Rabu, 02 September 2020

Beberapa Faidah Dari Kajian Ustadz Dahrul Falihin, Lc. Malam ini di Gelang:

Beberapa Faidah Dari Kajian Ustadz Dahrul Falihin, Lc. Malam ini di Gelang:

1. Para ulama dahulu sangat senang dengan pelajaran sejarah, sirah dan peperangan. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata,

الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلي من كثير من الفقه؛ لأنها آداب القوم وأخلاقهم

“Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan (masalah-masalah) fikh, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku mereka (untuk diteladani)” [Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi,  I/509 no.819]

2. 
قال علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب: «كنا نعلَّمُ مغازي النبي وسراياه كما نعلَّمُ السورةَ من القرآن»

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib berkata:

"Dahulu kami diajarkan kisah peperangan Nabi dan pasukan-pasukannya sebagaimana kami diajarkan surat dari Al-Quran."

3.  Abu Dawud dan At-Tirmizi meriwayatkan dari Umar bin Khoththob berkata, 

“Rosululloh menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta”, lalu saya katakan; “Hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar ”, Saya datang kepada Rosululloh  untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rosululloh  bertanya kepada saya, “Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu ?.” Saya katakan kepada Rosululloh  bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan.
 Kemudian Abu Bakar datang kepada Rosululloh  dan menanyakan kepadanya, “Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu ?.” Saya menyisakan untuk mereka Alloh dan Rosululloh”. Saya berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat mengalahkannya dalam segala hal, untuk selamanya. (Imam at-Tirmidzi berkata : “Hadits ini Hasan Shahih)

5.
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta, tidaklah memberikan maaf melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan bagi seorang hamba, tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya”

Karena, orang yg bersedekah mendapatkan (memborong) pahala orang-orang yg mengambil manfaat dari sedekahnya.

6. Sedikit kisah tentang kedermawanan Umar bin Khatthab:

 أصابَ عمرُ بنُ الخطَّابِ أرضًا بخيبرَ فأتى النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فاستأمرَه فقالَ يا رسولَ اللَّهِ إنِّي أصبتُ مالًا بخيبرَ لم أصِبْ مالًا قطُّ هوَ أنفَسُ عندي منهُ فما تأمرني بِه فقالَ إن شئتَ حبَستَ أصلَها وتصدَّقتَ بِها قالَ فعمِلَ بِها عمرُ علَى أن لا يباعَ أصلُها ولا يوهَبَ ولا يورثَ تصدَّقَ بِها للفقراءِ وفي القُربى وفي الرِّقابِ وفي سبيلِ اللَّهِ وابنِ السَّبيلِ والضَّيفِ لا جناحَ علَى من وليَها أن يأكُلَها بالمعروفِ أو يُطعِمَ صديقًا غيرَ متموِّلٍ.

"Umar bin Khathtab mendapatkan lahan di Khaibar. Beliau lantas mendatangi Nabi Muhammad -shallahu 'alahi wa sallam- untuk meminta petunjuk tentang pengelolaannya. Umar berkata, 'Wahai 
Rasulullah, saya telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar dan tidak 
memperoleh harta, tapi tanah tersebut lebih berharga dari harta. Oleh karena 
itu, apa yang engkau perintahkan kepadaku dengan tanah tersebut?' Lalu 
Rasulullah SAW menjawab, 'Wahai Umar, apabila kamu mau, maka 
pertahankanlah tanah itu dan kamu dapat menyedekahkan hasilnya. Ibnu 
Umar berkata, "Lalu Umar menyedekahkan hasil tanah itu, dengan syarat 
tanahnya tidak boleh dijual, dibeli, diwarisi, ataupun dihibahkan." Ia berkata, 
"Umar ra menyedekahkan hasilnya kepada fakir miskin, kaum kerabat, budak 
belian, fisabilillah, Ibnu Sabil, dan tamu. Selain itu, orang yang mengurusnya 
boleh memakan sebagian hasilnya dengan cara yang baik dan boleh memberi 
makan temannya sekedarnya." (Muslim, t.th: 5/74).

Di antara faidah hadis di atas, adalah wakaf merupakan amalan yg sangat utama.

7. Kisah dermawannya Zainul Abidin:

Ada yang menyebut Zainal Abidin atau Zainul Abidin, nama aslinya adalah ‘Ali bin Al-Husain adalah anak cucu atau cicit baginda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal amat dermawan. Di antara bentuk dermawannya adalah ia rajin bersedekah namun tidak senang diketahui orang banyak. Ini beberapa cerita tentang beliau yang kami sarikan langsung dari kitab sejarah yaitu Siyar A’lam An-Nubala’ karya Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah.

‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib bin ‘Abdil Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdu Manaf. Ia disebut dengan Zainul ‘Abidin. Ia adalah Al-Hasyimi Al-‘Alawi Al-Madani, dengan kunyah Abul Husain, ada juga yang menyebut Abul Hasan, Abu Muhammad, Abu ‘Abdillah. Ibunya adalah ummu walad (budak wanita), namanya Sallamah Sulafah binti Malik Al-Faros Yazdajird.

Zainul Abidin lahir pada tahun 38 H. Abu Ja’far Al-Baqir mengatakan, “Ayahku hidup selama 58 tahun.” Kata Yahya saudara laki-laki dari Muhammad bin ‘Abdillah bin Hasan, ‘Ali bin Al-Husain meninggal dunia pada 14 Rabi’ul Awwal, malam Selasa, pada tahun 94 H. 

