Rabu, 30 September 2020

DOA MASUK WC ◀️

▶️ DOA MASUK WC ◀️

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki wc, beliau ucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan) 
(HR. Bukhari no. 142 dan Muslim no. 375).

⏩ FAIDAH HADITS

Diantara faidah yang bisa kita ambil dari hadits adalah : 

⏺️ Pertama:

Hadits ini menetapkan bahwa setan itu ada, menurut Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ serta kenyataan yang ada. setan adalah musuh bagi Adam alaihissalam dan juga musuh bagi keturunannya.

Allah ta’ala berfirman:

وَقُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّۭ 

“Dan Kami berfirman: ‘Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain’,". 
(Surat Al-Baqarah (2) ayat 36)

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّۭ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَـٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. 
(Surat Fathir (35) ayat 6)
 
Syaitan membisikkan hal-hal yang buruk dan keinginan yang buruk pada hati seseorang sampa ia membuat ragu manusia tentang adanya Allah, ragu tentang hari kiamat, membuat ragu tentang hari kebangkitan dan membuat ragu tentang ibadah serta faidah dari ibadah.
Bahkan syaitan menggoda manusia dengan godaan yang sangat keji, sampai bisa memisahkan seorang suami dari istrinya, dan gangguan syaitan itu diantaranya adalah syaitan itu bisa membuat manusia kesurupan sampai kepada gila, itulah beberapa godaan dan gangguan syaitan.

Pengaruh setan pada manusia adalah nyata ini sesuai dengan apa yang diyakini oleh Ahlussunnah wal jama’ah, menyelisihi keyakinan atau pemahaman mu’tazilah yang tidak percaya dengan hal ini.

Gangguan setan punya pengaruh dari sisi indrawi, akal dan pikiran manusia, oleh karena itu nabi ﷺ sebelum masuk toilet atau WC, Nabi ﷺ berlindung kepada Allah dari gangguan syaitan.

⏺️ Kedua:
 
Hadits ini mengisyaratkan bahwa toilet atau WC adalah tempatnya syaitan. Karena toilet atau wc adalah tempat yang najis.
Begitu juga dengan syaitan adalah makhluk yang buruk dan najis yang selalu memerintahkan untuk berbuat keburukan, kemungkaran, kekafiran, kesyirikan yang selalu memerintahkan seluruh perbuatan yang najis. 

Dan ini merupakan hikmah Allah bahwa jiwa yang buruk akan condong kepada tempat yang buruk jiwa yang baik akan condong kepada tempat yang baik,

Dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi ﷺ, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1️⃣ Imam yang adil
2️⃣ seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh
3️⃣ seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
4️⃣ Dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
5️⃣ Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’
6️⃣ Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, dan
7️⃣ Seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
(HR. Bukhari. 660 dan Muslim.1031)

Perhatikan hadits diatas, golongan yang ke tiga seseorang yang hatinya baik selalu terikat atau selalu rindu dengan tempat yang baik. Hatinya selalu rindu, karena dia tahu bahwa Masjid adalah tempat yang baik.

Allah juga berfirman:

ٱلْخَبِيثَـٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَـٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَـٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَـٰتِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌۭ وَرِزْقٌۭ كَرِيمٌۭ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). 
(Surah An-Nur (24) ayat 26)

Pada ayat diatas ada hikmah dari Allah subhanahu wa ta'ala bahwa orang yang baik akan condong kepada kebaikan dan orang yang buruk akan condong kepada keburukan.

(lihat pembahasannya secara lengkap pada 📖Syarah Umdatil Ahkam, Syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah: (1/136-146 ).

Wallahu A’lam.

🖊️ Akhukum : Abu Ya'la Kurnaedi

Selasa, 29 September 2020

Aku memasuki surga kemudian aku mendengar alunan bacaan (al Qur'an), aku bertanya: "Siapa itu...?" Mereka menjawab: "Haritsah Ibnu Nu'man. Demikianlah buah bakti... begitulah bakti... dan ia sangat berbakti kepada ibunya..." (as Shohihah 913)

Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku memasuki surga kemudian aku mendengar alunan bacaan (al Qur'an), aku bertanya: "Siapa itu...?" Mereka menjawab: "Haritsah Ibnu Nu'man. Demikianlah buah bakti... begitulah bakti... dan ia sangat berbakti kepada ibunya..." (as Shohihah 913)
Al hujjah 

Dan jika dosa semakin banyak maka akan berat bagi lisannya untuk mengucapkan kalimat tauhid

#BAHAYA_DOSA
#KEBURUKAN_MERUSAK_IMAN

Berkata As Syaikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah :

فَإِنَّ السَّيِّئَاتِ تُضْعِفُ الْإيمَانَ وَالْيَقِينَ، فَيَضْعُفُ قَوْلٌ (لَا إلَهَ إِلَّا اللهُ)، فَيَمْتَنِعُ الْإِخْلَاَصُ بِالْقَلْبِ، فَيَصِيْرُ الْمُتَكَلِّمُ بِهَا كالهَاذِى أَوِ النَّائِمِ، أَوْ مَنْ يُحَسِّنُ صَوْتَهُ بِآيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ مِنْ غَيْرِ ذَوْقِ طَعْمٍ وَحَلَاَوَةٍ، فَهَؤُلَاءِ لَمْ يَقُولُوهَا بِكَمَالِ الصِّدْقِ وَالْيَقِينِ، بَلْ يَأْتُونَ بَعْدَهَا بِسَيِّئَاتِ تُنقِصُ ذَلِكَ؛ ...

فَإِذَا كَثُرَتِ الذُّنُوبُ ثَقَّلَ عَلَى اللِّسَانِ قَوْلُهَا، وَقَسَا الْقَلْبُ عَنْ قَوْلِهَا، وَكَرِهَ الْعَمَلَ الصَّالِحَ، وَثَقُلَ عَلَيْهِ سَمَاعُ الْقُرْآنِ، وَاسْتَبْشَرَ بِذِكْرِ غَيْرِه، وَاطْمَأَنَّ إِلَى الْبَاطِلِ، وَاسْتَحلَى الرَّفَثَ وَمُخَالَطَةَ أهْلِ البَاطِلِ، وَكَرِهَ مُخَالِطَةَ أهْلِ الْحَقِّ، فَمِثْلُ هَذَا إِذَا قَالَهَا، قَالَ بَلسَانِهِ مَا لَيْسَ فِي قَلْبِهِ، وَبِفِيهِ مَا لَا يُصَدِّقُهُ عَمَلُهُ.
قَالَ الْحَسْنُ: لَيْسَ الْإيمَانُ بالتَّحَلِّي وَلَا بالتَّمنِّي، وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقُلُوبِ وَصَدَّقَتْه الْأَعْمَالُ؛ فَمَنْ قَالَ خَيْرَا وَعَمِلَ خَيرًا قَبِلَ مِنْهُ، وَمَنْ قَالَ خَيْرًا وَعَمِلَ شَرًّا لَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ.

Sesungguhnya keburukan -dosa- dapat melemahkan keimanan dan keyakinan, melemahkan ucapan "La ilaha illaAllah", menghalangi keikhlasan dalam hati, menjadikan orang yang mengucapkan kalimat tauhid seperti ngigo atau tidur, menjadikan orang (hanya) memperbagus bacaan ayat Al Quran tapi tanpa merasakan manisnya iman, karena mereka tidak mengucapkan kalimat tuhid dengan kejujuran dan keyakinan yang sempurna, tetapi setelah mengucapkannya melakukan kemaksiatan yang akhirnya mengurangi dan melemahkan iman, ...

Dan jika dosa semakin banyak maka akan berat bagi lisannya untuk mengucapkan kalimat tauhid, hatinya menjadi keras untuk mengucapkan kalimat tauhid, menjadikan benci terhadap amal shaleh, berat untuk mendengarkan al Quran, senang dengan mendengar yang lain, tenang dengan kebatilan, enjoy dengan ucapan kotor dan pergaulan dengan ahlil bathil, tidak suka bergaul dengan ahlul haq, maka orang yang seperti ini jika mengucapkan kalimat tauhid maka mengucapkan dengan lisannya saja tapi tidak ada dalam hatinya, mengucapkan dengan mulutnya tapi tidak dibuktikan dengan amalannya.

Berkata Al Hasan Al Bashri rahimahullah :
"Iman bukanlah sekedar hiasan dan angan-angan, tetapi apa yang tertanam dalam hati dan dibuktikan dengan amalan, maka siap yang mengucapkan kebaikan dan mengamalkannya niscaya diterima darinya, sedangkan barangsiapa yang mengucapkan kebaikan dan beramal keburukan maka tidak akan diterima sedikitpun darinya".

📚 Fathul Majid -syarah Kitab At Tauhid-, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh. 1/185.
🌾🌴__________
📖 Faidah dari Kajian bersama Ustadzuna Al Walid Ahmas Faiz Ashifuddin, MA hafidzahullah. 28/09/20 Masjid PPIB,.

عصمني الله وإياكم من الفتن وثبتنا جميعا على الإيمان،.

RESUME KAJIAN ★Masjid Jami' Aliyah Karawang

★ RESUME KAJIAN ★
Masjid Jami' Aliyah Karawang

بسم اللّه الرّحمٰن الرّحيم

📒Tema              : Qira'at Dalam Shalat (Umdatul Ahkam) 
🎓Pemateri        : Al-Ustadz Abu Ya'la Kurnaedi, Lc hafizhahullaah
🕌 Tempat          : Masjid Jami' Aliyah Karawang
📅 Tanggal         : Sabtu, 08 Shafar 1442 H/ 26 September 2020 M

🖇️https://permata-ilmu23.blogspot.com

Muqoddimah

Semoga Allaah subhanahu wata'ala memberikan keberkahan di manapun kita berada.

4 hal yang akan mendapatkan 4 hal

Dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitabullah, dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Orang yang duduk di majelis ilmu akan mendapatkan 4 hal tersebut. Dan perlu diketahui juga bahwasannya dunia itu terlaknat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 

الدُّنيا مَلعْونَةٌ ، مَلْعُون ما فيها

"Dunia itu terlaknat, isinya juga terlaknat."

Yang dimaksud terlaknat adalah jauh dari rahmat, sehingga jika kita tidak ingin terlaknat maka diantara caranya adalah jangan jauh dari majelis ilmu.

Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. 
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

Qira'at Dalam Shalat

Dari Shahabat Jabir radhiyallaahu ‘anhu berkata,

صَلَّى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ الأَنْصَارِىُّ لأَصْحَابِهِ الْعِشَاءَ فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ فَانْصَرَفَ رَجُلٌ مِنَّا فَصَلَّى فَأُخْبِرَ مُعَاذٌ عَنْهُ فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ. فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَهُ مَا قَالَ مُعَاذٌ فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا يَا مُعَاذُ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا. وَسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى. وَاقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ. وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى »

“Mu’adz bin Jabal Al-Anshari pernah memimpin shalat Isya. Ia pun memperpanjang bacaannya (membaca surat Al-Baqarah). Lantas ada seseorang di antara kami yang sengaja keluar dari jama’ah. Ia pun shalat sendirian. Mu’adz pun dikabarkan tentang keadaan orang tersebut. Mu’adz pun menyebutnya sebagai seorang munafik. Orang itu pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan pada beliau apa yang dikatakan oleh Mu’adz padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menasehati Mu’adz, “Apakah engkau ingin membuat fitnah, wahai Mu’adz? Jika engkau mengimami orang-orang, bacalah surat Asy-Syams, Adh-Dhuha, Al-A’laa, Al-‘Alaq, atau Al-Lail.”
(HR. Muslim no. 465)

Maksud Rasulullah ﷺ mengatakan fitnah di atas adalah menghalangi manusia dari jalan Allah. 

Adapun alasan Muadz mengatakan munafik kepada orang yang keluar dari jama'ah dan shalat sendiri karena 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.”
(HR. Bukhari no. 657).

Shahabat Muadz membaca surat yang panjang, syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah menjelaskan ia membaca surat Al-Baqarah, tidak ada keinginan di dalam hati Muadz Radhiyallahu anhu untuk menghalangi manusia dari jalan Allah, akan tetapi Rasulullah ﷺ yang sangat sayang kepada ummatnya dan tidak ingin memberatkannya karena di dalam shalat jama'ah tersebut ada orang tua, orang yang lemah, dan yang memiliki hajat. 

Oleh sebab itu sangat penting sekali untuk berilmu sebelum berucap dan beramal
Imam Bukhari rahimahullaah mengatakan:

 العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ

“Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”

karena semangat tidak dilandasi ilmu sangat berbahaya dan bisa menjadikan manusia lari dari jalan Allah, oleh sebab itu semangat harus dibangun di atas ilmu.

