Akal & Jiwa Menurut Ibnu Taimiyah
Akal adalah subtansi non materi (ruh), dzatnya tidak memiliki jasad ia tidak memiliki keterkaitan dengan materi sama sekali.
Adapun jiwa adalah ruh atau subtansi non materi juga, namun ia memiliki peran dalam mengatur jasad/jism.
Contohnya jiwa dan akal pada manusia. Jika kiranya jiwa ada dalam tubuh manusia, maka ialah yang akan menggerakannya. Jika jiwa tidak ada, maka hanya tersisa akal semata. Akal itu akan mampu menerima ilmu, namun tanpa mampu untuk menggerakan tubuh atau jasad manusia.
Itulah gambaran akal dan jiwa menurut para cendikia yang diamini oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang saya pahami dari kitabnya Naqdh Al-Mantiq dibawah ini.
-----------------------------
Faidah :
Jika kita memahami arti kata akal dan jiwa, maka kita akan memahami "mengapa seseorang bisa saja pintar ilmu agama, namun ternyata ilmunya tersebut belum dapat menggerakannya untuk beramal kebaikan?".
Jawabannya karena baru akalnya saja yang berkembang, bahkan mungkin nyaris sempurna karena banyak ilmu yang diserapnya, namun ternyata ia lupa ada jiwa yang harusnya juga dipupuk dan dibina dalam kebaikan, agar ia dapat menggerakan tubuhnya untuk beramal kebaikan.
......................
Oh ya, sejalan dengan konsep jiwa dan akal diatas, saya teringat kondisi belajar saat ini. Dimana mengharuskan sekolah dengan cara online, saya yakin insyallah semua itu masih dapat memperkuat akal-akal anak didiknya, tapi ingat!, merekapun perlu sentuhan jiwa agar menuju kebaikannya, karena hanya jiwalah yang mampu menggerakan tubuhnya untuk berbuat kebaikan.
Oleh sebab itu jangan pernah lupakan tazkiyatunnufus (penyucian jiwa), karena ia jauh lebih penting dari pertumbuhan akal anak manusia.
Semangatlah wahai kita, para orang tua, para pendidik!, sesiapa yang mampu menunjukan kebaikan, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya.
Sekali lagi kita ingat, bukan hanya cuma sekedar sampai anak didik kita mengilmuinya, namun justru sampai ia mengamalkannya. Baarakallahu fiikum
Ust Irham Maulana lc