DI ANTARA SIFAT-SIFAT BAIK DARI ZAINUL ABIDIN ATAU ‘ALI BIN AL-HUSAIN ADALAH SEMANGATNYA DALAM BERSEDEKAH SECARA DIAM-DIAM.

Ibnu ‘Uyainah, dari Abu Hamzah Ats-Tsimaali, ia berkata bahwa ‘Ali bin Al-Husain rahimahullah biasa memikul roti (gandum) di atas punggungnya ke rumah-rumah orang miskin di tengah kegelapan malam. ‘Ali berkata,

إِنَّ الصَّدَقَةَ فِي سَوَادِ اللَّيْلِ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

“Sesungguhnya sedekah di tengah gelap malam itu akan meredam murka Rabb (Allah Ta’ala).”

Yunus bin Bakir, dari Muhammad bin Ishaq berkata,

كَانَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ المدِيْنَةِ يَعِيْشُوْنَ، لاَ يَدْرُوْنَ مِنْ أَيْنَ كَانَ مَعَاشُهُمْ، فَلَمَّا مَاتَ عَلِيٌّ بْنُ الحُسَيْنِ، فَقَدُوا ذَلِكَ الَّذِي كَانُوْا يُؤْتُوْنَ بِاللَّيْلِ

“Dulu penduduk kota tersebut hidup dan tidak mengetahui dari mana asal jatah roti tersebut. Ketika ‘Ali bin Al-Husain meninggal dunia, mereka tidak mendapatkan jatah roti itu lagi yang biasa mereka dapatkan tiap malam.”

Jarir bin ‘Abdul Hamid, dari. ‘Amr bin Tsabit, ia berkata,

لماَّ مَاتَ عَلِيٌّ بْنُ الحُسَيْنِ، وَجَدُوا بِظَهْرِهِ أَثَرًا مِمَّا كَانَ يَنْقُلُ الجُرُبَ باِللَّيْلِ إِلَى مَنَازِلِ الاَرَامِلِ

“Ketika ‘Ali bin Al-Husain meninggal dunia, mereka mendapati di punggungnya itu ada bekas karena seringnya memikul kantong kulit pada malam hari ke rumah-rumah orang-orang yang susah.”

Syaibah bin Na’aamah berkata,

لما مَاتَ عَلِيٌّ وَجَدُوْهُ يَعُوْلُ مِئَةَ أَهْلِ بَيْتٍ

“Ketika ‘Ali bin Al-Husain meninggal dunia, mereka dapati bahwa ‘Ali itu mencukupi nafkah seratu ahli bait.”

Imam Adz-Dzahabi berkata,

لِهَذَا كَانَ يَبْخَلُ، فَإِنَّهُ يُنْفِقُ سِرًّا وَيَظُنُّ أَهْلُهُ أَنَّهُ يَجْمَعُ الدَّرَاهِمَ

“Karena ini ia terkenal pelit. Padahal ia biasa berinfak diam-diam. Keluarganya mengira kalau ‘Ali bin Al-Husain terus saja menumpuk-numpuk dirham.”

Sebagian mereka mengatakan,

مَا فَقَدْنَا صَدَقَةَ السِّرِّ، حَتَّى تُوُفِّيَ عَلِيٌّ

“Kami tidak pernah tidak mendapati sedekah diam-diam sampai ‘Ali bin Al-Husain meninggal dunia.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 4:393-394).

Di samping ‘Ali bin Al-Husain adalah orang yang rajin sedekah, ia juga adalah orang yang rajin menolong orang lain dalam hal utang.

Hatim bin Abi Shaghirah, dari ‘Amr bin Dinar, ia berkata bahwa ‘Ali bin Al-Husain masuk menemui Muhammad bin Usamah bin Zaid ketika ia sakit. Muhammad ketika itu menangis. Lantas ‘Ali bin Al-Husain bertanya, “Kenapa kamu?” Muhammad menjawab, “Aku memiliki beban utang.” ‘Ali bin Al-Husain bertanya lagi, “Berapa itu?” Muhammad menjawab,

بِضْعَةُ عَشَر أَلْفِ دِيْنَارٍ

“Ada sepuluh ribuan dinar.”

Lantas Ali bin Al-Husain menjawab,

فَهِيَ عَلَيَّ

“Biar utang tersebut aku yang menanggungnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 4:394)

Doa ‘Ali bin Al-Husain yang amat bagus,

اللَّهُمَّ لاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي فَأَعْجَزَ عَنْهَا وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى المخْلُوْقِيْنَ فَيُضَيِّعُوْنِي

“ALLAHUMMA LAA TAKILNI ILAA NAFSII FA-A’JAZA ‘ANHA. WA LAA TAKILNII ILAAL MAKHLUUQIIN FA-YUDHOYYI’UUNII (artinya: Ya Allah janganlah menyandarkan—urusanku—pada diriku sendiri, lantas membuat diriku lemah; jangan jadikan diriku bergantung pada makhluk, karena mereka bisa menelantarkanku).” (Siyar A’lam An-Nubala’, 4:396)

Semoga semangat sedekah dari Zainul Abidin, Ali bin Al-Husain bisa kita tiru dan ambil pelajaran. Wallahu waliyyut taufiq.
Ust zaenudin Zeta saputra