Faedah Hadits
1. Bolehnya menampakkan kemarahan ketika memberikan nasihat.
Namun harus sesuai dengan tempat, keadaan porsinya, dan harus dibangun di atas ilmu.
Akan tetapi hukum asal menasehati adalah dengan lemah lembut. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:

فَإِنَّ الرِّفْقَ لَمْ يَكُنْ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya rusak.”
(HR. Abu Dawud, sanad: shahih).

Namun boleh menasehati dengan marah, sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah melakukannya.

2. Bolehnya mensifati seseorang sesuai dengan apa yang dia lakukan, walaupun orang itu terlepas dari sifat tersebut.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ mengatakan kepada Muadz, "Apakah engkau ingin menjadi orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah, wahai Muadz?"

Sedangkan Muadz tidak menginginkan manusia lari dari jalan Allah, ia hanya ingin manusia semakin dekat dengan Allah. 

• Contoh yang Lain,
Dari Mu’adzah binti Abdillah dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, 'Kenapa wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?' Maka Aisyah menjawab, 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah (Khawarij)?' Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Aisyah menjawab,

كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

“Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.”
(HR. Muslim, no. 335)

Di sini Aisyah mensifati Mu'adzah dengan Haruriyah (Khawarij), karena wanita Khawarij mengqodho shalat dan puasanya.
Akan tetapi Maudzah bukanlah seorang wanita Khawarij.

Sehingga bolehnya mensifati seseorang sesuai dengan apa yang dia lakukan, walaupun orang tersebut jauh dari sifat tersebut. 

3. Afdhalnya seorang Imam memperhatikan keadaan makmumnya.
Oleh sebab itu ketika Rasulullah ﷺ mengimami shalat selalu memperhatikan keadaan makmumnya, apakah ada orang tua, orang yang lemah, ataupun yang memiliki hajat. 

4. Hendaknya seorang Imam ketika mengimami shalat Isya membaca pertengahan mufashal.

Apa itu Surat Mufashal? 
Surat Mufashal yaitu surat dari juz 26-30 tepatnya dari surat Qaf s/d An-Naas. 

Kenapa disebut surat-surat Mufashal?
Kata para ulama karena banyak pemisahnya, yaitu surat-surat pendek yang banyak dipisah dengan basmallah.

■ Surat al-Mufashal terbagi menjadi 3:
(a). Thiwal Mufashal – mufashal yang panjang. Dimulai dari surat Qaf hingga surat Annaba.

(b). Wasath Mufashal – mufashal yang sedang. Dimulai dari surat an-Naba’ hingga surat ad-Dhuha.

(c). Qishar Mufashal – mufashal yang pendek-pendek. Dimulai dari surat ad-dhuha hingga akhir al-Quran, yaitu surat an-Naas.

Bagaimana penerapan surat mufashal di dalam shalat yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?

1. Shalat Maghrib : dengan Qishar Mufashal (mufashal yang pendek-pendek). 

Catatan: tetapi terkadang Rasulullah membaca surat yang panjang, seperti At-thur di shalat magrib.

2. Shalat Isya : dengan Wasath Mufashal (mufashal yang sedang).

3. Shalat Subuh : dengan Thiwal Mufashal (mufashal yang panjang atau membaca 50 sampai 60 ayat.

■ Dilihat dari panjang pendeknya, surat dalam al-Quran dibagi menjadi 4:

(a.) Surat at-Thiwal
Dari kata thiwal  yang artinya panjang. Surat at-Thiwal adalah surat yang panjang-panjang. Jumlahnya ada 7, karena itu sering disebut dengan as-Sab’u at-Thiwal (7 surat yang panjang). Meliputi: al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, al-An’am, al-A’raf, dan al-Anfal + At-Taubah.

(b.) Surat al-Mi-in
Dari kata Mi-ah  yang artinya angka seratus. Surat al-Mi-in berarti surat yang jumlah ayatnya kurang lebih seratus ayat.

(c.) Surat al-Matsani
Berdasarkan urutannya, surat al-Matsani adalah surat setelah al-Mi-in, Surat yang jumlah ayatnya dibawah seratus. 

(d.) Surat al-Mufashal
Dinamakan mufashal karena ayatnya pendek-pendek, sehingga banyak pemisah basmalahnya.

5. Bagusnya pengajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Para ulama mengatakan tidaklah Rasulullah ﷺ menyebutkan hukuman melainkan menyebutkan tindakannya serta sebab/alasannya.

Ingat : dalam masalah agama, kita tidak harus mengetahui sebabnya. Kita tunduk patuh terhadap syariat. Karena tidak semua syariat bisa dinilai dengan akal logika semata.
Adapun jika ada syariat yang diketahui hikmahnya maka ini kebaikan di atas kebaikan. 

Sebagaimana perkataan Ali radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,

لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ 

“Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada atasnya."

Imam Abu Hanifah rahimahullaah mengatakan, 
"Seandainya agama dibangun di atas akal, saya akan berpendapat ketika kencing/buang air seni harus mandi wajib, tetapi jika keluar air mani tidak. Karena air kencing najis akan tetapi air mani tidak najis."

Orang yang memahami hukum dengan illat (sebab) nya memiliki 2 faedah
1.) Ia mengetahui bahwa hukum islam dibangun di atas hikmah, walaupun terkadang sebagian syariat tidak diketahui hikmahnya, karena akal manusia tidak sampai. 
2.) Akan lebih tenang ketika mengetahui sebab hukum tersebut. 

6. Orang yang memiliki hajat boleh mempercepat shalatnya dengan syarat harus tuma'ninah.
Hajat dalam shalat ada yg boleh mempercepat shalat dan ada yang boleh memotong shalat.

Contoh dalam memotong shalat adalah ketika menolong nyawa orang, di mana apabila tetap melaksanakan shalat maka orang tersebut mati, atau menolong kebakaran, tenggelam, atau anak kecil yang jatuh dari ketinggian atau semisalnya. Maka boleh memotong shalat karena dalam keadaan darurat. 

Wallaahu a'lam.

Semoga Bermanfaat.

بارك الله فيكم

📝 Doni Setio Pambudi (Abu Ubaidillah).

Senin, 28 September 2020

makna Iman kepada Allah

Salah seorang ulama guru dari para ulama yang ada di masa kini, Syaikh Zaid al-Fayyadh rahimahullah (wafat 1416 H) menjelaskan dalam kalimat yang ringkas tentang makna iman kepada Allah. Beliau berkata : Iman kepada Allah maknanya adalah keyakinan yang kuat bahwasanya Allah adalah Rabb/pengatur segala sesuatu dan penguasanya. Bahwa hanya Allah yang menciptakan. Bahwa Allah yang berhak mendapatkan pemurnian ibadah, perendahan diri dan ketundukan. Dan hanya Allah yang berhak menerima segala bentuk ibadah. Bahwa Allah yang memiliki sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan. Allah tersucikan dari segala keburukan dan kekurangan (lihat ar-Raudhah an-Nadiyah Syarh al-’Aqidah al-Wasithiyah, hal. 50)
Web Al-Mubarok.com
Ust ari Wahyudi 

Ilmu aqidah merupakan ilmu yang sangat penting. Oleh sebab itu sebagian ulama terdahulu menyebut ilmu aqidah sebagai fiqih akbar

Ilmu aqidah merupakan ilmu yang sangat penting. Oleh sebab itu sebagian ulama terdahulu menyebut ilmu aqidah sebagai fiqih akbar. Karena dalam ilmu aqidah inilah kita akan mengerti pokok-pokok ajaran agama (lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam kitabnya Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah, hlm. 34-35)
Dr web AlMubarok.com
Ustadz Ari Wahyudi 

SUMBER AKHLAK YANG MULIA

🖇 *SUMBER AKHLAK YANG MULIA* 

🎙 ```Berkata Al Imam ibnul Qayyim rahimahullah :``` 

Agama islam seluruhnya adalah akhlak, maka barangsiapa yang bertambah akhlaknya, bertambah pula agamanya. 

Dan akhlak yang baik dibangun diatas 4 (empat) rukun, dan akhlak yang baik tidak akan tegak kecuali diatas empat rukun ini :

 *1* . Sabar,
 *2* . Menjaga kehormatan diri, tidak mau mengerjakan sesuatu yang keji,
 *3* . Keberanian, dan
 *4* . Adil

Dan sumber seluruh akhlak yang mulia adalah dari 4 (empat) rukun ini.

📚 Madarijus salikin (2/294)
==================
Sumber :

