MENOLAK HADITS TENTANG MI'RAJ KAFIR ?
Orang yang menolak hadits yang shahih dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang celaka dan binasa. Bahkan bisa jatuh kepada kekafiran, murtad keluar dari islam.
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah :
من رد حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو على شفا هلكة .
"Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, maka ia berada ditepi kebinasaan. (Al Manaqib Li Ibnil Jauzi 182). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab 115125.
Berkata Imam Ishaq bin Rohawaih rahimahullah
"ﻣﻦ ﺑﻠﻐﻪ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺧﺒﺮٌ ﻳُﻘﺮُّ ﺑﺼﺤﺘﻪ ﺛﻢ ﺭﺩﻩ ﺑﻐﻴﺮ ﺗﻘﻴﺔ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ". (ﻣﻔﺘﺎﺡ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻻﺣﺘﺠﺎﺝ ﺑﺎﻟﺴﻨﺔ : ﺹ 14)
"Barangsiapa yang sudah sampai kepadanya (hadits) dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan telah jelas derajat keshahihannya kemudian diamenolaknya tanpa taqiyah maka dia telah kafir." (Miftahul Jannah Fil Ihtijaj Bissunnah 14). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab 115125
Berkata Imam Suyuthi rahimahullah :
" ﺍﻋﻠﻤﻮﺍ ﺭﺣﻤﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥَّ ﻣَﻦ ﺃﻧﻜﺮ ﻛﻮﻥ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﻮﻻ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﻓﻌﻼ ﺑﺸﺮﻃﻪ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻓﻲ ﺍﻷﺻﻮﻝ - ﺣﺠﺔ ﻛﻔﺮ ، ﻭﺧﺮﺝ ﻋﻦ ﺩﺍﺋﺮﺓ ﺍﻹﺳﻼﻡ ، ﻭﺣﺸﺮ ﻣﻊ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺷﺎﺀ ﻣﻦ ﻓﺮﻕ ﺍﻟﻜﻔﺮﺓ " ﺍﻧﺘﻬﻰ. (ﻣﻔﺘﺎﺡ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻻﺣﺘﺠﺎﺝ ﺑﺎﻟﺴﻨﺔ : ﺹ 14/ )
"Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian. Sesungguhnya orang yang mengingkari keberadaanhadits nabi shalallahu alaihi wasallam baik perkataan maupun perbuatan beliau dengan syarat yang telah diketahui di dalam ushul, ini hujjah dia kafir dan dia keluar dari keislaman. Dan kelak dia akan dikumpulkan bersama Yahudi, Nashrani atau kelompok-kelompok kafir." (Miiftahul Jannah Fil Ihtijaj Bissunnah 14). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab 115125
Berkata Al'Allamah Ibnu Wazir rahimahullah :
" ﺍﻟﺘﻜﺬﻳﺐ ﻟﺤﺪﻳﺚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻊ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺣﺪﻳﺜﻪ ﻛﻔﺮ ﺻﺮﻳﺢ " ﺍﻧﺘﻬﻰ. (ﺍﻟﻌﻮﺍﺻﻢ ﻭﺍﻟﻘﻮﺍﺻﻢ : 2/274 )
"Mendustakan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan dia juga mengetahui bahwasanya itu adalah haditsnya, dia jelas kafir." (Al 'Awashim Wal Qawashim 2/274). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab 115125.
Berkata Ibnu Fauzan rahimahullah :
" التكذيب لحديث رسول الله صلى الله عليه وسلم مع العلم أنه حديثه كفر صريح " انتهى.
"العواصم والقواصم" (2/274)
Mendustakan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam didasari pengetahuan bahwasanya itu hadits, dia kafir secara nyata. (Al 'Awashim Wal Qawashim 2/274).
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah :
" الذي ينكر العمل بالسنة يكون كافرا ؛ لأنه مكذب لله ولرسوله ولإجماع المسلمين " انتهى.
