“Mas, kok nggak berkomentar?”
Begini, Mas... Pertama, saya berusaha untuk sadar diri, bahwa saya saat ini bukanlah siapa-siapa. Bukan tokoh penting yang pernyataannya punya efek krusial. Ada tidaknya komentar saya tidak berpengaruh signifikan terhadap isu dimaksud.
Ibn al-Mubarak pernah didatangi oleh seseorang yang lalu berkata kepadanya, “Berilah wasiat kepadaku.” Ibn al-Mubarak menjawab,
اعرف قدرك
“Sadarilah kapasitasmu.” [al-Jarh wat-Ta’dil, vol. I, hlm. 280]
Kedua, saya justru berusaha untuk belajar memperbanyak diam, tidak ikut mengomentari hal yang masih samar, yang masih saya tidak ketahui fakta dan informasi valid tentangnya. Hal ini sebagaimana arahan Qurani: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS al-Isra`/17: 36]
Komentar yang tidak didasari pengetahuan dan informasi yang benar hanya akan memperbesar kekisruhan. Al-Hafizh al-Mizzi berkata,
لو سكت من لا يدري لاستراح وأراح وقل الخطأ وكثر الصواب
“Sekiranya orang yang tidak tahu itu diam, maka dia akan tenang dan juga membuat orang lain tenang. Kesalahan menjadi sedikit dan kebenaran semakin dominan.” [Tahdzib al-Kamal, vol. IV, hlm. 362]
Imam al-Ghazzali berkata,
لو سكت من لا يدري لقل الخلاف بين الخلق
“Sekiranya orang yang tidak tahu itu diam saja, niscaya perselisihan di antara makhluk akan semakin sedikit.” [Faishal al-Tafriqah bainal-Islam waz-Zandaqah]
Namun demikian, bukan berarti kita kehilangan sikap sama sekali. Kita masih bisa mengambil sikap secara umum bahwa kita mengecam tindak kezaliman, terlepas dari siapapun pelakunya, eksekutornya, perencananya maupun seluruh yang terlibat membantunya, serta kita mendoakan semoga negeri ini tidak didominasi oleh orang-orang yang zalim.
ألا لعنة الله على الظالمين
“Ingatlah, laknat Allah atas orang-orang yang zalim.” [QS Hud/11: 18]
08/12/2020
AdniKu