📲 Kampung Fuyusy Ikhwan ٢
https://chat.whatsapp.com/F8F4kpGm9WjLpbNAFQR6B2

📲 Kampung Fuyusy Akhwat ١
https://chat.whatsapp.com/CrCeyPeDPuYBzY85Q9weEL

📲 Facebook
https://www.facebook.com/111754757239371?referrer=whatsapp

📲 Instagram
https://www.instagram.com/kampungfuyusy?r=nametag

```Semoga bermanfaat dan silahkan dibagikan dengan tanpa merubah isi teks dan tetap menyertakan sumber.```


Kampung Fuyush - Yaman

Membuka jendela ketika Shubuh

Membuka jendela ketika Shubuh

Syeikh Utsaimin mengatakan "ada seseorang yang bercerita kepada ku tentang orang buta di daerahnya, orang buta itu dapat mengetahui waktu terbitnya fajar dengan mencium bau nya. Iya, dengan bau nya, tanpa melihat sama sekali. 
Ketika ia mencium bau shubuh maka dia pergi kemasjid lalu mengumandangkan azan. Ketika orang-orang bangun lalu melihat fajar merekapun mendapatinya sudah terbit".

Beliau (syeikh Utsaimin) melanjutkan "Sungguh saya pernah mendengar atau membaca pada sebagian buku-buku kesehatan bahwa ketika terbit fajar maka akan muncul gas atau sesuatu seperti gas yang menyehatkan, oleh karena itu mereka menganjurkan untuk membuka jendela rumah ketika terbit fajar agar gas-gas yang bisa menjadi sebab kesehatan ini masuk kedalam nya. 

📚Syarah Umdatul Ahkam 1/575
Ustadz amar muhammad 

Ar Rabi' bin Khutsaim rahimahullah adalah seorang Thabi'i, yang disebutkan oleh Imam Ad Dzahabi sebagai Imam, Qudwah dan ahli ibadah. beliau termasuk murid Abdullah bin Mas'ud radiyaAllahu anhu yang paling dekat

#NASEHAT_ULAMA
#BERBUAT_BAIKLAH

Ar Rabi' bin Khutsaim rahimahullah adalah seorang Thabi'i, yang disebutkan oleh Imam Ad Dzahabi sebagai Imam, Qudwah dan ahli ibadah. beliau termasuk murid Abdullah bin Mas'ud radiyaAllahu anhu yang paling dekat -meski tidak banyak riwayatnya- tetapi memiliki kedudukan yang mulia, sampai Abdullah bin Mas'ud radiyaAllahu anhu pernah berkata :

يَا أَبَا يَزِيدَ، لَوْ رَآكَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لَأَحَبَّكَ

"Wahai Aba Yazid -Ar Rabi'-, kalau saja Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melihatmu niscaya beliau akan mencintaimu".

Ar Rabi' pernah ditanya : bagaimana keadaanmu? beliau menjawab :

ضُعَفَاءُ مُذْنِبِينَ، نَأْكُلُ أَرْزَاقَنَا، وَنَنْتَظِرُ آجَالَنَا

"Kaum yang lemah penuh dosa, Kami makan rizqi sembari menunggu datangnya ajal kami". (Siyar a'lam 4/258-259, -muassasah Ar Risalah-)

diantara nasehat Ar Rabi' bin Khutsaim rahimahullah :

قُوْلُوا خَيْرًا، وَافْعَلُوا خَيْرًا، تَجِدُوا خَيْرًا

"Bicaralah yang baik, dan berbuatlah yang baik niscaya engkau akan mendapatkan kebaikan". (Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah 3/326 -dar al kutub al ilmiyyah-).

🌾🌴__________
وفقني الله وإياكم لكل خير
Ustadz Muhammad Alif lc 

Minggu, 27 September 2020

Ibnu suraij ahli fiqih Iraq Guru Imam Abul Hasan Al-Asy'ari membenci Ilmu kalam

Guru Imam Abul Hasan Al-Asy'ari 
membenci Ilmu kalam
.
Berkata Ibnu Suraij Ahli Fiqih di Iraq, Rahimahullah:

قل ما رأيت من المتفقهة من اشتغل بالكلام فأفلح
"Sangat sedikit sekali aku jumpai dari kalangan orang yang belajar Fiqih kemudian menyibukkan diri dengan ilmu kalam setelah itu ia selamat"

Ibnu Suraij rahimahullah adalah salah satu guru dari Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah yang sangat membenci ilmu kalam .

Beliaulah yang banyak mempengaruhi Abul Hasan Al-Asy'ari, sehingga Abul Hasan Al-Asy'ari  mengenal Aqidah Ahlussunnh dengan izin Allah.

Beliau juga masih menjumpai dari murid-murid Sufyan bin 'Uyainah Rahimahullah dan Waqi' Ibnul Jarrah Rahimahullah.
.
Faidah Kajian Al-Ustad Dzulqar'ain M.Sunusi Hafidzahullah
Ust abu nayif iqbal 

9 Aqidah Salaf Tentang Pemimpin Muslim:

9 Aqidah Salaf Tentang Pemimpin Muslim:

1. Membaitnya.
2. Menghormatinya.
3. Mendengar dan taat kepadanya dalam hal yang tidak bermaksiat.
4. Bersabar.
5. Menasihatinya jika salah, dengan lemah lembut dan dengan rahasia bukan di hadapan umum (seperti di medsos).
6. Mendoakannya dengan kebaikan.
7. Tidak mencela atau merendahkannya.
8. Tidak memberontak kepada pemimpin.
9. Melaksanakan sebagian ibadah bersamanya seperti jihad, haji, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Link Video:
1. https://youtu.be/AHHDlymPi88
2. https://youtu.be/mrwRXKfFWUA

Link Makalah: https://bit.ly/30bP20o

Sabtu, 26 September 2020

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengadakan walimah pada pernikahan dengan sebagian istrinya dengan dua mud gandum

Shafiyyah bintu Syaibah radhiallahu’anha, ia berkata:

أولَمَ النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على بَعضِ نسائِه بمُدَّينِ مِن شَعيرٍ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengadakan walimah pada pernikahan dengan sebagian istrinya dengan dua mud gandum.” (HR. Bukhari no. 5172).

Permudah, jangan persulit.
Ustadz abu nayif iqbal 

Imam Ahli Hadis, Abul-Hajjaj Al-Mizziy terpaksa harus mendekam di penjara beberapa hari setelah mengadakan majelis kajian buku "Khalq Af'al Al-'Ibad" karya Imam Al-Bukhariy di Kota Damaskus. Entah kenapa beliau sampai dipersekusi; karena dirinya atau karena isi buku yang dikaji itu?

Imam Ahli Hadis, Abul-Hajjaj Al-Mizziy terpaksa harus mendekam di penjara beberapa hari setelah mengadakan majelis kajian buku "Khalq Af'al Al-'Ibad" karya Imam Al-Bukhariy di Kota Damaskus. Entah kenapa beliau sampai dipersekusi; karena dirinya atau karena isi buku yang dikaji itu?

Ternyata, majelis itu dipersekusi oleh orang-orang yang sangat membenci buku Imam Al-Bukhariy tersebut, karena di dalamnya ada pasal yang berjudul "Bantahan terhadap Kaum Jahmiyah". Buku itu memang tusukan tajam pada Jahmiyah, Muktazilah, dan yang agak mirip dengan mereka.

Kok, buku itu dibenci padahal di abad ke 8 Hijriah itu Jahmiyah dan Muktazilah mungkin telah punah? Usut punya usut, ternyata para pemersekusi itu tampaknya memiliki kemiripan akidah dengan Jahmiyah yang dibantah oleh Imam Al-Bukhariy dalam buku akidah fenomenalnya tersebut.

Jahmiyah dan "para pemersekusi" itu biasanya menamai Al-Mizziy dan orang-orang yang semisalnya sebagai Mujassimah atau Hasywiyah (orang-orang jahil dan hina). Bahkan, para pemersekusi dan pengikut mereka sangat membenci buku-buku salaf yang berisikan bantahan pada Jahmiyah, padahal buku-buku itu tak ditujukan pada mereka.

Nah, kalau mau belajar akidah yang benar dan sesuai mazhab salaf; mari sama-sama mengkajinya dari buku Al-Bukhariy tersebut, juga dari buku-buku bantahan terhadap Jahmiyah karya Imam Ahmad bin Hanbal dan para salaf lainnya rahimahumullah yang kini banyak dicetak. Tapi, hati-hati saja, semoga Anda tak dipersekusi apalagi dipenjara. Hehe
Ust Maulana 

SYAIKH IHSAN ILAHI ZHAHIR, AHLI BID’AH MENGHARGAI KEPALANYA 200 RIBU DOLLAR

SYAIKH IHSAN ILAHI ZHAHIR, 
AHLI BID’AH MENGHARGAI KEPALANYA 200 RIBU DOLLAR

Nama dan nasab beliau, Ihsan Ilahi Zhahir bin Zhuhur Ilahi bin Ahmaduddin bin Nizhamuddin. 
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir lahir pada tahun 1940 di kota Siyalkut. Yaitu sebuah kota tua di Pakistan, di sebelah utara kota Propinsi Punjab.

Keluarga besarnya sangat populer dengan perniagaan berbagai macam kain. Ketinggian tingkat keilmuan dan semangat juang untuk membela agama, serta kelimpahan harta-benda juga menjadi penghias yang melekat pada keluarga besarnya. 

Ayahnya seorang pedagang kain yang terkenal dengan amanahnya, dan juga termasuk orang yang mencintai ulama dan giat mendakwahkan aqidah salaf, dengan menyibukkan diri berceramah di beberapa masjid. 

Dan ia telah memilihkan jalan bagi anak-anaknya agar menjadi para penyeru (da’i) di jalan Allah. Oleh karena itu, ia sangat memperhatikan proses pendidikan anak-anaknya dengan baik.

Bukti keseriusan ayahnya nampak, yaitu tatkala Ihsan masih di bangku sekolah dasar. Kendatipun pihak sekolah sudah memberikan jatah snack bagi para siswanya, namun beliau malah melarang anaknya untuk memakannya. Sebagai gantinya, sang ayah membawakan makanan, jus dan susu. Sebab menurutnya, hal itu lebih bermanfaat bagi fisiknya daripada makanan sekolah. 

Bahkan tidak sampai di situ, sang ayah pun tidak segan-segan untuk memijit anaknya dengan olesan minyak, agar fisik anaknya tersebut menjadi sehat. 

Apalagi dengan kebutuhan primer sekolah lainnya, seperti buku-buku pelajaran, juga tidak luput menjadi perhatian keluarganya. Segala daya upaya diusahakan agar sang anak dapat belajar dengan nyaman. 

Ibunya juga mempunyai orientasi dan komitmen yang jelas dalam mendidik anaknya di atas manhaj Salaf. Dia seorang wanita yang tekun beribadah, berpuasa sehingga menurunkan pengaruh besar pada pembentukan kepribadian anak-anaknya. Tidak terkecuali pula pada diri Syaikh Ihsan.

Semenjak kecil, Syaikh Ihsan sudah terkenal dengan kecerdasannya. Demikian juga kecintaannya terhadap ilmu. Para ulama semakin mendukungnya untuk dapat mendulang ilmu yang banyak. Semenjak usia 9 tahun, Ihsan kecil sudah menghafal al Qur`an. 

Kemudian pada tahun 1963, ia berkesempatan untuk menimba ilmu di kota Rasul, Madinah, tepatnya di Jami’ah Islamiyyah. Ulama-ulama besar berhasil ditemuinya untuk menjadi rujukan ilmiah. 

Tentang ketekunannya saat berada di bangku Jami’ah Islamiyyah, Dr. Luqman as Salafi, teman sekelasnya menceritakan: 

“Aku telah mengenal mujahid ini yang nyawanya dikorbankan di jalan Allah sejak 25 tahun yang lalu, tatkala kami duduk berdampingan di bangku kuliah universitas Islam Madinah pada tahun enam puluhan. 

Aku dapati ia sebagai seorang mahasiswa yang cerdas, pintar. Kemampuannya berada di atas kawan-kawannya dalam mata kuliah, penelitian dan diskusi. Mempunyai hafalan ribuan hadits. 

Saat jam istirahat, ia selalu mengikuti pakar hadits akhir abad ini, (yaitu) Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani. Ia biasa bersama beliau di halaman kampus, meskipun harus duduk di atas pasir (tanah), untuk melontarkan pertanyaan seputar hadits, ilmu musthalah. 

Di Madinah, tepatnya di Fakultas Syariah, ia menuntaskannya dalam kurun waktu empat tahun dengan predikat summa cumlaude pada tahun 1967, dengan menempati rangking pertama untuk angkatan ketiga. 

Pihak kampus akhirnya menawarinya untuk menjadi staf pengajar, namun ia menjawab ‘Sesungguhnya negeriku lebih membutuhkanku’.” 

Sesampai di kampung halaman untuk memulai dakwah, ia mencermati bahwa masyarakatnya kurang menghargai ilmu agama. Dan menurut mereka, orang yang disebut ulama tidak mempunyai kemampuan untuk meresapi apa yang mereka sebut sebagai “ilmu-ilmu modern”. 

Syaikh Ihsan ingin membalikkan asumsi mereka. Dengan ketekunannya, akhirnya ia mampu mengantongi berbagai gelar master pada ilmu-ilmu bahasa Arab, bahasa Persia, bahasa Urdu dan Inggris, master dalam hukum dan politik. 

Sebenarnya kitab-kitab yang ia tulis sudah sangat jelas menggambarkan komitmennya kepada manhaj Salaf. Namun ada baiknya kita melihat selintas tentang aqidahnya melalui penuturannya sendiri: 

