Jumat, 20 November 2020

FATWA ULAMA----------------Fatwa (Terbaru) Syaikh 'Ali Hasan al-Halabi -hafizhahullah- Terkait Perbedaan Pendapat Tentang Hukum Shalat dengan Shaf Berjauhan di Masa Pandemi

FATWA ULAMA
----------------
Fatwa (Terbaru) Syaikh 'Ali Hasan al-Halabi -hafizhahullah- Terkait Perbedaan Pendapat Tentang Hukum Shalat dengan Shaf Berjauhan di Masa Pandemi
----

Pertanyaan:

بارك الله فيكم يا شيخنا
نريد منكم التوجيه في مسألة حكم عدم تراص الصفوف في الصلاة والتباعد بين المصلين
Kami berharap arahan darimu -wahai Syaikh- terkait masalah hukum merenggangkan dan berjauhan shaf di dalam shalat
 
هذه المسألة تكاد تفرق كلمة السلفيين وتشتت شملهم 
وذلك بسبب أن الحكومة عندنا سمحت بالصلاة جماعة في المساجد واشترطت أن تكون هناك مسافة بين المصلين ولا يتراصون صفوفهم واشترطت كذلك لبس الكمامة 
Permasalahan ini hampir memecah-belah salafiyyin dan mencerai-beraikan persatuan mereka. Pasalnya pemerintah kami membolehkan salat berjamaah di masjid-masjid namun menetapkan persyaratan adanya jarak antar orang yang shalat dan tidak merapatkan shaf. Pemerintah juga mempersyaratkan wajib menggunakan masker.

فمنع بعض الدعاة السلفيين من الصلاة في المساجد التي طبقت فيها هذه الشروط الآتية من الحكومة مستدلين بأمر النبي صلى الله عليه وسلم بتراص الصفوف وتسويتها
Sebagian dai salafiyyin melarang salat di masjid-masjid yang menerapkan persyaratan-persyaratan yang datang dari pemerintah tersebut. Mereka berdalil dengan perintah Nabi ﷺ untuk merapatkan shaf serta meluruskannya.

وأدى هذا القول أيضا إلى خروج بعض الحاضرين في الدروس العلمية عندما أذن المؤذن لصلاة العشاء ليصلوا في البيوت أو المساجد التي صفوف المصلين فيها متراصة مع العلم بأن الحكومة أمرت بتلك الشروط
Pendapat tersebut sampai menjadikan beberapa orang keluar dari masjid setelah kajian-kajian ilmiah saat adzan isya dikumandangkan oleh muadzin, mereka melakukan itu agar mereka bisa shalat di rumah atau di masjid-masjid yang jamaahnya merapatkan shaf. Padahal diketahui bahwa pemerintah memerintahkan -diterapkannya- syarat-syarat tersebut.

 بل أعجب من هذا الأمر أصبح بعض السلفيين راغبين عن حضور مجالس العلم بسبب الخلاف في المسألة 
Bahkan yang lebih mengherankan lagi dari itu, sebagian Salafiyyin tidak mau menghadiri majelis-majelis ilmu disebabkan adanya khilaf dalam masalah ini.

بل أعظم من هذا أيضا شاعت الإشاعات بينهم أنه لا يجوز أخذ العلم عن الأساتذة والدعاة الذين يرون جواز الصلاة في الصفوف المتباعدة
Lebih dahsyatnya lagi, menyebar isu di antara mereka bahwa tidak boleh mengambil ilmu dari ustadz-ustadz dan para da'i yang berpendapat bolehnya shalat dalam shaf yang berjauhan (di masa wabah ini).

فما نصيحتكم وتوجيهكم لنا
بارك الله فيكم شاكرين لكم ومقدرين
Maka apa yang menjadi nasehat dan arahanmu kepada kami?. Baarakallaahufiikum

*Jawaban:*
-----

بالنسبة للمسألة الصلاة في المساجد مع التباعد مسألة حادثة  -لا شك ولا ريب- بسبب جائحة كورونا وهي ليست في بلادكم أندونيسيا فقط، بل في بلادنا بل في بلاد الحرمين وفي المسجد النبوي والمسجد الحرام وكثير من مساجد المسلمين 
Tetkait masalah shalat di masjid-masjid dengan Shaf berjauhan, ini adalah masalah kontemporer -tanpa diragukan lagi- dikarenakan wabah Corona. Masalah ini tidak hanya terjadi di negeri kalian Indonesia, tapi juga negeri kami (Yordania), juga di negeri dua tanah suci (Saudi Arabia), di Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan di banyak masjid kaum muslimin.

