت عليه الخيرات
ومن أدام الاستغفار فتحت له المغاليق"
الداء والدواء (187، 188) . أهــ

قلت - أبو مالك المديني - : لا يصح نسبة هذا القول بتمامه إلا ابن القيم ، وليس فيه حرف واحد في كتابه "الداء والدواء" ، بل الجملة الأولى فقط التي ثبتت من كلامه في كتابه "زاد المعاد في هدي خير العباد" .
Ustadz hendra 

Nasehat Al- Ustadz DR Muhammad Arifin Badri Lc, Ma Hafidzahullah

Nasehat Al- Ustadz DR Muhammad Arifin Badri Lc, Ma Hafidzahullah

Banyak jenis manusia dalam menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan menuntut ilmu tidak kenal usia. Semua butuh menuntut ilmu,.
Tahapan setelah berilmu adalah amal, tidak semua orang yang memiliki ilmu bisa beramal dengan ilmu tersebut. Dan semua ini butuh sabar.

Kalaulah menuntut ilmu saja membutuhkan kekuatan, maka mengamalkan ilmu lebih butuh lagi terhadap kekuatan.

Yang banyak mejadi masalah dalam belajar ilmu adalah keinginan untuk belajar secara instan dan tidak adanya sabar.

Penuntut ilmu juga membutuhkan mental baja, karena tidak ada finis dalam belajar ilmu, finisnya hanyalah kematian

Dalam belajar ilmu butuh perjuangan, begitu juga dalam mengamalkan ilmu. Pasti ada rasa sakit, lelah, mendapkan cibiran dan lainnya

Seorang penuntut ilmu juga perlu belajar langsung dengan praktisi. Karena menuntut ilmu tidak hanya dengan menghafal saja. Betapa banyak orang² yang mereka tidak mengetahui dalil², namun dengan fitrahnya dia dapat mengetahui amalan tersebut adalah kebaikan. Padahal orang ini tidak pernah belajar formal, namun dia tau prakteknya.
Dia mengetahui curhat terbaik hanya kepada Allah. Akhirnya diapun qonaah dan senantiasa merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.

Penuntut ilmu, perlu belajar dengan guru kehidupan. Mari kita melihat bagaimana seorang pemulung yang mereka tidak pernah merasa hasat melihat mobil mewah yang terparkir dihadapannya. 

Ismail ibnu 'uyainah
menyampaikan, jamaah yang hadir dimajelis imam ahmad kurang lebih 5000 orang. Namun yang benar² belajar hanya 500 org saja. Yg 4.500 apa yang mereka lakukan? Yang mereka lakukan adalah memperhatikan 
Gerak gerik, tutur kata, dan akhlak Imam Ahmad.

Maka Kalaulah seorang penuntut ilmu memiliki keterbatasan sehingga tidak bisa mengambil dalil³ dan ilmu² teori yang disampaikan, maka ambillah ilmu praktek dari guru tersebut. Belajar tidak hanya mencatat, namun diantara bentuk belajar adalah  mengamati...

Allah memberikan 3 fasilitas dalam belajar: ilmu, telinga hati

ان سمع و الابصار و الافئدة

Mengapa...
Kata السمع mufrod 
Kata ابصار jama
Kata افئدة jama
Karena mendengar (سمع) ini sulit dan butuh konsentrasi lebih. Contoh jika ada 3 atau 4 suara bersamaan saja maka sudah susah untuk kita dengarkan. Berbeda dengan melihat, Kita mampu melihat dan memahami 2 3 objel sekaligus. Maka penting untuk memperhatikan praktek. Jangan hanya mendengar saja, perbanyak juga membaca dan menganalisa. Perhatikan setiap hal yang bisa diambil dan jadikanlah pembelajaran.

Disusun : Abu Abdillah Ad-Dani
Jember 20 Jan 2022
Masjid Arrahmah
STDI IMAM SYAFIE

Kisah Cinta Barirah dan Mughits - Kisah Kasih Tak Sampai di Zaman Nabi]Oleh : Syaikh Dr. Khalid Al-Mushlih hafizhahullah

[Kisah Cinta Barirah dan Mughits - Kisah Kasih Tak Sampai di Zaman Nabi]

Oleh : Syaikh Dr. Khalid Al-Mushlih hafizhahullah

Barirah radhiyallahu 'anha, dahulu ia adalah seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Barirah mengabdi pada 'Aisyah hingga akhirnya Barirah dibebaskan dari perbudakan. Ketika masih berstatus budak ia diperistri oleh seorang pria dari kalangan sahabat yang bernama Mughits yang juga budak namun ia tidak dimerdekakan dan tetap berstatus sebagai budak, Mughits adalah seorang budak berkulit hitam.

Tatkala Barirah dimerdekakan, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memberinya pilihan antara tetap dalam kehidupan pernikahan bersama suaminya Mughits, atau ia memilih keinginannya sendiri, lantas Barirah memilih keinginannya sendiri. Sementara Mughits -radhiyallahu 'anhu-, ia mencintai Barirah dengan rasa cinta yang sangat mendalam namun sayang, Barirah tidak ingin tetap bersamanya, sampai-sampai Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada 'Abbas radhiyallahu 'anhu :

ألا تعجب من حب مغيث لبريرة ومن بغض بريرة مغيثًا

"Tidakkah kau takjub terhadap rasa cinta Mughits kepada Barirah dan terhadap ketidaksukaan Barirah kepada Mughits?"

Jadilah Barirah memilih keinginannya sendiri dan berpisah dengan Mughits, hal ini membuat Mughits merasakan segurat kesedihan yang mendalam hingga ia kerap berjalan di belakang Barirah, mengikutinya sampai ke pasar-pasar sembari menangis memohon agar Barirah rujuk dan tetap menjadi suami istri dalam kehidupan pernikahan, namun Barirah tetap enggan.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam merasa iba padanya dan beliau berusaha memediasinya dengan Barirah, beliau bertanya kepada Barirah :

لو راجعته

"Sekiranya engkau berkenan rujuk kepadanya, (apakah kau mau)?"

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam meminta Barirah mempertimbangkan kembali agar rujuk kepada Mughits dengan akad nikah baru. Barirah pun bertanya :

أتأمرني

"Apakah engkau memerintahkanku?"

Yakni, Barirah meminta kejelasan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam terhadap mediasi beliau ini, apakah ia berupa perintah yang melazimi dirinya harus ta'at walau Barirah tidak menyukainya dan tidak senang, ataukah ia hanya berupa mediasi dan pilihan tanpa adanya perintah.

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :

إنما أشفع

"Aku hanya memediasinya."

Yakni, aku tidak memerintahkanmu dengan kalimat tersebut, aku hanya menjadi perantara yang hendak menyampaikan niat Mughits ingin merujukmu.

Lantas Barirah menjawab :

لا حاجة لي فيه

"Aku tidak menginginkannya lagi..."

Yakni, Barirah tidak menerima mediasi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dengan mengemukakan alasannya seraya berkata : aku tidak menginginkannya lagi, yaitu, aku memang sudah tak ingin rujuk dengannya.
=====

Beberapa faidah dari kisah ini, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Khalid Al-Mushlih (tidak semuanya saya kutip dan terjemahkan) :

1. Terkadang cinta hanya dirasakan oleh satu pihak namun pihak yang lain tidak menerima cintanya dikarenakan ia memang tidak mencintai orang yang mencintai. Dalam kasus Mughits, ia senantiasa mencintai Barirah namun Barirah tidak mencintainya.

2. Seorang lelaki yang menyatakan kecintaan kepada pasangannya tidaklah mengurangi wibawanya, bahkan hal ini dilakukan oleh sayyidul basyar Shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana dalam Ash-Shahih, ketika beliau ditanya oleh 'Amr bin Al-'Ash -radhiyallahu 'anhu-, siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau menjawab : 'Aisyah. 

3. Kisah ini membuktikan kelemah-lembutan dan kasih sayang Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam kepada kaum mukminin ketika beliau merasa iba dengan keadaan Mughits, lantas beliau berinisiatif memediasi dan menengahinya walau tidak nampak bahwa Mughits datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam meminta pertolongan.

Wallahu a'lam
Ustadz tommi

Dialih bahasakan dari : https://almosleh.com/ar/101368 -dengan beberapa penambahan dan pengurangan-.