“Tidak ada barometer untuk mengetahui kejujuran dari kedustaan, kebenaran dari kebatilan, kebaikan dari kejelekan, kebaikan dari keburukan kecuali al Kitab (al Qur`an) dan as Sunnah. 

Setiap pendapat yang bertentangan dengan firman Allah dan setiap tindakan yang berlawanan dengan praktek Rasulullah, maka harus ditinggalkan lagi tertolak, tidak perlu diperhatian ataupun dilirik, baik muncul dari tokoh besar, orang kecil, orang bertakwa ataupun manusia celaka. 

Sebab, kaum Mukminin tidak terikat dengan individu dan pemikiran mereka. Justru, mereka itu diperintahkan untuk mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasulullah”.[1]

Ada beberapa ciri khas pada gaya penulisan Syaikh Ihsan dalam buku-buku yang ditulisnya, yang jarang ditemukan pada penulisan di abad sekarang. 

Penyanggahan firqah dan pemikirannya melalui pernyataan dan referensi asli mereka. Kutipan-kutipannya selalu dari kitab-kitab standar mereka, atau perkataan yang keluar dari pernyataan tokoh-tokohnya.

 Usaha komparasi dan penelusuran akar bid’ah pada agama lain. Kajian-kajiannya tentang golongan-golongan dalam Islam diikuti dengan perbandingan unsur-unsur kesamaan dengan agama dan golongan-golongan lainnya. Misalnya, ia membandingkan kemiripan antara Syi’ah dengan Sufiyah, tasawuf dengan ritual yang ada di agama Nashara.

Meskipun beliau sangat sibuk dalam berdakwah, namun beliau masih menyempatkan waktu untuk mendidik anak-anaknya yang berjumlah tiga orang. 

Ibtisam, anak tertua mengisahkan: “Ayah sudah menanamkan pada hatiku kecintaan kepada aqidah Islamiyah dan membaca kitab-kitab salaful ummah. Pernah beliau mengajakku ke sebuah seminar dan ceramah-ceramah dan menyuruhku untuk berceramah supaya aku terbiasa berbicara di depan orang”. 

Tulisan-tulisan beliau lebih banyak berkutat pada ‘penyerangan’ terhadap firqah-firqah sesat, baik yang berskala lokal (di Pakistan saja), maupun yang berskala internasional, seperti : Qadiyaniyah (Ahmadiyyah), Syi’ah, Babiyah, Bahaiyyah, Sufiyah. 

Beberapa contoh firqah yang beliau angkat dalam sebuah tulisan, sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Beliau senantiasa menyibukkan diri dengan dakwah, sampai akhirnya Allah menentukan takdir ajalnya. 

Hari itu, Syaikh mendatangi suatu pertemuan ilmiah para ulama yang diselenggarakan oleh Jum’iyyah ahli al hadits di Lahore, pada tanggal 23-7-1407H. Dihadiri oleh 2000 peserta. 

Malam sudah larut, tepatnya jam 23.00. Pada saat itu, Syaikh maju untuk mengutarakan ceramahnya di atas podium. Setelah 22 menit berceramah, tiba-tiba sebuah bom meledak dari bawah panggung. 

Sembilan orang tewas seketika, 114 orang cedera, berat dan ringan. Beberapa gedung dan rumah yang berdekatan dengan tempat kejadian runtuh. Sementara Syaikh terlempar sekitar 20 meter dari tempatnya. Bagian tubuh kiri beliau mengalami luka parah. Namun beliau masih sadar. Bahkan berusaha untuk meneruskan pembicaraannya. 

Beliau dibawa menuju Rumah Sakit Pusat di Lahore. Akhirnya dengan rekomendasi Syaikh bin Baz kepada Khadimul Haramain Raja Fahd, pihak Kerajaan Saudi siap untuk mengambil-alih pengobatannya. 

Begitu sampai di kota Riyadh, para ulama, para pejabat negara menyambut kedatangan beliau. Beliau dirawat di Rumah Sakit Militer. Para dokter memutuskan agar kaki beliau diamputasi, tetapi Syaikh Ihsan menolaknya. 

Dan pada hari Senin pagi jam 04.00, tanggal 1 Sya’ban 1407H, bertepatan dengan tanggal 30 Maret 1987, Syaikh Ihsan menghembuskan nafasnya yang terakhir. 

Kesedihan menyayat masyarakat Riyadh. Pada hari itu, sekolah-sekolah diliburkan. Demikian juga toko-toko di dekat Masjid al Jami’ al Kabir ditutup. Orang-orang berdesakan menyolati Syaikh Ihsan dengan dipimpin oleh Syaikh bin Baz. 

Sementara itu, masyarakat di tiga kota di Pakistan, yaitu Islamabad, Lahore dan Karachi menutup tempat-tempat perniagaan mereka, lantaran kesedihan yang mendalam atas meninggalnya sang mujahid. 

Setelah itu, jenazah diterbangkan ke kota Madinah untuk disholatkan di Masjid Nabawi dan selanjutnya dimakamkan di Baqi. Sambutan masyarakat Madinah begitu antusias. 

Para ulama, mahasiswa dan masyarakat Madinah turut berduka-cita atas meninggalnya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir yang menjadi musuh besar Syi’ah setelah Syaikh Muhibbudin al Khatib meninggal. Sebuah kematian yang indah setelah mengisi usia dengan perjuangan dan pengorbanan demi Islam di berbagai negara. 

Dr. Luqman as Salafi menyatakan, beliau seolah-olah bagaikan pembela bagi Islam. Sehari sebelum peristiwa meledaknya bom, beliau sedang duduk dalam acara debat yang berlangsung selama 6,30 jam dengan pihak-pihak yang meminta penetapan fiqih Hanafi Ja’fari dan fiqh-fiqh lainnya. 

Beliau menjawab,”Kami tidak menginginkan sebuah pengganti bagi al Qur`an dan Sunnah.” 

Nampak dalam perdebatan ini, bahwa Syaikh Ihsan sangat kuat pendirian dalam membela al haq. Hingga, kemudian pada hari kedua, para hakim mengumumkan hasil sidang bahwa kebenaran berada di pihak Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir. 

Kegigihan beliau membasmi firqah-firqah sesat melalui tulisan maupun ceramah-cermah sangatlah kentara. Akibatnya, dia mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan. Intimidasi ancaman bunuh via telpon ataupun surat sudah biasa beliau terima. 

Di Amerika, bahkan beliau pernah mengalami percobaan pembunuhan atas dirinya. 

Al Khumaini, pemimpin Syi’ah Iran pernah pula membuat maklumat, yang isinya : “Barangsiapa dapat membawa kepala Ihsan (Ilahi Zhahir), niscaya ia akan mendapatkan 200 ribu dolar”. 

Ada juga yang mengatakan: “Siapa saja yang berhasil membawa kepala Ihsan, ia adalah orang yang syahid”. Beliau juga pernah mendapatkan tembakan peluru. 

Syaikh Ihsan menyadari, pilihan beliau dengan menghabiskan usia untuk berdakwah, terutama dalam usaha mengoreksi golongan-golongan yang sesat, akan mengantarkan kepada kesibukan yang luar biasa dan ancaman bahaya. 

Begitu pula segala jenis intimidasi di atas, lantaran kegigihan beliau dalam mengoreksi penyimpangan-penyimpangan golongan-golongan yang mengklaim diri sebagai bagian dari Islam, namun ternyata jauh panggang dari apinya. 

Adapun pujian-pujian kepada beliau secara otomatis muncul langsung dari ulama-ulama yang pernah mengenalnya. Sebagai misal, pujian yang datang dari Syaikh Bin Baz, beliau mengatakan: “Ia adalah orang yang sangat baik. Kami mengenalnya sarat dengan ilmu dan keutamaan, aqidahnya bagus. Semoga Allah mengampuninya”. 

Meskipun Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir telah pergi meninggalkan dunia fana ini, tetapi buku-buku beliau masih saja menjadi musuh abadi bagi golongan-golongan yang dahulu diserang. Semoga Allah menerima amal kebaikan Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dan menempatkan beliau di syurga yang paling tinggi. 

(Diringkas dari kitab asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, Manhajuhu, wa Juhuduhu fi Taqribi al ‘Aqidah wa ar Raddi ‘ala al Firaqi adh-Dhallah, karya Dr. ‘Ali bin Musa az Zahrani, Daru al Muslim, Riyadh, Cet. I Th. 1425 H/2004, sebuah thesis dari jurusan ‘Aqidah Universitas Ummul Qura) 

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun X/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Referensi: https://almanhaj.or.id/2153-syaikh-ihsan-ilahi-zhahir-ahli-bidah-menghargai-kepalanya-200-ribu-dollar.html
Di upload ulang di FB oleh ustadz Nurkholis Anshori 

Saudara perempuan imam Malik bin Anas pernah ditanya " Mengapa imam Malik itu jika berdalil dengan Al-Qur'an cepat sekali mengeluarkan tempat-tempat pada al-qur'an..? "

Al-Ustadz Dzulqarnain M.sunusi Hafidzahullah bercerita dalam sebuah kajian:

Saudara perempuan imam Malik bin Anas pernah ditanya " Mengapa imam Malik itu jika berdalil dengan Al-Qur'an cepat sekali mengeluarkan tempat-tempat pada al-qur'an..? "

Saudara Imam Malik menjawab : " Imam Malik itu jika masuk ke dalam rumah, tidak ada pekerjaan kecuali selalu memegang mushaf ( Mengulang hafalan ) "

---------
Dari kisah Imam Malik kita dapat memetik pelajaran, sejatinya penuntut ilmu semangat mengulang Ilmu, perbanyak muraja'ah kitab Allah serta menjadikan hari-harinya selalu terisi dengan ilmu yang bermanfaat, begitu juga harinya tak kosong dari Kalamullah.

Jika sekelas Imam Malik saja senantiasa perhatian dengan Al-Qur'an , tentu kita lebih banyak membutuhkan mengulang Al-Qur'an.

Di antara perhatian Masyaikh kami di Yaman, senantiasa memotivasi untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur'an bagi yang belum menyelasikan 30 Juz. Sehingga setiap hari ada waktu halaqoh Al-qur'an Ba'da subuh dan Ba'da Isya' yang wajib diikiti oleh seluruh pelajar. Demikian para Salaf kita, memiliki perhatian kepada Al-Qur'an.

Semoga Allah menjadikan hati kita cinta kepada Al-Qur'an.

Baarkallah Fiikum...
Ust abu nayif iqbal 

Kamis, 24 September 2020

Para ulama mengatakan 'Ketahuilah bahwa orang yang berdzikir itu tidak akan mendapatkan pahala karena berdzikir kecuali jika orang tersebut mengetahui makna bacaan dzikir yang dia ucapkan meski hanya makna global nya saja

Pahala berdzikir
قال العلماء رضي الله عنهم اعلم أنه لا يثاب ذاكر على ذكره إلا إذا عرف معناه ولو إجمالا
بخلاف القرآن يثاب قارئه مطلقا.
Syaikh Muhammad Nawawi al Bantani, "Para ulama mengatakan 'Ketahuilah bahwa orang yang berdzikir itu tidak akan mendapatkan pahala karena berdzikir kecuali jika orang tersebut mengetahui makna bacaan dzikir yang dia ucapkan meski hanya makna global nya saja. Lain halnya dengan Membaca al Quran. Orang yang membaca al Quran itu mendapatkan pahala meski dia tidak mengetahui arti apa yang dibaca".
Referensi:
Kasyifatuss Saja Syarh Safinatun Naja
Ustadz aris Munandar 

Rabu, 23 September 2020

Tawadhulah, karena pembawa ilmu bisa sombong.

Tawadhulah, karena pembawa
 ilmu bisa sombong.
.
Ka’b bin Malik radhiyallaahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
 
مَنِ ابْتَغَى الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءُ أَوْ يُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءُ أَوْ تَقْبَلُ أَفْئِدَةَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَإِلَى النَّارِ. (رواه الحاكم، وصححه الألباني في صحيح الجامع الصغير)
 
“Barangsiapa yang mencari ilmu untuk mendapatkan sebutan sebagai ulama atau memperdaya orang-orang yang bodoh atau untuk memalingkan manusia kepadanya, maka atasnya api neraka.” -- (HR. Hakim, Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ ash-Shaghir)
 .
Berkata Abu Yusuf Al-Qadhi rahimahullaah: “Wahai kaumku, harapkanlah dengan ilmu kalian keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh tidaklah aku duduk di suatu majelis ilmu yang aku niatkan padanya tawadhu’, kecuali aku bangun dalam keadaan telah mendapat kemuliaan. Sebaliknya tidaklah aku duduk di satu majelis ilmu yang aku niatkan untuk mengalahkan mereka kecuali aku bangun dalam keadaan Allah bukakan aibku. Ilmu adalah salah satu ibadah dan taqarrub.” (Tadzkiratu As-Sami’ wal Mutakallim, Ibnu Jama’ah, melalui Min Hadyi Salaf, hal. 47)