وهي كما تعلمون جميعا مسألة اضطرارية ألزم فيها المسؤولون عامة المسلمين الذين يصلون في المساجد بهذا الأمر ، 
وبالتالي فالأمر متعلق بالاضطرار، والاضطرار غير الاختيار 
Permasalahan ini, sebagaimana yang antum semua ketahui, adalah masalah yang menyangkut kondisi idhthiraar (terpaksa/terdesak), di mana pihak berwenang mewajibkan atas kaum muslimin secara umum untuk menerapkan (protokol) ini. Sehingga, perkara ini terkait dengan kondisi idhthiraar. Sementara (hukum pada) kondisi idhthiraar, berbeda dengan (hukum pada) kondisi ikhtiyaar (tidak dalam kondisi terdesak).

أما من لا يصلون في المساجد بسبب هذا الأمر فالحقيقة هذا شيء مستغرب ، كيف يتركون ما هم قادرون عليه مختارون وذلك من أجل ما هم عليه مضطرون 
يعني هذه غريبة هذه غريبة
الأصل أن يفعل ما هو ضمن الاختيار ويترك ما هو ضمن الاضطرار،
Adapun orang yang tidak shalat di masjid-masjid dikarenakan hal ini (yaitu: kewajiban menjalankan protokol dari pemerintah), maka sejatinya itu adalah sikap yang aneh. Kok malah meninggalkan apa yang mampu mereka kerjakan pada kondisi ikhtiyaar (yaitu shalat berjamaah namun dengan Shaf berjauhan) gara-gara sesuatu yang mereka di situ mengalami idhthiraar?! Ini aneh, benar-benar aneh.

Secara hukum asal, mereka semestinya mengerjakan bagian yang bisa dikerjakan (yaitu: shalat berjamaah di masjid sekalipun dg shaf berjauhan), dan hanya meninggalkan bagian yg harus ditinggal karena terpaksa (yaitu: kewajiban untuk merapatkan shaf).

أما التفرق الناتج عن هذه الفتوى فهذا غير الشرعي فضلا عن التحذير وما أشبه ذلك أو الحكم ببطلان الصلاة
Adapun perpecahan yang lahir akibat fatwa (sebagian dai) tersebut, maka ini tidaklah syar'i, apalagi jika sampai men-tahdzir, atau yang semisalnya, atau sampai menghukumi batalnya shalat.

دائما المسائل الخلافية وبخاصة النوازل لا يكون فيها مثل هذا التشديد بغير علم وبغير بصيرة
Masalah-masalah khilafiyyah, terlebih jika itu masalah-masalah kontemporer, selamanya di situ tidak boleh ada sikap keras-kerasan seperti itu tanpa ilmu dan bashiroh. 

أما مسألة أن يكون أن حكم التباعد هذا كحكم الصلاة في الصف كما يقوله البعض هذا غير صحيح 
وابن تيمية رحمه الله ذكر في بعض كتبه مسألة ترك المصافة -يعني تراص الصفوف- وبين أنها ليست من شروط صحة الصلاة وإنما أقصى ما يقال فيها الوجوب
Adapun menganggap hukum berjauhan shaf ini sama hukumnya dengan shalat dalam shaf (yang rapat), sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa orang, maka inipun tidak benar.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam beberapa kitabnya menyebutkan masalah tidak merapatkan shaf ini. Beliau menjelaskan bahwa ia bukanlah termasuk syarat sahnya shalat, paling tinggi yang bisa dikatakan adalah; merapatkan shaf hukumnya wajib.

فلذلك أنا أنصح إخواني المسلمين في كل مكان وبخاصة في البلاد أندونيسيا التي ورد سؤال منها أن يتعاونوا فيما بينهم وأن يستغلوا هذه الفرصة وإن لا غدا نخشى أن تغلق هذه المساجد بالكلية وحينئذ يكون ذلك بسبب مثل هذه التصرفات ومثل هذه السلوكيات ولا حول ولا قوة إلا بالله 
Oleh karena itu, saya menasehati saudara-saudara saya kaum muslimin di setiap tempat, khususnya di Indonesia --negara asal pertanyaan ini-- agar mereka saling tolong menolong satu sama lain, agar mereka memanfaatkan kesempatan ini, karena jika tidak, kita kuatir nantinya masjid-masjid ini bakal ditutup secara total, yang disebabkan oleh sikap-sikap seperti itu (tidak mengindahkan protokol), Laa Haula wala quwwata Illa Billah.
 
 أسأل الله سبحانه في علاه أن يهيأ لنا ولكم كل خير في الدين والدنيا وأن يدفع عنا وعنكم وعن جميع المسلمين البلاء والوباء وكل داء 
 والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya memohon kepada Allah ta'ala untuk menyiapkan bagi kami dan antum segenap kebaikan dalam agama dan dunia, agar Dia mencegah bala, wabah, dan segenap penyakit dari kami, antum, dan seluruh kaum muslimin. Wassalam.

____
01 Rabiul Awwal 1442 | 19 Okt. 2020

Oleh : Poros Dakwah Lombok Bertauhid
Di status FB beliau Al Ustadz Iqbal Gunawan lc Ma hafidahullah