MAKSUD_IBADAHBerkata Imam As Syathibi رحمه الله :

#MAKSUD_IBADAH

Berkata Imam As Syathibi رحمه الله : 

إِنَّ مَقْصُودَ العِبَادَاتِ الخُضُوعُ لِلَّه، وَالتَّوَجُّهُ إِلَيْهِ، وَالتَّذَلُّلُ بَيْنَ يَدِيِّهِ، وَالاِنْقِيَادُ تَحْتَ حُكْمِهِ، وَعِمَارَةُ القَلْبِ بِذِكْرِهِ 

"Sesungguhnya maksud ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, menuju kepadaNya, menghinakan diri dihadapanNya, tunduk dibawah hukumNya serta memakmurkan hati dengan berdzikir (mengingatNya)".

📚Al Muwafaqat, 1/522.
Ustadz muhamad alif

Faedah-faedah kajian Sejarah Nabi, ustad Abdurrahman attamimi

Faedah-faedah kajian Sejarah Nabi,  ustad Abdurrahman attamimi

Masjid Dar Hijrah,  STAI ALI

Hijrah Nabi

1. Allah,  yang ketiga bersama mereka berdua

Abu Bakar ash shiddiq radhiyallahu anhu berkata:

"Aku bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam di gua,  lalu aku mengangkat kepala memandang ke atas,  terlihat kaki-kaki mereka." Lalu aku berkata: "Wahai Nabi Allah,  seandainya sebagian mereka menunduk dan mengarahkan matanya pasti melihat kita." Lalu nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Diamlah wahai Abu Bakar,  kita berdua dan Allah ta'ala ketiga (menolong kita)."

"كُنْتُ مع النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في الغارِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فإذا أنا بأَقْدامِ القَوْمِ، فَقُلتُ: يا نَبِيَّ اللَّهِ، لو أنَّ بَعْضَهُمْ طَأْطَأَ بَصَرَهُ رَآنا، قالَ: اسْكُتْ يا أبا بَكْرٍ، اثْنانِ اللَّهُ ثالِثُهُما."
الراوي : أبو بكر الصديق، صحيح البخاري 3922

Dalam hadits ini,
- Bagaimana Rasulullah bertawakkal dan berserah diri pada Allah ta'ala. 
- Lari membawa agama,  menjauh dan khawatir terhadap musuh. 

2. Sahabat Nabi Abu bakar ash shiddiq radhiyallahu anhu,  sahabat mulia. 

Saat Suraqah bin malik radhiyallahuanhu yg saat itu kafir,  mengejar dan mengikuti Nabi dan Abu Bakar,  Abu bakar berkata: "Kita terkejar wahai Rasulullah." lalu Nabi bersabda: "Jangan sedih,  Allah bersama kita. "

"....واتَّبَعَنَا سُرَاقَةُ بنُ مَالِكٍ، فَقُلتُ: أُتِينَا يا رَسولَ اللَّهِ، فَقالَ: لا تَحْزَنْ إنَّ اللَّهَ معنَا... "
صحيح البخاري 3615

 

3. Tiba di Madinah

Kaum muslimin di Madinah mendengar bahwa Rasul telah hijrah dari Mekkah,  setiap pagi hari mereka menanti hingga matahari telah terik panas mereka pulang... 
Hingga ada seorang Yahudi yang melihat dari kejauhan seorang yang datang menuju Madinah,  dia berseru dengan suara melengking: "Wahai orang Arab,  inilah yang kalian tunggu telah datang.... 

Maka kaum muslimin bergembira dan menyambut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di siang hari yang terik.... 

....يا مَعاشِرَ العَرَبِ، هذا جَدُّكُمُ الذي تَنْتَظِرُونَ، فَثارَ المُسْلِمُونَ إلى السِّلاحِ، فَتَلَقَّوْا رَسولَ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بظَهْرِ الحَرَّةِ.... 
صحيح البخاري 3615

Nabi mengarah ke arah kanan,  menuju arah barat Quba,  hingga berhenti di bani Amru bin Auf bin Malik al ausi(  بَني عَمرِو بنِ عَوفِ بنِ مالِكٍ الأَوْسيِّ) hari senin,  bulan Rabiul awwal di waktu duha.  

.... وسَمِعَ المُسْلِمُونَ بالمَدِينَةِ مَخْرَجَ رَسولِ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مِن مَكَّةَ، فَكانُوا يَغْدُونَ كُلَّ غَداةٍ....
  صحيح البخاري 3906

Abu Bakar ash-shiddiq berdiri menyalami orang-orang,  sedangkan Rasulullah duduk,  diam.  Mereka mengira Abu bakar adalah Rasulullah.  Hingga saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena sinar panas,  Abu bakar menyelimuti beliau dengan kain. 
Barulah orang-orang tahu,  bahwa itu Rasululullah shallallahu alaihi wasallam. 