Ust abu nayif iqbal 

Hukuman terberat sebuah dosa dan kesalahan adalah tidak ada nya teguruan atas dosa tersebut hingga berlanjut lalu mengkristal dan mendarah daging.

Hukuman terberat sebuah dosa dan kesalahan adalah tidak ada nya teguruan atas dosa tersebut hingga berlanjut lalu mengkristal dan mendarah daging.

Syekh at-Tahrifi mengatakan :

فالنفوس إذا تطبعت على الخطأ وطال الزمان عليها ، تصلبت حتى تكون أقسى من الحجارة في وجه التحول ... 

Jiwa bila telah terbiasa melakukan kesalahan dalam waktu yang lama, maka kesalahan tersebut akan mengkristal hingga menjadi lebih keras dari batu, lantas sangan sulit untuk diubah.

Tengok kepada Bani Isrāil tatkala Allah berfirman tentang mereka :

فطال عليهم الأمد فقست قلوبهم وكثير منهم فاسقون 

Waktu berlalu begitu lama sedangkan mereka larut dalam kesalahan, maka hati mereka pun menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang² Fasiq.

Hati yang telah mengeras tak akan pernah bisa mengingat dan mencerna kebenaran kecuali ketika melihat lansung ancama dan azab atas kesalahan nya.

فذوقوا بما نسيتم لقاء يومكم هذا 

Maka rasakanlah siksaan (balasan) karena kalian telah lalai dan melupakan hari (pembalasan) ini.
Ustadz Ibnu Majah 

Hukum Belajar Ilmu Sihir

Hukum Belajar Ilmu Sihir
شرح النووي على مسلم (1/ 192)
وَأَمَّا عَدُّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّحْر مِنْ الْكَبَائِر فَهُوَ دَلِيلٌ لِمَذْهَبِنَا الصَّحِيح الْمَشْهُور . وَمَذْهَب الْجَمَاهِير أَنَّ السِّحْر حَرَام مِنْ الْكَبَائِر فِعْله وَتَعَلُّمه وَتَعْلِيمه . وَقَالَ بَعْض أَصْحَابنَا : إِنَّ تَعَلُّمه لَيْسَ بِحَرَامٍ ، بَلْ يَجُوز لِيُعْرَف وَيُرَدّ عَلَى صَاحِبه وَيُمَيَّز عَنْ الْكَرَامَة لِلْأَوْلِيَاءِ : وَهَذَا الْقَائِلُ يُمْكِنهُ أَنْ يَحْمِل الْحَدِيث عَلَى فِعْل السِّحْر . وَاَللَّه أَعْلَم .
Ketika membahas hadits yang menegaskan bahwa sihir adalah salah satu dari tujuh dosa besar an Nawawi mengatakan, “Sabda Nabi yang menegaskan bahwa sihir itu termasuk dosa besar adalah dalil pendukung pendapat yang benar dan terkenal di kalangan ulama Syafiiyah yang mengatakan bahwa semua yang berbau sihir itu dosa besar, baik berupa mempelajari, mengajarkan atau pun mempraktekkan ilmu sihir. Ini juga merupakan pendapat jamahir ulama [jumhur yang sangat banyak dari kalangan para ulama]. Sebagian ulama Syafiiyah mengatakan bahwa belajar ilmu sihir itu hukumnya tidak haram bahkan boleh agar mengetahui sihir dan menjaga diri darinya di samping agar bisa membedakan antara kemampuan luar biasa yang berasal dari sihir ataukah bagian dari karomah wali. Pendapat ini lantas membatasi makna sihir yang ada pada hadits di atas hanya pada praktek ilmu sihir” [Syarh an Nawawi utk Shahih Muslim 1/192, Syamilah].
Walhasil, yang benar belajar sihir hukumnya haram sebagaimana pendapat Jamahir ulama.
Ustadz Aris Munandar hafidahullah

Selasa, 22 September 2020

Para Wali dan (Puncak) Karamahnya

Para Wali dan (Puncak) Karamahnya

* * * * * 

Termasuk prinsip akidah Ahli Sunnah adalah percaya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang merupakan karamah para wali Allah. Di antara perkataan Abu Ja’far al-Thahawi dalam postulat-postulat “Akidah”-nya:  

ولا نُفَضِّلُ أَحَدًا مِنَ الأَوْلِيَاءِ عَلَى أَحَدٍ مِنَ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ وَنَقُولُ نَبِيٌّ وَاحِدٌ أَفْضَلُ مِنْ جَميعِ الأَوْلِيَاءِ، وَنُؤْمِنُ بِمَا جَاءَ مِنْ كَرَامَاتِهِمْ وَصَحَّ عَنِ الثقَاتِ مِنْ روَايَاتِهِمْ

“Kami tidak mengunggulkan seorang pun dari para wali di atas para Nabi (‘alaihim al-salam). Bahkan kami katakan bahwa satu Nabi lebih afdal dibandingkan seluruh wali. Kami juga percaya dengan karamah mereka serta riwayat-riwayat mereka yang bersumber dari kalangan terpercaya.” 

Yang dimaksud dengan wali Allah adalah tiap orang yang bertakwa. Al-Hafizh Ibn Katsir (w. 774 H) berkata dalam “Tafsir”-nya terhadap QS Yunus/10: 62-64: 

فكل من كان تقيا كان لله وليا

“Setiap orang yang bertakwa, maka ia adalah wali Allah.” 

Dengan demikian, level kewalian itu bertingkat-tingkat sesuai dengan derajat ketakwaan individunya. Bahkan, seorang mukmin yang berbuat zalim pun memiliki kadar kewalian sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya. 

Ibn Taimiyyah (w. 728 H) berkata, 

وأما الظالم لنفسه من أهل الإيمان فمعه من ولاية الله بقدر إيمانه وتقواه ، كما معه من ضد ذلك بقدر فجوره

“Adapun (level) seorang yang menzalimi dirinya sendiri, maka bersamanya (tetap) terdapat kewalian dari Allah sesuai kadar keimanan dan ketakwaannya, sebagaimana bersamanya juga terdapat oposit hal tersebut sesuai kadar kedurhakaannya.” [Majmu’ al-Fatawa, vol. VI, hlm. 10.] 

Adapun terkait kejadian luar biasa yang dialami oleh para wali, kita meyakini bahwa pada prinsipnya itu memungkinkan dan bukan mustahil. Namun demikian, banyak dari kisah tentang hal itu hanyalah merupakan mitos dan khurafat belaka, yang periwayatannya tidak valid. Di samping itu, acuan kebenaran itu adalah Quran dan Sunnah, bukan kejadian luar biasa. 

Al-Hafizh Ibn Katsir dalam “Tafsir”-nya menukilkan bahwa Imam al-Syafi’i dan al-Laits berkata, 

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ وَيَطِيرُ فِي الْهَوَاءِ فَلَا تَغْتَرُّوا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ 

“Jika kalian melihat seorang berjalan di atas air dan/atau terbang di udara, maka janganlah terperdaya dengannya, sampai kalian menimbang kesesuaian perkaranya terhadap Quran dan Sunnah.” 

Menurut redaksi yang lain, disebutkan dalam “Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu”, karya Ibn Abi Hatim al-Razi (w. 327 H), bahwa suatu ketika Yunus bin ‘Abd al-A’la menyampaikan kepada Imam al-Syafi’i ucapan al-Laits (atau selainnya), 

لَوْ رَأَيْتَهُ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ، يَعْنِي: صَاحِبَ الْكَلامِ لا تَثِقْ بِهِ أَوْ لا تَغْتَرَّ بِهِ، وَلا تُكَلِّمْهُ

“Jika engkau melihat seorang ahli Kalam berjalan di atas air, maka janganlah engkau percaya dengannya, serta jangan pula terperdaya dan bicara dengannya.” 

Imam al-Syafi’i merespon, 

فَإِنَّهُ وَاللَّهِ قَدْ قَصَّرَ إِنْ رَأَيْتَهُ يَمْشِي فِي الْهَوَاءِ، فَلا تَرْكَنْ إِلَيْهِ

“Masih kurang (ucapan) beliau itu, demi Allah. Bahkan, kalaupun ia berjalan di udara, janganlah kamu condong kepadanya.” 

Jadi kisah tentang kejadian luar biasa tidak serta harus dibenarkan, melainkan tetap harus ditimbang dengan Quran dan Sunnah. Juga tidak tertutup kemungkinan kejadian luar biasa itu hanya merupakan khurafat belaka atau bahkan justru berasal dari wali setan. Di era sains sekarang, seorang yang terlalu mudah percaya dengan kejadian luar biasa malah mengesankan bahwa ia terbelakang. 

Selain itu, karamah terbesar yang dimiliki para wali itu bukanlah kejadian luar biasa, melainkan istiqamah di atas kebenaran, menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Hal ini juga sebagaimana dinyatakan oleh kalangan Sufi. 

Al-Mulla ‘Ali al-Qari (w. 1014 H) berkata dalam “Mirqatul-Mafatih Syarh Misykah al-Mashabih” (vol. I, hlm. 84), dan hal senada juga beliau sampaikan dalam “Jam’ul-Masail fi Syarh al-Syamail” (vol. I, hlm. 93), 

قَالَتِ الصُّوفِيَّةُ: الِاسْتِقَامَةُ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ كَرَامَةٍ

“Kalangan Sufi berkata, ‘Istiqamah lebih baik dari seribu karamah.’” 

Ibn Taimiyyah berkata, 

وَإِنَّمَا غَايَةُ الْكَرَامَةِ لُزُومُ الِاسْتِقَامَةِ

“Hanyalah puncak karamah itu adalah tetap istiqamah.” [Majmu’ al-Fatawa, vol. XI, hlm. 11] 

Demikian. Semoga bermanfaat. Allahu a’lam. 

AdniKu 
23/09/2020
Ustadz adni Kurniawan 

Ciri Orang Yang Bertakwa

Ciri Orang Yang Bertakwa
قال علي بن أبي طالب رضي الله عنه : التقوى هي الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والقناعة بالقليل ، والإستعداد ليوم الرحيل
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Takwa adalah:
1. Merasa takut kepada Allah, zat yang maha mulia
2. Mengamalkan isi kandungan al Quran
3. Merasa cukup dengan dunia yang sedikit
4. Menyiapkan bekal untuk berjumpa dengan kematian”.
Sumber:
http://www.saaid.net/Minute/m74.htm
Ustadz Aris Munandar

Doa Untuk Bayi``` 🔰*Yang Baru Lahir Sesuai Sunnah*

🔰 ```Doa Untuk Bayi``` 🔰
*Yang Baru Lahir Sesuai Sunnah*

✍️ Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I

✅ Lahirnya si buah hati merupakan prosesi kehidupan yang sangat ditunggu kehadirannya oleh para orang tua. Tangis bayi sebagai tanda awal kehidupan, biasanya akan dibarengi dengan tangis haru bahagia dari kedua orang tua, terlebih seorang ibu. Berat menanggung kehamilan selama 9 bulan bahkan lebih, dan sakitnya proses melahirkan, namun seolah itu semua hilang begitu saja setelah melihat bahwa buah hati yang lahir berada dalam kondisi baik dan sehat walafiat.

Hanya berbahagia saja tentunya tidak cukup, karena syariat agama Islam mengajarkan kepada kita untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas berbagai karunia dan nikmat yang telah diberi, kemudian untuk para sahabat, teman, saudara dari kedua orang tua bayi setelahnya akan berdzikir dan mendoakan untuk disampaikan sebagai ucapan selamat atas bayi yang baru lahir kepada kedua orang tua yang sedang diliputi kebahagiaan.

✅ Ada beberapa redaksi yang diajarkan para ulama terkait doa untuk orang tua yang baru dikaruniai anak.

Namun sejatinya tidak ada lafadz khusus yang valid dari Nabi _sallallahu alaihi wa sallam_ tentang doa selamat untuk kelahiran bayi, sebagaimana kata syaikh Solih al-Munajjid حفظه الله :
_"Sighoh/bentuk lafadz doa selamat untuk bayi yang baru lahir tidak ditemukan ada sunnah Nabi yang secara khusus valid dalam hal ini."_

Dan ketika lafadz doa di luar ritual peribadatan khusus boleh kita bacakan secara mutlak tanpa ada ikatan lafadz tertentu, maka seorang yang berdoa boleh memilih lafadz doa yang paling ia sukai dan kagumi, yang penting makna dari doa tersebut mencukupi maksud dari yang hendak disampaikan, para ulama menganjurkan untuk membaca beberapa doa berikut:

1️⃣ *Doa yang diriwayatkan dari Imam al-Hasan al-Bashry _rahimahullah_ (tabiin)*
Disebutkan oleh al-Imam al-Nawawy _rahimahullah_ dalam kitab al-Adzkar hal 289 beliau berkata:

_"Para ulama syafiiyah kami menganjurkan untuk memberikan ucapan doa selamat atas kelahiran sebagaimana diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashry rahimahullah, bahwa dulu beliau pernah mengajari seseorang mengucapkan doa:_

باركَ الله لكَ في الموهوب لك، وشكرتَ الواهبَ، وبلغَ أشدَّه، ورُزقت برّه

_"Semoga Allah memberkahi anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga kamu bisa mensyukuri Sang Pemberi (Allah), semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau mendapatkan baktinya si anak."_

Dan dianjurkan bagi yang diucapkan selamat untuk membalas dengan doa:

