Sabtu, 22 Februari 2020

Sesi #20LARANGAN BAGI PARA PENUNTUT ILMU

Sesi #20
LARANGAN BAGI PARA PENUNTUT ILMU

Kelima puluh empat: Jangan mengklaim sebagai seorang ‘alim dan mufti padahal tidak punya ilmu (HULMAL YAQOZHOH)

Kelima puluh lima: Jangan menjadi Abu Syibr (Syibr = Jengkal, yang dimaksud adalah jengkal pertama yaitu kesombongan)
Ilmu itu memiliki tiga jengkal:
Jengkal pertama: Sombong
Jengkal kedua: Rendah hati
Jengkal ketiga: Ia mengetahui bahwa ia tidak berilmu
Jangan menjadi Abu Syibr yang terhenti pada jengkal pertama.

Kelima puluh enam: Janganlah tampil sebelum ahli
Ihdzar at-tashoddur qabla at-ta’ahhul, jangan tampai sebelum ahli.

Kelimat puluh tujuh: Jangan pamer ilmu
Padahal baru mengetahui satu ilmu saja.

Kelima puluh delapan: Jangan membuat coretan artinya menjadi seorang penulis sebelum waktunya
Kalau belum ahli dan belum punya perangkat lengkap, janganlah jadi penulis sebelum waktunya.
Kalau memang sudah memiliki keahlian, menguasai perangkat, luas wawasan, terbiasa mengkajikan, mengevaluasi, menelaah, membaca buku-buku besar, menghafal, maka menulislah karena itu pekerjaan mulia.

Kelima puluh sembilan: Jangan mencela dan merendahkan ulama, cukup kalau ada kesalah koreksilah kesalahannya

Syaikh Ibnu Utsaimin katakan:
- Tetap kesalahan ulama dikoreksi
- Yang dilakukan adalah koreksi kesalahannya, bukan koreksi aibnya. Ini hanya terjadi pada orang yang hasad.
Lihat Syarh Hilyah Thalib Al-‘Ilmi, hlm. 299-300.

Keenam puluh: Hindarilah syubhat
Syubhat itu kuat, hati itu lemah.

Keenam puluh satu: Hindarilah kesalah ucap atau tulis (lahen)
“Belajarlah bahasa Arab karena ia memperbaiki muru-ah (citra).”

Keenam puluh dua: Jangan tergesa-gesa mengeluarkan suatu pendapat, lebih-lebih lagi menyelisihi kebanyakan ulama

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan dalam Syarh Hilyah Thalib Al-‘Ilmi hlm. 314:
Jika melihat hadits bertentangan dengan hadits sahih, maka janganlah terburu-buru membuat kesimpulan hukum.
Sama halnya pula jika ada pendapat menyelisihi jumhur (kebanyakan ulama) jangan tergesa-gesa berpendapat dengannya.

Keenam puluh tiga: Hindari cara berpikir Israiliyyat (Yahudi dan Nashrani)
- bisa jadi dalam muamalat, ibadah, nikah.
- misalnya: sebagian penulis mengingkari poligami

Keenam puluh empat: Hindari perdebatan yang tidak ada manfaat

Keenam puluh lima: Hindari fanatik pada golongan tertentu. Karena salafus saleh—kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin—adalah hizbun waahid (satu kelompok)

Keenam puluh enam: Hindari pembatal perhiasan bagi penuntut ilmu
1. Menyebarkan rahasia
2. Menukil perkataan dari suatu kaum kepada kaum lain
3. Bangga diri dan banyak bicara
4. Banyak bergurau (bercanda)
5. Menyela pembicaraan antara dua orag
6. Benci (al-hiqdu)
7. Hasad (berharap nikmat orang lain hilang)
8. Suuzhan
9. Duduk-duduk dengan ahli bid’ah (bid’ah dalam akidah)
10. Jalan ke tempat maksiat


Walhamudlillah, selesai catatan faedah dari Syaikh Bakr Abu Zaid dalam Hilyah Thalib Al-‘Ilmi dengan mensarikan dari Syarh Thalib Al-‘Ilmi karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan catatan lainnya di web Rumaysho.Com:

Al Faqir ilallah, yang butuh pada ampunan Alllah Al-Ghaffar: Muhammad Abduh Tuasikal

Selesai ditulis 29 Jumadats Tsaniyyah 1441 H
23 Februari 2020
05.52 WIB
di Rumah Tercinta
Pesantren Darush Sholihin
Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul