Sekilas, barangkali ada yang belum tahu "At-Ta'liq ala Al-Anajil Al-Arba'ah"
Suatu buku seputar bantahan terhadap Kristen yang ditulis oleh salah satu murid Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyyah), yakni Najmuddin Ath-Thufi.
Di dalamnya beliau membantah apa yang telah ditulis oleh salah seorang pendeta mengenai Al-Qur'an, dan lebih lanjut membuktikan bahwa Injil yang empat saat ini (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) bukanlah Injil yang dibawa oleh Nabi Isa. Tak hanya sampai di situ, bahkan beliau juga memberikan ta'liq untuk sumber-sumber Ahlulkitab lainnya!
Di dalamnya pula beliau memadukan antara dalil naqli dan dalil akli. Baru saja Penulis membaca bantahan beliau mengenai konsep trinitas. Logika mereka berputar-putar di sana, sampai-sampai beliau berkata
"Jika al-Masih (Nabi Isa) mendengar perkataan mereka tersebut (trinitas) tentu beliau akan berdoa untuk mereka agar dijadikan kera dan babi."
Barang siapa membaca buku beliau di atas, tentu akan didapati betapa luasnya pengetahuan beliau terhadap sumber-sumber Ahlulkitab. Jika pada zaman ini ada Dr. Zakir Naik, maka mungkin beliaulah maskot yang pas untuk spesialis kristologi pada masanya.
Ath-Thufi juga dikenal dengan rihlah intelektualnya ke pelbagai mazhab. Karena itu sampai ada tuduhan bahwa beliau Rafidhah.
Muhaqqiq juga membahas di dalamnya tentang tidak benarnya tuduhan tersebut.
Muhaqqiq (Dr. Musa bin Muhammad Az-Zahrani) memaparkan pengaruh Ibnu Taimiyyah yang begitu besar pada buku Ath-Thufi ini, di mana secara umum berawal dari tiga faktor:
1. Ath-Thufi adalah murid Ibn Taimiyyah
2. Keberadaan keduanya pada masa yang sama, yaitu pada akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 Hijriah
3. Keduanya berada di negeri yang sama, yaitu Mesir
Lebih rinci lagi, muhaqqiq menjabarkan bentuk-bentuk keserupaan yang begitu mencolok antara manhaj/metode Syaikhul Islam dalam "Al-Jawab Ash-Shahih" dengan Ath-Thufi. Ini merupakan pengaruh Ibnu Taimiyyah yang sangat membekas pada Ath-Thufiy. Misalnya:
1. Motif penulisan kitab keduanya yang dilatarbelakangi faktor yang sama. Latar belakang "Al-Jawab Ash-Shahih" sudah diketahui bersama. Adapun Ath-Thufii, pada bukunya yang berjudul "Al-Intisharat Al-Islamiyyah" merupakan bantahan terhadap sebagian Nasrani, di mana mereka menyusun tulisan yang menghina Islam. Begitu pula bukunya "At-Ta'liq" yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Dari segi uslub, telah populer bahwa Syaikhul Islam dikenal dengan banyaknya "istithrad" dalam bantahannya terhadap Nasrani, dan uslub seperti ini diikuti juga oleh Ath-Thufi.
3. Syaikhul Islam berargumen berdasarkan referensi-referensi Nasrani sendiri untuk membuktikan adanya berita mengenai kenabian Muhammad , membatalkan konsep trinitas, dan (membatalkan) unsur ketuhanan Nabi Isa. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak. Begitu pula dalam membuktikan terjadinya tahrif pada referensi-referensi orang Nasrani beserta kontradiksinya. Metode seperti ini diikuti pula oleh al-Thufiy dalam dua buku beliau "Al-Intisharat Al-Islamiyyah" dan "Al-Ta'liq ala Al-Anajil Al-Arba'ah".
4. Syaikhul Islam juga bersandar pada argumen akli sebagaimana beliau berkata, "Oleh sebab itu, mayoritas mereka dilarang untuk membahas hal tersebut karena mereka pun menyadari bahwa akal yang sehat tidak akan membenarkan agama mereka." Lagi-lagi metode ini juga berperan besar pada Ath-Thufi.
5. Dari sisi topik (maudhu') itu sendiri, banyak kesamaan pula antara Ibnu Taimiyyah dan Ath-Thufi pada topik-topik yang dibahas dalam bantahan keduanya terhadap Nasrani. Misalnya: kritik terhadap injil dan pembuktian terjadi tahrîf padanya, pembuktian kenubuwwahan Muhammad saw dan keumuman risalahnya, membatalkan konsep trinitas, dan banyak lagi lainnya.
Lebih lengkapnya bisa dilihat pada hal. 25 (dan seterusnya) pada buku di atas. Buku IT: Al-Jawab Al-Shahih, secara keseluruhan tetap diunggulkan di atas al-Ta'liq.
Belum selesai diedit.
Ust Ferry Irawan
https://www.facebook.com/1134788976/posts/10223661534063116/