باركَ الله لك، وبارَك عليك، وجزاكَ الله خيراً، ورزقك الله مثلَه

_"Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu di kala senang dan sedihmu, dan semoga Allah membalasmu kebaikan, semoga Allah mengaruniakan rezeki yang semisal padamu."_

2️⃣ *Membacakan doa yang diriwayatkan dari Ayyub al-Sikhtiyani _rahimahullah_*
Diriwayatkan dari Ayyub as-Sikhtiyani, bahwa beliau ketika mendengar kabar ada tetangga yang punya anak, beliau mendoakan:

جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم

_"Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi untukmu dan untuk umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam."_

Doa ini diriwayatkan Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Iyal (no. 202), dari Khalid bin Khaddas dari Hammad bin Zaid, riwayat dari Ayyub al-Sikhtiyani ini juga dikeluarkan oleh imam al-Tabrani dalam kitab al-Dua’ 1/294.

Sighoh/lafadz yang serupa juga diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashry dengan sanad yang hasan, doa dari al-Hasan al-Bashry ini juga disebutkan oleh al-Tabarani dalam kitab al-Dua’ hal 1243, dan sanad dari doa tersebut dihasankan oleh muhaqqiq kitabnya Doktor Muhammad al-Bukhary.

3️⃣ *Ketika tidak mampu dan tidak hafal melafadzkan doa* 
Ketika tidak mampu dan tidak hafal melafadzkan doa seperti yang disebutkan oleh para ulama sebagaimana paparan di atas, boleh-boleh saja mendoakan dengan bahasa masing-masing yang dipahami, dengan makna dan harapan kebaikan serta keberkahan yang ditujukan kepada kedua orang tua yang sedang mendapatkan karunia momongan yang baru.

✳️ Paparan di atas diambil dengan penyesuaian dari sumber: 
IslamQA الدعاء للمولود الجديد بالصلاح بصيغ متعددة

_Wallahu a’lam_

Selengkapnya di:
🌐 https://bimbinganislam.com/doa-untuk-bayi-yang-baru-lahir-sesuai-sunnah/

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Yukk Bantu Dakwah di Bimbingan Islam dengan menyalurkan infak terbaik anda, untuk Donasi Operasional Dakwah Bulanan

💳 BNI SYARIAH
REKENING DAKWAH
|Kode Bank : 427/009
|No rekening 8145 9999 50
|a.n Yayasan Bimbingan Islam

❇️ Jangan lupa Share!... dan berbagi kebaikan.

Barakallahu fikum
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📢 Broadcast By:
Tɪᴍ Dᴏɴᴀsɪ Bɪᴍʙɪɴɢᴀɴ Isʟᴀᴍ
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
✒ Layanan Bimbingan Islam :
https://berbagi.link/Bimbingan_Islam
ℹ️ Info Donasi: 0878 8145 8000
▶ Aplikasi BiAS tiny.cc/BiAS_App

Faedah Menjimai Istri Saat HamilKhusus Pasutri

#Faedah Menjimai Istri Saat Hamil
Khusus Pasutri

- Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

" Hadist ini merupakan dalil, bahwa menyetubuhi istri saat hamil dapat meningkatkan fungsi organ. Fakta menunjukkan, bahwa sering-sering menyetubuhi istri saat hamil dapat menjadikan bayi yang dilahirkan lebih montok dan berisi, namun sebaliknya, jarang-jarang menyetubuhi istri saat hamil, dapat menjadikan bayi yang dilahirkan lebih kurus dan lemah..."

Kitab At-Tibyan Fi Aimanil Quran (Hal. 538)
Ust Rudi abu aisyah

seorang jahmiyyah berkata kepada kita :" Allah istawa di atas Arasy dan juga Dia turun ke langit dunia di 1/3 malam, berarti Arasy kosong?

Allah ta'ala Kuasa Turun ke langit dunia dan Juga tanpa meninggalkan ArasyNya. Jadi masalahnya di mana bagi kalian yang mengingkari itu semua .??!. 

Dan Apabila seorang jahmiyyah berkata kepada kita :" Allah istawa di atas Arasy dan juga Dia turun ke langit dunia di 1/3 malam, berarti Arasy kosong, dst..". Sering kita dengar omongan ini. 

Maka cukup lah seorang Ulama besar mazhab asysyafii رحمه الله dan sekaligus murid beliau dan gurunya para ulama hadist yaitu : Bukhori, muslim, attirmidzi, dan annasa'i رحمهم الله yaitu imam ISHAQ BN ROHWAIH رحمه الله yang menjawab Syubuhat mereka.!. 
Beliau berkata :

دخلت على ابن طاهر فقال : ما هذه الاحاديث تروون أن الله ينزل إلى السماء الدنيا ؟ قلت : نعم، رواها الثقات الذين يرون الاحكام، فقال : ينزل ويدع عرشه ؟ فقلت : يقدر أن ينزل من غير أن يخلو منه العرش ؟ قال : نعم قلت: فلم تتكلم فى هذا.؟ 
" aku masuk kepada gubernur Ibnu tohir (gub khurasan.pen.) maka dia berkata :apakah kalian meriwayatkan hadist2 ini " SESUNGGUHNYA ALLAH TURUN KE LANGIT DUNIA?". 
Maka aku berkata : Iya.! Perwainya orang orang tsiqot mereka yang meriwayatkan hadist2 tentang hukum juga". 
Maka dia berkata :" Allah turun dan meninggalkan Arasy ?!.
Maka aku berkata : " (bagaimana menurut mu) apakah Dia Kuasa untuk Turun dengan tidak meninggalkan ARASNYA ? "
Maka dia menjawab :" iya kuasa.!! 
Aku menjawab :" maka kenapa kamu membicarakan hal ini.!?'  
Al uluw li Aliyyil Adzim. Imam adzdzahabi hal 1125 atsar no 448 juz 2. 

* Allah istawa di atas Arasy dan Dia turun ke langit dunia itu Urusan Allah ta'ala, adapun kaifiyyahnya cuma Allah yang tau, Urusan kita ialah hanya mengimani itu semua dan membuang fikiran membagaimanakan sifat sifat Allah ta'ala.
 Adapun jahmiyyah ialah mengingkari itu semua, karena mereka awalnya membagaimanakannya kemudian mengukur dgn apa yang di lihat dari apa yang di lakukan oleh mahluq, setelah itu mereka mengingkari Allah istawa di atas Arasy dan Turun kelangit dunia dan sifat2 Allah lainnya. 

Wallahu a'alam.!
Ustadz Atori Husen 

lapang dada

Tahariqul Mubarok 
Berkata Al Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini :

هَذَا سُؤَالٌ مِنْ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، أَنْ يَشْرَحَ لَهُ صَدْرَهُ فِيمَا بَعَثَهُ بِهِ ، فَإِنَّهُ قَدْ أَمَرَهُ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ ، وَخَطْبٍ جَسِيمٍ ، بَعَثَهُ إِلَى أَعْظَمِ مَلِكٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ إِذْ ذَاكَ ، وَأَجْبَرِهِمْ ، وَأَشَدِّهِمْ كُفْرًا ، وَأَكْثَرِهِمْ جُنُودًا ، وَأَعْمَرِهِمْ مُلْكًا ، وَأَطْغَاهُمْ وَأَبْلَغِهِمْ تَمَرُّدًا ، بَلَغَ مِنْ أَمْرِهِ أَنِ ادَّعَى أَنَّهُ لَا يَعْرِفُ اللَّهَ ، وَلَا يَعْلَمُ لِرَعَايَاهُ إِلَهًا غَيْرَهُ

“Ini adalah permintaan Musa Alaihis salam kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Dia memohon agar dadanya dilapangkan dalam menunaikan tugas risalah yang dibebankan kepadanya. Karena sesungguhnya ia telah diperintahkan untuk menyampaikan suatu perkara yang besar dan akan menghadapi tantangan yang berat. Dia diutus untuk menyampaikan risalah Allah kepada seorang raja yang paling besar di muka bumi di masa itu. Sedangkan raja tersebut adalah orang yang paling sewenang wenang, paling keras kekafirannya, paling banyak bala tentaranya, paling makmur kerajaannya, paling diktator, dan paling ingkar. Kemungkarannya sampai kepada batas dia mengakui tidak mengenal Allah, dan (mengajarkan) kepada rakyatnya bahwa tidak ada tuhan selain dirinya sendiri”.

Berkata Syakh As Sa’di dalam tafsiran ayat ini :

أَيْ وَسِّعْهُ وَأَفْسِحْهُ؛ لِأَتَحَمَّلَ الْأَذَى الْقَوْلِيَّ وَالْفِعْلِيَّ، وَلَا يَتَكَدَّرَ قَلْبِي بِذَلِكَ، وَلَا يَضِيقَ صَدْرِي؛ فَإِنَّ الصَّدْرَ إِذَا ضَاقَ لَمْ يَصْلُحْ صَاحِبُهُ لِهِدَايَةِ الْخَلْقِ وَدَعْوَتِهِمْ

“Yaitu lapangkan dan luaskanlah, untuk menghadapi gangguan yang menyakitkan baik secara ucapakan atau perbuatan, dan janganlah Engkau menjadikan hatiku keruh, jangan pula sempit. Karena sesungguhnya jika dada sempit niscaya seseorang tidak dapat memberikan hidayah dan berdakwah kepada orang lain”.

WaAllahu A'lam.
Ustadz Muhammad Alif lc 

Para salaf terdahulu mengajarkan anak-anak mereka cinta kepada Abu Bakar dan Umar sebagaimana mereka mengajarkan surat dari Al Quran". (syarhu i'tiqad ahlis sunnah, no. 2325 Al Imam Abul Qasim Al Lalakai).

#Sepuluh_hak_sahahabat

Berkata Syaikhuna Dr. Shalih bin Abdul Aziz Sindi hafidzahullah :

Inilah aqidah ahlis sunnah wal jama'ah tentang shahabat, dan ini sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. aku kumpulkan dalam dua bait,

أَحبِب ، عَدَالة وَالتَّفضِيل بَينهُم *** وَاذكُر بِخَير ، تَرضَّ ، وَقُل عَادي عدُوّهُم
وَاشهَد لهُم بجِنَان ، لَا تخُض أَبدًا *** فِيمَا جَرى ، وَمَساوٍ ، وَاقتَدي بِهمُو

Cintailah mereka, yakinlah akan kejujuran dan keutamaan diantara mereka *** sebutlah kebaikannya, doakanlah keridhaan, dan katakan bahwa musuh mereka adalah musuhku

Persaksikan bagi mereka surga, janganlah engkau berbicara tentang apa yang terjadi diantara mereka *** dan jangan menyebutkan kesalahan, tapi teladanilah mereka. 

📚huququ as shahabah alal ummah hal. 49-50.

#Berkata Al Imam Malik bin Anas rahimahullah :

كَانَ السَّلَفُ يُعَلِّمُونَ أَوْلَادَهُمْ حُبَّ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ كَمَا يُعَلِّمُونَ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ 

"Para salaf terdahulu mengajarkan anak-anak mereka cinta kepada Abu Bakar dan Umar sebagaimana mereka mengajarkan surat dari Al Quran". (syarhu i'tiqad ahlis sunnah, no. 2325 Al Imam Abul Qasim Al Lalakai).

📎Solo/04/09/2018 M
Ustadz Muhammad Alif lc 

Apakah cinta Abu Bakar dan Umar hukumnya Sunnah?Beliau menjawab :"Tidak, bahkan Wajib".

#CINTA_SHAHABAT

Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah ditanya :

 هَـــلْ حُـــبُّ أَبِي بكْـــرٍ وَعُمَـــرَ سُنَّـــةٌ؟
قَالَ : لَا، بَــــلْ فَرِيضَــــــــةٌ 

Apakah cinta Abu Bakar dan Umar hukumnya Sunnah?

Beliau menjawab :

"Tidak, bahkan Wajib". 

📚Syarhu Ushul I'tiqad Ahlis Sunnah, Al Lalakai 7/1312 no. 2321.
Ustadz Muhammad Alif lc 

Senin, 21 September 2020

berbakti kepada orang tua lebih di dahulukan daripada jihad dan hijrah

pentingnya menjaga aqidah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa meninggal tidak di atas keyakinan seperti ini maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Abu Dawud, Kitabus Sunnah, no. 4078, di-hasan-kan oleh Syu’aib al-Arnauth dalam Takhrij Sunah Abi Dawud no.4700)

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11298-mengajarkan-akidah-sejak-dini.html

Menundukkan pandangan merupakan salah satu sebab mendapatkan rizki ilmu yang bermanfaat

Menundukkan pandangan merupakan salah satu sebab mendapatkan rizki ilmu yang bermanfaat

-Ibn Taimiyah-

‏" غضُ البصر = من أسبابِ رزقِ العلمِ النافع " 

‏ابن تيمية - مجموع الفتاوى ٢١/٢٥٧ 
قناة📕:
https://t.me/ahmadbages
Al akh Muhammad Faqih 

Syekh al Islam Muhammad bin Abdul Wahab al Najd al Hanbali rahimahullah (1115 – 1206 H) berkata:Jika Allah Ta’ala memerintahkan seorang hamba dengan suatu perkara, maka wajib atasnya untuk mengerjakannya. Dalam masalah ini ada tujuh hal:

Syekh al Islam Muhammad bin Abdul Wahab al Najd al Hanbali rahimahullah (1115 – 1206 H) berkata:

Jika Allah Ta’ala memerintahkan seorang hamba dengan suatu perkara, maka wajib atasnya untuk mengerjakannya. Dalam masalah ini ada tujuh hal:

  1. mengilmuinya,
  2. mencintainya,
  3. memiliki tekad untuk melakukannya,
  4. beramal,
  5. menjadikannya sesuai syariat secara ikhlas dan benar,
  6. memperingatkan dari perbuatan yang dapat menghapuskan amal, dan
  7. teguh di atasnya.
Read More https://sunnahedu.com/2020/06/04/kewajiban-kita-terhadap-apa-yang-allah-perintahkan/

