MENULIS AGAR INGAT DAN HAFAL
[1]- Di antara cara untuk menghafal “-dan cara ini paling bermanfaat bagi orang-orang yang sudah tua-: ...memperbanyak menyalin dan menulis, serta membiasakan tangan atas hal tersebut.” [“Nashaa-ih Manhajiyyah Li Thaalibi ‘Ilmis Sunnah an-Nabawiyyah” (hlm. 109-110)]
[2]- Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- menyebutkan alasan beliau menulis kitab ”Ighaatsatul Lahfaan”: “Tatkala Allah Al-Karim memberi karunia dengan kelembutan-Nya: untuk mengetahui penyakit-penyakit hati dan obat-obatnya, was-was setan yang menimpanya, dan amalan yang dihasilkan serta keadaan hati yang mengenai dengan sebab itu...SAYA INGIN MENGIKATNYA DALAM BUKU INI UNTUK MENGINGAT-INGATNYA; dengan mengakui karunia dan kebaikan Allah. Dan agar orang yang membacanya mengambil manfaat dan mendo’akan untuk penulis agar mendapatkan ampunan, rahmat dan keridha’an (dari Allah).” [“Ighaatsatul Lahfaan” (hlm. 31-32 -Mawaaridul Amaan)]
[3]- Jadi, inilah di antara tujuan menulis: agar ketika kita membaca satu atau beberapa kitab: kita menjadi ingat tentang isi dari kitab tersebut, bahkan hafal -walaupun hanya secara global-.
Jadi, ketika kita menulis: tujuan utamanya bukan semata-semata untuk disebarkan -atau diterbitkan-. Dan janganlah terburu-buru untuk melakukan yang demikian.
Imam Al-Albani rahimahullaah berkata:
“Saya tidak setuju kalau penuntut ilmu itu terburu-buru membuat tulisan, maksudnya: menyebarkan tulisannya kepada manusia. Bahkan dia hanya boleh melakukannya jika sudah melewati 30 (tiga puluh) tahun dari masa menuntut ilmunya kepada para ulama. Kalau dia terburu-buru; maka: (setelah) 15 (lima belas) tahun.
Dan hal itu tidak mencegah dirinya untuk membuat tulisan sebelum itu dan terus bertanya kepada orang yang lebih mampu dalam masalah ini; akan tetapi tidak boleh menyebarkannya.
Khususnya dalam hal yang sedang menjadi mode (trend) pada zaman sekarang; yaitu: Ilmu Hadits.” [“Al-Imaam Al-Albaani; Duruus Wa Mawaaqif Wa ‘Ibar” (hlm. 164)]
-ditulis oleh: Ahmad Hendrix