4. Lebih 10 hari Nabi tinggal di Quba,  di bani Amru bin Auf. 

Dibangunlah masjid yg didirikan di atas ketaqwaan,  masjid Quba. Awal kali masjid yg dibangun Nabi di Madinah.  Dan Nabi shalat di masjid ini di hari-hari beliau singgah di Quba. 

Lalu beliau menaiki kendaraannya,  bersama orang-orang hingga kendaraannya berhenti di lokasi masjid Rasul, di Madinah.

Tempat itu adalah tempat pengeringan kurma,  milik dua anak yatim,  Suhail dan Sahl. 
Saat kendaraan beliau berhenti,  beliau bersabda:
"..هذا -إنْ شاءَ اللَّهُ- المَنْزِلُ..."
صحيح البخاري 3906

"Ini,  tempat kita berhenti dan turun,  insya Allah. "

5. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membeli tanah,  masjid Nabawi

Rasulullah memanggil dua anak pemilik tanah itu, beliau hendak membelinya. 

Lalu dua anak itu menawarkan kepada Nabi, tanah itu dihibahkan tanpa dibeli. 

Nabi menolak dan membelinya dari keduanya.  Dan membangun di tanah itu masjid Nabawi.  

"...فاشْتَراه منهما، وبَنى في مَكانِه مَسجِدَه الشَّريفَ..."
صحيح البخاري 3906

Nabi dan para sahabatnya membangun masjid nabawi,  dengan tangan beliau mengangkat bata. 
Sambil membangun beliau bersabda: 

اللَّهُمَّ إنَّ الأجْرَ أجْرُ الآخِرَهْ 
 فارْحَمِ الأنْصارَ والمُهاجِرَهْ 

Ya Allah,  sesungguhnya "upah" adalah "upah akhirat"
Rahmatilah kaum Anshar dan muhajirin

Maka,  pertama kali yg dibangun Nabi dalam mendirikan negara adalah Masjid,  tempat beribadah kepada Allah ta'ala. 

Shallallahu alaihi wasallam. 

****
Ustadz abu hasan 

Faidah perdebatan antara Imam Abdul Aziz bin Yahya Al Kinaniy Asy Syafii (murid langsung dr Imam Asy Syafii) dg Bisyr Al Marisy dihadapan Khalifah Al Ma'mun Ar Rasyid, sbgmn ternukil dlm kitabnya Al Haidah wal I'tidzar fir roddi alaa man qoola bikholqil quraan.

Faidah perdebatan antara Imam Abdul Aziz bin Yahya Al Kinaniy Asy Syafii (murid langsung dr Imam Asy Syafii) dg Bisyr Al Marisy dihadapan Khalifah Al Ma'mun Ar Rasyid, sbgmn ternukil dlm kitabnya Al Haidah wal I'tidzar fir roddi alaa man qoola bikholqil quraan. 

Ketika Al Ma'mun memanggil Imam Abdul Aziz Al Kinaniy beliau berkata :
يا عبد العزيز ناظر صاحبك فقد طال المجلس بغير مناظرة
"Wahai Abdul Aziz, debatlah rekan kamu itu, sungguh telah panjang majlis ini tanpa adanya perdebatan"

Kemudian Imam Abdul Aziz Al Kinaniy berkata :
يا أمير المؤمنين أطال الله بقاك، كل متناظرين على غير أصل يكون بينهما يرجعان إليه إذا اختلفا في شيء من الفروع، فهما كالسائر على غير الطريق، لا يعرف الحجة فيتبعها ويسلكها وهو لا يعرف الموضع الذي يريد فيقصده، ولا يدري من أين جاء فيرجع يطلب الطريق فهو على ضلال أبدا.
"Wahai Amirul Mukminin semoga Allah memanjangkan Usiamu, setiap orang yg berdebat tanpa pondasi yg menjadikan keduanya kembali kepadanya ketika mereka berselisih ttg perkara cabang maka keduanya sbgmn yg lainnya tdk berada pd jalan, yg tdk mengetahui hujjah yg dpt mereka ikuti dan jalani, dia tdk mengetahui kemana tujuannya, tdk tidak mengetahui dr mana dia datang sehingga dia kembali dan mencari jalan itu, maka dia berada diatas kesesatan selamanya" 