Umdah Ath-Thalib li Naiylil Ma-aarib merupakan kitab fikih untuk pemula dalam mazhab Hanbali yang ditulis oleh Al-‘Allamah Syekh Al-Mazhab Manshur bin Yunus bin Idris al-Buhuti al-Hanbali rahmatullah ‘alaihi memiliki keistimewaan

Umdah Ath-Thalib li Naiylil Ma-aarib merupakan kitab fikih untuk pemula dalam mazhab Hanbali yang ditulis oleh Al-‘Allamah Syekh Al-Mazhab Manshur bin Yunus bin Idris al-Buhuti al-Hanbali rahmatullah ‘alaihi memiliki keistimewaan.

Disebutkan keistimewaannya oleh Syekh Dr. Muthlaq bin Jasir al-Jasir hafizhahullah dalam mukadimah tahqiqnya atas kitab ini:

  1. Kitab ini termasuk matan fikih yang ringkas dalam mazhab Hanbali. Berkata Syekh Abdul Qadir bin Badran rahmatullah ‘alaihi, “Kitab yang ringkas karya Syekh Manshur al-Buhuti yang diperuntukkan para pemula.”
  2. Kedudukan penulis yang tinggi dalam mazhab, yakni syekh al-mazhab di zamannya dan muhaqiq mazhab.
  3. Kitab ini merupakan kitab terakhir yang ditulis olehnya. Jarak antara penulisan kitab ini dengan wafatnya syekh hanya tujuh bulan saja. Syekh telah merampungkan kitab ini bulan Syawal tahun 1050 H dan beliau meninggal bulan Rabiul Tsani tahun 1051 H.
  4. Syekh menulis kitab ini setelah menyelesaikan syarah kitab-kitab mazhab Hanbali yang mu’tamad seperti syarah atas Al-Iqna’ dan hasyiyahnya, syarah Al-Muntaha dan hasyiyahnya, syarah Nazhmul Mufradat, dan syarah Zad Al-Mustaqni’; kemudian beliau menulis kitab ini. Maka kitab ini menjadi ringkasan atas pemahaman, penelitian, dan eksperimennya yang panjang dalam mazhab Hanbali. Jadilah kitab ini kitab yang bagus bak mutiara dan permata yang murni dalam mazhab Hanbali.
  5. Yang menjadikan kitab ini istimewa juga ialah adanya perhatian para ulama terhadap matan ini. Mereka membaca, menjelaskan, mempelajari, dan menelitinya. Diantaranya ialah Syekh ‘Utsman bin Muhammad ar-Ruhaibani yang telah membacakannya disertai syarah atas kitab ini oleh Al-Imam As-Safarini rahimahumullah. Dan Syekh Bakr Abu Zaid rahimahullah telah memasukkan kitab ini sebagai salah satu kitab yang mu’tamad dalam mazhab Hanbali.
  6. Kitab ini ditulis menggunakan istilah yang mudah dan jelas. Oleh karena itu Syekh Abdul Qadir bin Badran rahimahullah berkata, “Seyogyanya bagi para guru yang mengajarkan fikih untuk pemula membacakan matan kitab Akhsharul Mukhtasharat atau Al-‘Umdah karya Syekh Manshur jika dia seorang Hanbali.” [ ]

✍️ Alih bahasa secara bebas oleh Abu ‘Aashim asy-Syibindunji

📗 Sumber: ‘Umdah Ath-Thalib li Naiylil Ma-aarib karya Syekh Manshur bin Yunus bin Idris al-Buhuti al-Hanbali. Tahqiq Dr. Muthlaq al-Jasir. Penerbit: Maktabah Imam Adz-Dzahabi , Kuwait.



Read More https://sunnahedu.com/2020/03/27/keistimewaan-kitab-umdah-ath-thalib/

Istilah yang Termasyhur di Fikih Mazhab Hanbali

Sebagaimana mazhab lain, mazhab Hanbali juga terkenal dengan istilah-istilah yang digunakan oleh ulama fikih dalam kitab-kitab rujukan mereka untuk mengungkapkan makna-makna tertentu. Istilah tersebut sebenarnya membedakan antara perkataan dan nash dari imam mazhab dengan perkataan ulama mazhab beserta ijtihad dan takhrij mereka pada sumber hukum utama dan kaidah mazhab beserta segala permasalahan yang dibahasnya, yang tidak ada nashnya dari imam pendiri mazhab.

Dikenal juga adanya sebutan-sebutan tertentu yang ditujukan pada karangan atau imam-imam dari kalangan tokoh mazhab. Sebagaimana populer juga istilah tahqiq dan tamhish (telaah dan pemilahan) antara perkataan dan riwayat yang ada di mazhab tersebut.

Dan setiap istilah tersebut digunakan untuk ungkapan yang banyak dan sering disebut sehingga pembahasaan menjadi lebih ringkas.

Dengan memperhatikan istilah-istilah tersebut, kita bisa menyebutkannya secara global sebagai berikut:

PERTAMA:
Istilah Khusus untuk Membedakan antara Perkataan Imam dengan Perkataan Pengikutnya

  1. Ar Riwayah: Ini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan hukum yang diriwayatkan oleh salah satu murid Imam Ahmad rahimahullah darinya dalam suatu permasalahan, dan dibagi menjadi dua bagian:

1.1. As Sorih: Lafaz yang menjelaskan suatu putusan hukum dari Imam Ahmad rahimahullah dalam suatu permasalahan yang tidak mengandung tafsiran lain. Dan hukum ini diungkapkan dengan berbagai redaksi, seperti “nashon”, “nashon ‘ala” atau “al manshush ‘alaih”, atau “‘anhu”, atau “rawahu al jamaah”. (Lihat: Al Inshof, 1/19, 12/240 dan Al Madkhol Al Mufashol, 1/173)

1.2. At Tanbih: Hikayat perawi tentang apa yang ia pahami dari ungkapan imam atau isyarat darinya, dari intensitas pertemuannya dengan imam, dan bukan dari lafaz ucapan yang tegas. Dan hal ini diungkapkan dengan beberapa lafaz, seperti “auma’a ilaihi”, atau “asyara ilaihi”, atau “dalla kalamu ‘alaihi”, atau tawaqqofa fihi”, atau “sakata ‘anhu”. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 532 dan Al Inshof, 12/241)

  1. Al Wajh: Hukum yang dinukil dalam suatu permasalahan oleh beberapa mujtahid dalam mazhab yang berjalan di atas kaidah ushul, dan nash-nash yang telah ditentukan oleh imam, dan ada kalanya bertentangan dengan kaidah imam jika ada dalil yang menguatkan pendapatnya. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 532)
  2. Al Ihtimal: Kemampuan suatu permasalahan yang telah ditetapkan hukumnya untuk menerima kemungkinan hukum lain karena dalil pada hukum yang pertama lebih lemah atau setara. Dan ihtimal semakna dengan Al Wajh, hanya ssaja secara umum, Al Wajh bisa ditetapkan sebagai sebuah fatwa, sedangkan ihtimal adalah suatu permasalah yang memiliki suatu putusan hukum tanpa mengharuskan berfatwa dengannya, jika ia berfatwa dengannya, maka ia akan berubah menjadi Wajh bagi yang memfatwakannya. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 533)
  3. At Takhrij: Memindahkan hukum dari suatu permasalahan yang ada nashnya kepada permasalahan yang semisal dengannya, dan menyamakan keduanya dalam hukum tersebut, dan itu tidak dilakukan kecuali jika maknanya telah dipahami. Dan takhrij bisa dari kaidah kulliyah dari imam, atau syariat, atau akal. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 533)
  4. Zhohir Al Madzhab: Hukum yang masyhur, yang tidak asing lagi dalam mazhab. (Lihat: Al Muthli’, hal. 461)
  5. Al Qoul: Lafaz umum yang mencakup setiap apa yang dikatakan oleh ulama mazhab tentang hukum dari persoalan tertentu, dan dinisbahkan kepada imam baik yang berupa wajh, ihtimal, takhrij, dan kadang berupa nash, sehingga mencakup juga riwayat. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 533)
  6. Qiyas Al Madzhab: Mentakhrij masalah furu yang tidak ada nash dari imam kepada masalah furu yang ada nashnya karena adanya illah yang menyatukannya. (Lihat: Al Madkhol Al Mufashol, 1/274, 275)
  7. At Tawaqquf: Diamnya imam atau seorang mujtahid dalam mazhab tentang hukum masalah tertentu karena dalil-dalil yang bertentangan dari sisi tekstualnya, dan bukan dalam perkaranya. (Lihat: Al Musawwadah, hal. 526, 533)

KEDUA
Istilah Khusus untuk Tarjih dan Tashih dalam Mazhab

Ini adalah istilah yang digunakan oleh para pengarang untuk mengungkapkan tarjih antara riwayat dari Imam Ahmad rahimahullah atau tarjih antara beberapa qoul, wajh, dan lainnya. Dan di antara istilah yang paling penting adalah:

  1. Al Ashoh, fi al Ashoh, as Shohih, fi as Shohih minal Madzhab, fi Shohih ‘anhu, fi Ashohi al Qoulain al Aqwal, al Wajhaian al Aujuh, al Awwal Ashoh, Hiya Ashoh, al Awwal Aqyas wa Ashoh, hadza Shohihun ‘indi.
  2. Al Masyhur, fi al Masyhur ‘anhu, ‘ala al Masyhur, al Asyhar.
  3. Al Adhhar, Adh-haruhuma, ‘ala al Adhhar, fi al Adhhar, fi Adh-haril Wajhain, fi Adh-hari al Aujuh.
  4. Riwayah Wahidah, Qoulun Wahidan, Wajhan Wahidan.
  5. Bila Khilaf fi al Madzhab, Bila Niza’.
  6. Al Manshuh, al Madzhab al Manshush, Nashon, Nasho ‘alaihi wa Huwa Ikhtiyar al Ashhab.
  7. Aulahuma kadza, al Aula kadza, Huwa Aula.
  8. Al Aqwa, fi al Aqwa, Yuqowwa.
  9. Al Awwal Ahsan.
  10. Ikhtarohu Ammatu al Ashhab, Ikhtarohu Syuyukhuna.
  11. Al Madzhab kadza, al Madzhab al Awwal.
  12. Al Qiyas kadza, fi Qiyas al Madzhab, Qiyas al Madzhab kadza, al Awwal Aqyas.

Dan kadang setiap pengarang membuat istilah khusus dalam kitabnya untuk menjelaskan tarjihnya antara riwayat-riwayat, hukum, perkataan, takhrij, dan aspek kemungkinan yang ada dengan istilah berbeda dengan yang telah masyhur dalam mazhab, sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakar bin Zaid al Jura’i al Hanbali (w. 883 H), dalan kitab Ghayatu al Mathlab fi Ma’rifati al Madzhab.

KETIGA
Istilah untuk Beberapa Ulama dalam Madzhab

Di antara istilah yang digunakan dalam kitab-kitab karangan mazhab, ada istilah yang digunakan untuk para tokoh, dan mereka menggunakan julukan mereka yang masyhur agar pembahasan menjadi ringkas dan tidak bertele-tele dengan banyaknya nama. Dan di antara istilah-istilah yang paling masyhur adalah:

  1. Al Qodhi: Maksudnya adalah Al Qodhi Muhammad bin Al Husain bin Muhammad bin Kholaf bin Ahmad bin Al Farro’, yang dikenal dengan nama Abu Ya’la (w. 458 H). Ini adalah julukan Abu Ya’la yang digunakan oleh kalangan ulama pada fase mutawasithun hingga pertengahan tahun delapan ratusan.

Sedangkan kalangan ulama mutaakhirun seperti pengarang kitab Al Iqna’ dan kitab Al Muntaha, mereka menyebutkan istilah Al Qodhi tapi yang mereka maksudkan adalah Al Qodhi Alauddin Ali bin Sulaiman Al Mardawi (w. 885 H).

  1. As Syaikh: Maksudnya adalah Muwaffaquddin Abu Muhammad Abdillah bin Qudamah Al Maqdisi (w. 629 H). Dan ini adalah istilah yang digunakan oleh ulama fase mutawassithin seperti Ibnu Qodhi Al Jabal (w. 771 H), As Syamsu bin Muflih dan Ibnu Al Lahham (w. 803 H), dan Abu Bakar bin Zaid Al Jura’i.

Sedangkan menurut kalangan ulama mutaakhirun, yang mereka maksud dengan As Syaikh adalah Abul Abbas Ahmad bin Abd Al Halim bin Taimiyah (w. 728 H).

  1. As Syaikhoni: Ini adalah istilah untuk Muwaffaquddin Abdullah bin Qudamah Al Maqdisi (w. 620 H) dan Majduddin Abu Al Barakat Abdussalam bin Abdillah bin Abu Al Qosim bin Muhammad bin Taimiyah (w. 652 H)
  2. Syaikh Al Islam: Ada dua ulama dari imam mazhab yang terkenal dengan sebutan ini, yaitu Muwaffaquddin Abdullah bin Qudamah Al Maqdisi (w. 620 H), dan Abul Abbas Ahmad bin Abd Al Halim bin Taimiyah (w. 728 H), dan istilah ini lebih banyak digunakan untuk tokoh yang kedua.
  3. As Syarih: Ini adalah sebutan yang biasa digunakan untuk Syekh Abu Umar Abdurrahman bin Muhammad bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi (w. 682).
  4. Al Jama’ah: Istilah yang digunakan untuk tujuh murid Imam Ahmad rahimahullah, yaitu: Abdullah dan Shalih, keduanya putra Imam Ahmad rahimahullah, Hanbal, anak pamannya, Abu Bakar Al Murrudzi, Ibrahim Al Harbi (w. 285 H), Abu Tholib (w. 244 H), Al Maimuni (w. 274 H), dan merekalah yang dimaksud dengan istilah “Rawahu Al Jama’ah”. [ ]

📚 Diringkas dari Empat Mazhab Fikih. Penyusun Departemen Fatwa Kuwait.

