Minggu, 28 Maret 2021

Apakah Muslim Yang jatuh kepada syirik besar karena tidak tahu langsung dikafirkan?Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah menjawab:

Apakah Muslim Yang jatuh kepada syirik besar karena tidak tahu langsung dikafirkan?

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah menjawab:

من دعا غير الله، وحجّ إلى غير الله؛ هو أيضًا مشرك، والذي فعله كفر، لكن قد لا يكون عالمًا بأن هذا شرك محرّم، كما أن كثيرًا من الناس دخلوا في الإسلام من التتار، وغيرهم، وعندهم أصنام لهم صغار من لبد، وغيره، وهم يتقرّبون إليها، ويعظّمونها، ولا يعلمون أن ذلك محرّم في دين الإسلام، ويتقرّبون إلى النار أيضًا، ولا يعلمون أن ذلك محرّم؛ فكثير من أنواع الشرك قد يخفى على بعض من دخل في الإسلام، ولا يعلم أنه شرك، فهذا ضالّ، وعمله الذي أشرك فيه باطل، لكن لا يستحقّ العقوبة حتى تقوم عليه الحجة؛ قال تعالى: فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْداداً وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ [البقرة: 22]. انتهى.
Siapa yang berdo'a kepada selain Allah dan berhajji kepada selain Allah maka ia juga musyrik dan yang melakukannya kafir. Tetapi terkadang ia tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut adalah syirik yang diharamkan. Sebagaimana banyak kaum Tartar yang masuk islam dan kaum lainnya. Mereka masih memiliki patung kecil yang mereka bertaqarrub kepadanya dan mengagungkannya. Dan mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah diharamkan dalam agama islam. Bahkan mereka bertaqarrub kepada api juga dan mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah haram. Banyak macam macam kesyirikan yang tersembunyi kepada sebagian orang yang masuk islam. Dan tidak tahu bahwa itu adalah syirik. Maka ia tersesat dan perbuatan syiriknya batil, akan tetapi ia tidak berhak mendapat sanksi hingga ditegakkan dahulu hujjah. Allah berfirman, "Maka janganlah kamu menjadikan tandingan tandingan bagi Allah dalam keadaan kalian mengetahuinya." (Ar Radd 'alal Akhna'iy hal 206 tahqiq Al Anazi)

Ibnu Taimiyah juga berkata:
 والتكفير هو من الوعيد، فإنه وإن كان القول تكذيباً لما قاله الرسول صلى الله عليه وسلم، لكن قد يكون الرجل حديث عهد بإسلام، أو نشأ ببادية بعيدة، ومثل هذا لا يكفر بجحده، وما يجحده حتى تقوم عليه الحجة.
وكنت دائمًا أذكر الحديث الذي في الصحيحين في الرجل الذي قال: إذا أنا متّ فأحرقوني، ثم اسحقوني، ثم ذروني في اليم، فوالله لئن قدر الله علي ليعذّبنّي عذابًا ما عذّبه أحدًا من العالمين. ففعلوا به ذلك، فقال الله له: ما حملك على ما فعلت؟ قال: خشيتك، فغفر له. فهذا رجل شك في قدرة الله، وفي إعادته إذا ذرّي، بل اعتقد أنه لا يعاد، وهذا كفر باتفاق المسلمين، لكن كان جاهلًا لا يعلم ذلك، وكان مؤمنًا يخاف الله أن يعاقبه، فغفر له بذلك. اهـ.
Pengkafiran itu termasuk ancaman. Jika ucapan tersebut adalah pendustaan kepada apa yang diucapkan oleh Rasul, akan tetapi terkadang seseorang itu baru masuk islam atau tinggal di pedesaan yang jauh. Maka yang seperti ini tidak menjadi kafir karena pengingkarannya (juhud) hingga tegak kepadanya hujjah.
Aku senantiasa ingat sebuah hadits yang ada dalam shahihain tentang orang yang mengatakan: "Apabila aku meninggal maka bakarlah aku, kemudian bubukkan kemudian tebarlah di laut. Demi Allah jika Allah kuasa (membangkitkanku) pasti Dia akan mengadzabku dengan adzab yang tidak pernah mengadzab dengannya siapapun." Lalu mereka melakukannya. Lalu Allah berfirman, "Mengapa kamu melakukan itu?" Ia berkata, "Karena takut kepadamu."
Orang ini meragukan kekuasaan Allah untuk membangkitnya kembali bahkan meyakini bahwa ia tidak akan dibangkitkan. Dan ini adalah kufur dengan kesepakatan kaum muslimin. Akan tetapi ia jahil tidak tahu. Dan ia mukmin yang takut kepada Allah untuk mengadzabnya. Maka Allah memaafkannya." (Majmu fatawa 3/231)

Demikian juga pembatal pembatal keislaman lainnya. Berbeda jika ia mengetahui lalu melakukan dengan sengaja karena juhud dan ienad (menentang) maka ia kafir murtad dari agama islam.
Ust badrusalam 
https://www.facebook.com/100005503590633/posts/1642019852658119/