ولكننا نؤصل بيننا أصلا، فإذا اختلفنا في شيء من الفروع رددناه إلى الأصل، فإن وجدناه فيه وإلاّ رمينا به ولم نلتفت إليه
"Namun kami meletakkan sebuah pondasi diantara kita yg jika kita berselisih ttg suatu perkara cabang maka kami kembalikan kepada yg pokok itu, jika kami mendapati didalamnya (maka kita ambil) jika tidak kami kesampingkan tdk kami tengok"

Khalifah Al Ma'mun berkata :
نعم ما قلت، فاذكر الأصل الذي تريد أن يكود بينكما، ويذكر أيضا هو مثله حتى تتفقا على الأصل فتؤصلاه بينكما".
"Benar apa yg engkau katakan. Sebutkanlah pokok yg engkau inginkan agar dia relakan diantara kalian berdua. Sebutkan juga contohnya hingga kita bersepakat pd suatu pondasi dan engkau tetapkan diantara kalian berdua"

Imam Abdul Aziz berkata :
يا أمير المؤمنين أطال الله بقاك: اؤصل بيني وبينه ما أمرنا الله به واختاره لنا وأدبنا به وعلمنا ودلنا عليه عند التنازع والاختلاف، ولم يكلنا إلى أنفسنا ولا إلى اختيارنا
"Wahai amirul mukminin semoga Allah memanjangkan usiamu, Saya menetapkan antara kita berdua apa yg Allah perintahkan kpd kita dan Dia pilihkan bagi kita, Dia ajarkan kpd kita, Dia tunjuk kita kpdnya ketika ada perselisihan dan perbedaan, Dia tidak mengembalikan kpd diri kita sendiri juga tdk pada pilihan kita"

Kholifah al Ma'mun berkata :
 وذلك موجود عن الله عز وجل"
"Hal itu ada dr Allah ta'ala?"

Imam Abdul Aziz berkata :
نعم يا أمير المؤمنين قال الله تعالى: {فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً} 
"Benar Wahai Amirul Mukminin, Allah ta'ala berfirman :
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).
(An-Nisā' [4]:59)
Imam Abdul Aziz Al Kinaniy melanjutkan :

وهذا تعليم الله عز وجل وتأديبه واختياره لعباده المؤمنين وهو خير وأحسن ما أصله المتنازعون بينهم، وقد تنازعت أنا وبشر يا أمير المؤمنين فنحن نؤصل بيننا كتاب الله عزوجل وسنة نبيه صلى الله عليه وسلم كما أمرنا فإن اختلفنا في شيء من الفروع رددناه إلى كتاب الله عز وجل، فإن وجدناه فيه وإلاّ رددناه إلى سنة نبيه صلى الله عليه وسلم فإن وجدناه فيها وإلاّ ضربنا به الحائط ولم نلتفت إليه
"Inilah pengajaran Allah Azza Wa Jalla, pelajaranNya, dan pilihanNya bagi hambaNya yg beriman. Hal itu lebih baik dan lebih bagus dr apa yg ditetapkan oleh orang yg saling berselisih diantara mereka. Saya dan Bisyr telah berselisih Wahai Amirul Mukminin, kami menetapkan diantara kami berdua sbg pondasi Kitabullah azza wa jalla dan sunnah NabiNya shalallahu alaihi wasallam sbgmn yg diperintahkan kepada kita jika kita berbeda pendapat ttg suatu cabang kita kembalikan kpd Kitabullah Azza wa Jalla, jika kita mendapatinya (maka kita ambil), jika tidak kita kembalikan kepada sunnah NabiNya shalallahu alaihi wasallam, jika kita dapati (maka kita ambil) jika tidak kita campakkan ke tembok tidak kita tengok"

Bisyr Al Marisiy (belagak bego) menimpali :
وأين أمرنا الله أن نرد ما اختلفنا فيه إلى كتاب الله وإلى سنة نبيه صلى الله عليه وسلم
"Dimana Allah memerintahkan kita utk mengembalikan perselisihan kit kepada Kitabullah dan Sunnah NabiNya shalallahu alaihi wasallam?