Semilir angin pagi dari Gunung Merbabu,
✍ Abu ‘Aashim asy Syibindunji



Read More https://sunnahedu.com/2020/06/05/istilah-yang-termasyhur-di-fikih-mazhab-hanbali/

Pada fardu wudu, ada empat anggota badan yang dikhususkan, yakni no 1 - 4. Apa hikmah dikhususkannya empat anggota badan tersebut? Syekh Saleh al Fawzan dalam Al Mulakhas Al Fiqhi hal. 25 - 26 beliau mengatakan:"Hikmah -wallahu a'lam- dalam mengkhususkan empat anggota badan ini dalam wudu, karena yang paling cepat bergerak untuk melakukan dosa. Maka, dengan menyucikan lahirnya merupakan peringatan agar segera menyucikan batinnya.

Wudu ...

Fardu wudu ada enam:
1. Membasuh wajah, dan termasuk darinya adalah al madhmadhah (berkumur-kumur) dan al istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya).
2. Membasuh kedua tangan sampai siku.
3. Mengusap kepala seluruhnya beserta kedua telinga.
4. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.
5. Tertib.
6. Berurutan. (Lihat Daliil Ath Thaalib, hal. 10 karya Al Allamah Mar'i al Karmi al Hanbali)

Pada fardu wudu di atas, ada empat anggota badan yang dikhususkan, yakni no 1 - 4. Apa hikmah dikhususkannya empat anggota badan tersebut? 

Syekh Saleh al Fawzan dalam Al Mulakhas Al Fiqhi hal. 25 - 26 beliau mengatakan:

"Hikmah -wallahu a'lam- dalam mengkhususkan empat anggota badan ini dalam wudu, karena yang paling cepat bergerak untuk melakukan dosa. Maka, dengan menyucikan lahirnya merupakan peringatan agar segera menyucikan batinnya. 

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa seorang muslim itu setiap kali menyucikan salah satu anggota badan tersebut, dihilangkan darinya kesalahan yang menimpanya lantaran anggota badan tersebut. Semua kesalahannya akan keluar bersama air atau tetes terakhir dari air itu.

Kemudian, Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam membimbing kita setelah membasuh anggota-anggota tersebut kepada pembaharuan iman dengan dua kalimat syahadat, sebagai isyarat kepada penggabungan antara dua macam taharah yakni lahir dan batin.

Lahir adalah disucikan dengan air yang tata caranya telah diterangkan oleh Allah Ta'ala dalam Kitab-Nya.

Batin adalah dengan dua kalimat syahadat yang mampu menyucikan orang dari kesyirikan.

Di akhir ayat wudu, Allah Ta'ala berfirman, 

مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

" ... Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS Al Maidah: 6)

Demikianlah -wahai muslim- Allah Ta'ala mensyariatkan wudu kepadamu untuk membersihkan semua kesalahanmu, dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu.

Renungkanlah pembukaan ayat wudu yang menggunakan panggilan mulia,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟

"Wahai orang-orang yang beriman ..."

Allah Ta'ala mengarahkan firman-Nya kepada orang-orang yang memiliki sifat beriman. Karena sesungguhnya hanya merekalah yang siap menyimak perintah-perintah Allah dan mengambil manfaat darinya. Oleh karena itu, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Tidak ada orang yang selalu memelihara wudu, kecuali seorang mukmin." (HR Ibnu Hibban (1037), Ahmad (5/282), Ibnu Majah (278), disahihkan matannya oleh Adz Dzahabi dalam Al Miizaan (6/560))." 

020142
Abahnya 'Aashim
Ustadz Nanang Ismail 

Syahwat perut merupakan salah satu penyebab kebinasaan yang besar bagi seseorang

"Syahwat perut merupakan salah satu penyebab kebinasaan yang besar bagi seseorang. Dengannya Adam 'alaihissalam dikeluarkan dari surga. Syahwat perut itu memiliki kaitannya dengan syahwat kemaluan dan kecenderungan dalam menghamburkan harta. Dan hal itu diikuti dengan penyakit yang banyak, semuanya karena sebab menyalahgunakan kenikmatan."

Sumber: 
Mukhtashor Minhajul Qoshidin hal. 204, karya Najmuddin Ibnu Qudamah al-Maqdisi al-Hambali. Penerbit Maktabah Islami, Beirut.

===
Ust Nanang Ismail 
Mahdzab Hambali 

Bait syi'ir penuh dengan nasehat oleh Syaikh DR. Badar bin Ali Al Utaibi hafidzahullah (suara -Penyair Dzafar bin Rasyid Al Natifat- jazaahullahu khairan) :

#NASEHAT..
#WAHAI_SALAFI..

Bait syi'ir penuh dengan nasehat oleh Syaikh DR. Badar bin Ali Al Utaibi hafidzahullah (suara -Penyair Dzafar bin Rasyid Al Natifat- jazaahullahu khairan) :

♦Wahai salafi... ambillah nasehatku, dengarkanlah mudah-mudahan engkau mendapatkan petunjuk menuju ridha Ar Rahman. 
♦Janganlah engkau mendekati perdebatan, karena sesungguhnya ia adalah penyakit yang membuat engkau ragu dalam keimanan. 
♦Tinggalkanlah sikap ta'ashub pada manusia, karena itu merupakan agama yahudi dan golongan syaithan.
♦Bersyukurlah kepada penjaga ilmu (ulama) dan kenalilah kedudukan mereka.
♦Jauhilah jalan para pencela lagi pembuat fitnah, ikutilah jalan generasi salaf sesungguhnya mereka adalah cahaya yang menunjukkan orang sesat lagi bingung. 
♦Hati-hati dari jalan kedzaliman dan permusuhan, jangan engkau berbuat dzalim, takutlah dari pembalasan yang Maha Kuasa. ♦Sibukkan waktumu setiap saat untuk beribadah, ketakwaan, ilmu dan mengajar.
♦Tinggalkanlah barang dagangan yang jatuh harganya, karena membicarakan harga diri fulan dan fulanah. 
♦Tinggalkan persahabatan dengan orang-orang bodoh dan pengekor hawa nafsu dari kalangan mubtadi'. 
♦Hiduplah dengan aman dan tinggalkanlah ucapan yang dapat membahayakanmu, Jangan pernah meremehkan biji sekecil apapun dalam timbangan.
♦Apabila dua orang alim berselisih, maka kembalikanlah kepada (hukum) syar'i bukan kepada kedzaliman dan permusuhan. 
♦Jangan engkau membela diri atau seorang tokoh yang dimuliakan tanpa dasar agama atau dalil.
♦Semuanya akan datang pada hari kiamat sendirian dan semua urusan keputusannya dikembalikan kepada Allah.
♦Biarkanlah membicarakan (menghukumi) orang lain haknya ulama. yang adil, bertakwa, jujur, rabbani. 
♦Jagalah lisan dari mencela dan menyakiti orang lain, betapa banyak karena lisan dijebloskan ke api neraka.
♦Hati-hati dari sikap senang dengan tergelincirnya seorang muslim, tapi katakanlah segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku. 
♦Tutuplah kekurangan dan kesalahan orang yang lalai, katakanlah sesungguhnya aku juga memiliki kekurangan, tapi karena tirai Allah lah yang menutupi kekuranganku.
♦Berbahagialah dengan taubatnya orang yang bertaubat dan bergembiralah dengannya, seakan-akan dia datang tanpa dosa. 
♦Hati-hatilah engkau dari sikap mencemooh dosa yang telah lalu dari orang yang sudah bertaubat, karena Allah Maha Mengampuni dosa. 
♦Maka terimalah nasehat dari orang yang menyayangi dalam nasehatnya, dan peganglah nasehat itu disetiap zaman wahai kawan.

📚________
Diterjemahkan bebas dari kalimat syi'riyah Syaikh DR. Badar Al Utaibi hafidzahullah,.
Ustadz Muhammad Alif lc 

Tatkala hari jumat, Fathimah rodhiyallohu 'anha mengutus pembantunya untuk melihat matahari, jika ia diberitahu matahari akan tenggelam, ia segera berdo'a sampai matahari tenggelam

Tatkala hari jumat, Fathimah rodhiyallohu 'anha mengutus pembantunya untuk melihat  matahari, jika ia diberitahu matahari akan tenggelam, ia segera berdo'a sampai matahari tenggelam. (Fathul Baary 1622)
Al hujjah 

CARA MERUQYAH ANAK

CARA MERUQYAH ANAK 
.
Silakan dipraktekan di rumah dan disimpan/dicatat.

.
1. Lakukan ruqyah secara rutin setiap hari, ba’da maghrib dan sebelum tidur. Bacakan di dekat telinganya sambil sentuh dadanya minimal bacakan (Al-Fatihah 3x, Ayat Kursi, 3 Qul, dan Al-Kafirun kemudian tutup dg do'a perlindungan) lalu tiupkan dari bagian kepala sampai ke bawah sambil diusapkan. Usahakan saat meruqyah dekap anaknya sambil di pangku.

2. Kalimat do'a perlindungan untuk anak ini menyesuaikan dengan jenis kelamin anak yang dido'akan. Jika anaknya adalah laki-laki satu, maka dengan redaksi:
.
‎أُعِيذُكَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
.
(U'idzuka bikalimatillahittammah min kulli syaithoniwwahammah wamin kulli 'ainin lammah)
.
“Aku lindungi kamu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua syetan dan binatang berbisa, dan dari segala pandangan mata yang membawa keburukan.”
.
- Sedangkan untuk mendo'akan anak perempuan tunggal dengan redaksi,
.
‎أُعِيذُكِ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
.
“Aku lindungi kamu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua syetan dan binatang berbisa, dan dari segala pandangan mata yang membawa keburukan.”
.
- Kemudian do'akan secara khusus untuk anaknya, misalkan :
.
“Ya Allah jadikanlah anak hamba anak yang sholeh, ya Allah jadikan bacakan ayat ruqyah hamba sebagai penghancur syetan yang ada di dalam tubuh anak hamba..”
.
3. Berikan  madu pagi sore sebagai asupan suplemen bagi anaknya. Tentunya harus diruqyah dulu. Jika ada madu ruqyah ini lebih bagus, berikan pagi dan sore 1 sdt campur dgn air 100 ml, klo ada kurma ajwa bisa di tambah ajwa lalu di blender. Madu dapat di konsumsi untuk usia 2th ke atas.
.
4. Usahakan sebelum tidur, minta maaf kepada anak dan berikan ungkapan rasa sayang kita lalu peluk dan cium keningnya. Ini dapat meredakan gejolak amarah dan kegundahan anak kepada kita.

5. Saat keluar rumah doakan anak dg doa perlindungan lalu tiup bagian kepala sampai ke bawah sambil di usap.
.
6. Ajarkan pada anak adab-adab sebelum tidur, agar anak tidak diganggu dalam mimpinya. Jangan lupa untuk mengibas-kibarkan kasurnya sambil dibacakan ayat kursi.
.
7.  Biasakan menjelang maghrib tutup semua pintu dan jendela dengan membaca basmalah, agar syetan tidak bisa masuk ke dalam rumah. Dan usahakan anak kita tidak sedang di luar rumah, karena saat menjelang maghrib hingga waktu isya’ adalah saat syetan bertebaran atau berkeliaran.
.
8.  Jika bayi, selain di ruqyah waktu maghrib dan sebelum tidur maka usahakan saat menyusui juga bacakan ayat” ruqyah dan doa perlindungan. Atau jika saat waktu” dia nangis langsung bacakan ayat ruqyah min. 30 menit atau 1 jam.
.
9. Jika anak kita tidak mau di ruqyah,
.
- Tahap awal, campur air minumnya dengan minyak zaitun ruqyah 1 sendok makan, air mandinya, dan makanannya bisa juga dengan serbuk bidara.
.
- Ngaji di dekatnya dengan suara yg keras agar dia mendengarkan (bacakan surat Al-Baqarah)
.
- Apabila si anak mulai merasakan tidak nyaman, kesakitan, atau ketakutan maka kesempatan kita untuk meruqyahnya (misalkan : “Nak, mama obati ya sakitnya biar cepet sembuh..”)
.
10. Lakukan selama 40 hari - 3 bulan. Insyaa Allah jika dilakukan dengan continue akan ada hasil perubahan pada anak, biidznillah.

waallahu 'alam

Repost : @aprezi_abuabdurahman
Ig : Keluarga Al Anshari Madinah
YT channel : 
https://www.youtube.com/channel/UCt3nqmw6aUcABetd2gyEX0w

#ruqyahanak
#agaranaknurut
#agaranaksoleh
Muhammad Fauzy ilham

imam ahmad bin hanbal : Sabar atas kefaqiran adalah tingkatan yang tidak bisa diraih kecuali oleh orang-orang besar.

Berkata Imam Ahmad Ibnu Hambal rohimahulloh: "Sabar atas kefaqiran adalah tingkatan yang tidak bisa diraih kecuali oleh orang-orang besar..." (al Bidayah wan Nihayah 14/392)
Al hujjah