"المجموعة الثانية" (3/194)
Orang yang mengingkari amalan dengan sunnah, dia kafir, karena sesungguhnya dia mendustakan Allah, RasulNya dan Ijma' kaum muslimin. (Al Majmu'ah Atstsaniyah 3/194).
Seperti yang menolak hadits tentang isro dan mi'raj yang sudah jelas keshahihannya. Mungkin mereka menolak karena untuk membantah salah satu dalil bahwa Allah Ta'ala di langit di atas Arasy. Inilah hadits shahih yang diingkari dan didustakan oleh orang-orang pengikut hawa nafsu.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ، وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ، وَدُونَ الْبَغْلِ، يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ» ، قَالَ: «فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ» ، قَالَ: «فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ»
Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal, ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat (tambat) tunggangan itu di tempat para Nabi biasa menambatkan tunggangan mereka.
قَالَ " ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ، فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ، فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ،
Lalu aku masuk dan menunaikan sholat dua raka’at di dalamnya. Setelah itu aku keluar dan disambut oleh Jibril dengan secawan arak dan susu. Ketika aku memilih susu, maka Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah (yaitu Islam dan Istiqomah)”.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ [ص:146]، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: َ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ، فَرَحَّبَ بِي، وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
Kemudian aku dibawa naik ke langit dunia.Manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, maka terdengarlah suara yang bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.” Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya, “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit bertujuan menghadap Rabb-nya)? “Ya.” Jawab Jibril. Setelah masuk, ternyata di sana aku bertemu dengan Nabi Adam 'alaihisalam dan beliau segera menyambutku lalu mendoakan kebaikan untukku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقِيلَ: مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ، صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِمَا، فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ،
Kemudian kami dibawa lagi naik ke langit kedua. Manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.” Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tangan penjaga pintu langit.”Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya lagi, “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?” “Ya.” Jawab Jibril. Setelah pintu langit dibuka, aku bertemu dua orang yang bersaudara (sepupu), yaituYahya 'alayhissalam dan Isa 'alayhissalam. Setelah menyambut kedatanganku, mereka pun mendoakan kebaikan untukku.
ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنَ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا هُوَ قَدِ اُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
Kemudian kami dibawa lagi naik ke langit ketiga. Manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.” Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya, “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?” “Ya.” Jawab Jibril. Setelah pintu langit dibuka, aku bertemu Nabi Yusuf 'alaihissalam. Sungguh, beliau telah dianugerahkan dengan separuh ketampanan. Setelah menyambut kedatanganku, beliau pun mendoakan kebaikan untukku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قَالَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا} [مريم: 57] ،
Kamudian kami diangkat lagi ke langit keempat. Dan manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.” Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya, “Adakah beliau diutus (untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?” “Ya”, kembali Jibril menjawab. Setelah pintu langit dibuka, ternyata aku bertemu Nabi Idris 'alaihissalam. Setelah menyambutku, beliau pun mendoakan kebaikan untukku. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi:
وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam 19: 57)
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَحَّبَ، وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
Kemudian kami diangkat lagi ke langit kelima. Dan manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?”. “Jibril” jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya, “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?” “Ya.” Jawab Jibril. Setelah pintu langit dibuka, aku bertemu Nabi Harun ‘alayhis Salam. Setelah menyambutku, beliau pun mendoakan kebaikan untukku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ،
Kemudian kami diangkat ke langit keenam. Dan manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.” Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penunggu pintu langit bertanya, “Adakah dia diutus (untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?”. “Ya.” Jawab Jibril. Setelah pintu langit dibuka, aku bertemu Nabi Musa ‘alaihis Salam. Setelah menyambut kedatanganku, beliau pun mendoakan kebaikan untukku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ، فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ،
Kemudian kami diangkat lagi sehingga ke langit ketujuh. Manakala Jibril meminta dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?”. “Jibril”. Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya, “Adakah dia diutus untuk dinaikkan bagi tujuan berjumpa dengan Rabb-nya?” “Ya.” Jawab Jibril. Setelah pintu langit dibukakan, aku bertemu Nabi Ibrahim ‘alaihis Salam. Aku melihatnya sedang duduk bersandar ke Baitul Ma’mur. Tempat tersebut setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu Malaikat (apabila mereka keluar darinya, maka) mereka tidak akan kembali lagi.
ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى، وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ، وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ "، قَالَ: " فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ، فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا، فَأَوْحَى اللهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى، فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،
Kemudian aku dibawa ke Sidaratul Muntaha. Aku melihat daunnya seperti telinga gajah sebesar tempayan/guci besar. Lalu manakala ia diliputi oleh perintah allah (sebagaimana yang dikehendaki Allah) maka ia berubah. Maka tidak ada satu pun makhluk yang dapat melukiskan keindahannya.(Rasulullah meneruskan ceritanya): Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia kehendaki untuk diwahyukan, yaitu diwajibkan ke atasku dalam sehari semalam lima puluh kali sholat.
فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ "، قَالَ: " فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي، فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا،
Aku pun turun membawa kewajiban itu. Ketika aku bertemu kembali dengan Nabi Musa ‘alaihis Salam, beliau berkata, “Apa yang diwajibkan oleh Rabb-mu terhadap umatmu?” “Lima puluh kali solat pada setiap hari.” Jawabku. Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan kepada-Nya untuk umatmu, kerana mereka tidak akan mampu melaksanakannya. Aku telah mencuba dan menguji Bani Israil.” Maka aku pun kembali menghadap Rabb-ku dan berkata, “Wahai Rabb-ku, ringankanlah bagi umatku.” Atas permohonan tersebut, maka Allah menguranginya lima kali solat.
فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقُلْتُ: حَطَّ عَنِّي خَمْسًا، قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ "، قَالَ: " فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
Setelah itu, aku turun, sehingga bertemu kembali dengan Nabi Musa ‘alaihis Salam, beliau berkata, “Apa yang telah engkau lakukan?” Aku menjawab, “Lima kali solat telah digugurkan (dikurangkan) dariku.” “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup, kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah kepada-Nya keringanan lagi untuk umat-mu”, (pesan Nabi Musa ‘alaihis Salam). (Rasulullah menyatakan): Maka sentiasa aku berulang-alik antara Rabb-ku dengan Nabi Musa ‘alaihis Salam. Setiap kali aku kembali kepada-Nya, maka Allah meringankan untukku lima kali solat.
حَتَّى قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ، فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً، وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً "،
Akhirnya Allah berfirman, “Wahai Muhammad, hanya lima kali solat sehari semalam, setiap kali sholat Aku lipat gandakan pahalanya menjadi sepuluh. Maka perkara itu (menjadi setara dengan) lima puluh kali solat. Sesiapa yang berkeinginan (kuat) untuk melakukan kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, maka ditulislah satu pahala untuknya. Namun, jika dia melakukannya, maka ditulislah untuknya sepuluh pahala. Dan sesiap yang berkeinginan melakukan perbuatan jahat, lalu dia tidak melakukannya, maka tidak ditulis ke atasnya apa-apa. Namun, jika dia melakukannya, maka ditulislah ke atasnya dosa.”
قَالَ: " فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ "، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فَقُلْتُ: قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ'
Lalu aku turun hingga bertemu kembali dengan Nabi Musa ‘alaihis Salam, aku pun memberitahu bahawa telah tinggal lima kali solat sehari semalam. “Kembalilah kepada Rabb-mu, mohonlah kembali keringanan untuk umatmu. Kerana sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.” Pesan Nabi Musa ‘alaihis Salam.
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Aku menjawab, “Sungguh aku telah berulang kali menghadap dan memohon keringanan kepada Rabb-ku, sehingga aku telah merasa malu”. (HR. Imam Muslim)
AFM
Copas dari berbagai sumber.