Imam Abdul Aziz berkata :
كأنك لم تسمع ما جرى وما ابتدأت به، قال الله تعالى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً}
"Kamu tuh seolah g dengerin apa yg telah terjadi dan apa yg sudah saya mulai dgnya, Allah ta'ala berfirman :

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).
(An-Nisā' [4]:59)

Bisyr berkata lagi :
فإنما أمر الله أن يرد إليه وإلى الرسول، ولم يأمرنا أن نرده إلى كتابه العزيز وإلى سنة نبيه عليه السلام
"Itu kan Allah hanya memerintahkan utk mengembaikan kpdNya dan kepada Rasul, tdk memerintahkan kita utk mengembalikan kpd KitabNya yg mulia dan kpd sunnah NabiNya alaihis salam"

(Nah sampai disini kalian kenal g gaya debat spt ini ?.......xixixi)
Kemudian dijawab Imam Abdul Aziz :
هذا مالا خلاف فيه بين المؤمنين وأهل العلم إن رددناه إلى الله فهو إلى كتاب الله، وإن رددناه إلى رسوله بعد وفاته رددناه إلى سنته، وإنما يشك في هذا الملحدون، وقد روى هذا بهذا اللفظ عن ابن عباس وعن جماعة من الأئمة الذين اخذ العلم عنهم رحمة الله عليهم
"Ini lo g ada khilaf diantara orang beriman dan ulama, ketika kita kembalikan kpd Allah maka itu maksdnya kepada Kitabullah, dan jika kita kembalikan kpd RasulNya setelah wafatnya maka kita kembalikan kpd sunnah beliau. Hanyalah orang2 sesat meragukan hal ini. Hal ini telah  diriwayatkan dg lafazh ini dr Ibnu Abbas, dr jamaah para ulama yg diambil ilmunya semoga rahmat Allah terlimpah kpd mereka semua"

Perhatikan bgmn Ulama Salaf mendebat ahli kalam dr jahmiyah dg Kitabullah dan Sunnah NabiNya bukan dg teori arordh dan jauhar, bukan dikembalikan kpd filsafat dan ilmu kalam. Pdhal metodenya g jauh beda Bisyr menggunakan lafazh2 musytarak utk menafikan dan mengitsbatkan dg berkata :
تقول القرآن شيء أم غير شيء، فإن قلت إنه شيء أقررت إنه مخلوق إذ كانت الأشياء مخلوقة بنص التنزيل، وإن قلت إنه ليس بشيء فقد كفرت لأنك تزعم أنه حجة الله على خلقه وإن حجة الله ليس بشيء
"Engkau katakan Al Quran itu "sesuatu(syaiun)" atau bukan "sesuatu". Kalau engkau katakan Quran itu "sesuatu" maka engkau menetapkan dia adalah makhluq jika sesuatu itu makhluk sesuai dg nash diturunkan,  jika engkau enhkau mengatakan bukan "sesuatu" maka engkau telah kafir dikarenakan engkau beranggapan bhw itu adalah hujjah Allah atas makhlukNya, dan hujjah Allah bukanlah "sesuatu" apapun. 

Maka dijawab oleh Imam Al Kinaniy :
سألت عن القرآن أهو شيء أم غير شيء، فإن كنت تريد هو شيء إثباتا للوجود ونفيا للعدم فهو شيء، وإن كنت تريد أن الشيء اسم له وأنه كالأشياء فلا
"Engkau bertanya kpdku ttg Al Quran, apalah dia merupakan "sesuatu" atau bukan "sesuatu", jika engkau maksd dg "sesuatu" itu menetapkan wujud dan menafikan ketiadaan maka Al Quran itu sesuatu, jika engkau memaksudkan bhw "sesuatu" itu sebuah nama baginya dan dia seperti sesuatu yg lain maka Al Quran itu bukan (sesuatu)".....

Metode inilah yg kita tanyakan kpd mereka ttg al makaan, jihah, jauhar, arodh dll...yg mereka gunakan dlm nafyu dan itsbat pd pembahsan asma wa shifat...karena lafazh2 ini tdk ada dasar/pokoknya dr Al Quran dan As Sunnah. Makanya si Bisyr itu sdh dr awal menunjukkan sikap dan tetep keukeuh menggunakan lafazh2 musytarak spt itu yg tdk ada dasarnya dr al Quran dan sunnah dlm nafyu dan itsbat dlm asma wa sifat. 

Wallahu a'lam bish shawwab. Mohon maaf bila ada kekeliruan penerjemahan .
Ustadz rio 

jangan posting makanan di medsos