Sesi #05
Qanaah, Zuhud, Sopan, Jaga Muru-ah
Keenam: Qanaah dan zuhud.
Qanaah artinya puas dengan apa yang Allah beri dan bukan memposisikan diri terus menjadi orang kaya.
Zuhud yang dimaksud oleh Syaikh Bakr Abu Zaid adalah meninggalkan yang haram dan menahan diri dari perkara syubhat, juga tidak mengharapkan apa yang ada pada orang lain.
Namun pengertian zuhud dan wara’ menurut Ibnu Taimiyah yaitu:
• - Wara’: meninggalkan sesuatu yang memudaratkan di akhirat.
• - Zuhud: meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.
Ibnul Qayyim mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الزُّهْدُ تَرْكُ مَالاَ يَنْفَعُ فِي الآخِرَةِ وَالوَرَعُ : تَرْكُ مَا تَخَافُ ضَرَرَهُ فِي الآخِرَةِ
“Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Sedangkan wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang membawa mudarat di akhirat.”
Ibnul Qayyim lantas berkata, “Itulah pengertian zuhud dan wara’ yang paling bagus dan paling mencakup.” (Madarij As-Salikin, 2:10, dinukil dari Minhah Al-‘Allam, 3:138)
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata bahwa yang dimaksud zuhud oleh Ibnu Taimiyah di atas adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan yang tidak membantu dalam ketaatan kepada Allah.
Zuhud apakah identik dengan miskin?
Zuhud terhadap dunia tidaklah identik dengan miskin.
Kalau kita perhatikan sahabat seperti Utsman dan Abdurrahman bin Auf bukanlah orang yang miskin namun mereka masih disebut orang yang zuhud.
Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (2: 11) menyebutkan,
وقال الإمام أحمد الزهد في الدنيا قصر الأمل وعنه رواية أخرى : أنه عدم فرحه بإقبالها ولا حزنه على إدبارها فإنه سئل عن الرجل يكون معه ألف دينار هل يكون زاهدا فقال : نعم على شريطة أن لا يفرح إذا زادت ولا يحزن إذا نقصت
“Imam Ahmad berkata mengenai zuhud di dunia adalah sedikit angan-angan. Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Ketika mendapatkan sesuatu tidaklah terlalu bergembira. Ketika luput dari sesuatu tidaklah bersedih.”
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seseorang yang memiliki uang 1000 dinar (2,5 Milyar rupiah). Apakah ia bisa disebut sebagai orang yang zuhud? Jawab beliau, “Iya, bisa saja asalkan ia tidaklah terlalu berbangga bertambahnya harta dan tidaklah terlalu bersedih harta yang berkurang.”
Qana’ah dan nerimo ing pandum
Narimo ing Pandum adalah sebuah falsafah Jawa, yang kalau dibahasa-Indonesia-kan secara bebas menjadi “Menerima Segala Pemberian”.
Kita simpulkan, narimo ing pandum berarti menyadari segala yang diberikan kepada kita sudah sesuai dengan kemampuan kita.
Jadi “Narimo ing Pandum” bukan berarti pasrah dan diam saja atas segala yang diberikan. Namun apapun yang diberikan kepada kita, terimalah dengan ikhlas dan usahakanlah agar yang kita terima bisa berlipat ganda.
Ketujuh: Berhias dengan adab-adab mulia.
Yaitu berhias dengan keindahan ilmu, yaitu sikap dan perilaku baik seperti tenang, berwibawa, khusyuk, tawadhu’, serta memperhatikan lahir dan batin.
Adab tercela:
1. banyak main
2. lakukan perbuatan sia-sia
3. perbuatan konyol
4. banyak becanda