Senin, 17 Februari 2020

Ibn Taimiyyah

Ibn Taimiyyah (lagi)

Jika ada yang bilang bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah contoh murid salah asuhan, maka ia telah menghina ratusan syaikh, para hufazh dan imam-imam terkemuka dari guru-guru Syaikhul Islam. Juga telah menghina Ayah beliau dan Kakek beliau karena dianggap gagal mendidiknya, padahal oleh Al-Hafizh Adz-Dzahabi bapak Ibnu Taimiyyah digelari “Imam” sementara kakeknya dengan “Syaikhul Islam”. Beliau dari keluarga ulama bos !!. 

Diantara guru Syaikhul Islam yang paling bertanggung jawab mendidik beliau menjadi seorang salafi justru seorang Syafi’i. Dialah al-Imam Qadhi al-Qudhat Syarifuddin Abul Abbas Ahmad bin Ahmad bin Ni’mah bin Ahmad an-Nablusi al-Maqdisi (w. 694 H), seorang pemuka Mazhab Syafi’i di zamannya. Walaupun beliau Syafi’iyah tapi sangat kuat berpegang dengan mazhab salaf dalam aqidah. Syaikh Abul Abbas inilah yang memberi izin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah untuk berfatwa, dan dia bangga telah memberi izin tersebut.

Ibnu Qadhi Syuhbah (w. 851 H) menyatakan: “Berkata Ibnu Katsir: “Berakhir kepadanya (Qadhi Abul Abbas) kepemimpinan Madzhab Syafi’i sepeninggal asy-Syaikh Tajuddin. Beliau memberikan izin kepada banyak ulama untuk berfatwa. Di antara ulama yang mendapatkan izin tersebut adalah Ibnu Taimiyah dan beliau merasa bangga karena telah memberikan izin tersebut.”.

Syaikh Abul Abbas beraqidah salafi, sebagaimana aqidahnya Imam Ahmad bin Hanbal. Imam adz-Dzahabi  (w. 748 H) berkata, “Beliau sangat kuat agamanya, bagus aqidahnya, Salafi mazhabnya. Telah bercerita kepada kami asy-Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah bahwa beliau (Syaikh Abul Abbas) berkata tiga hari sebelum kematiannya: “Saksikanlah bahwa aku berada di atas aqidah Ahmad bin Hanbal.”.

Diantara guru Syaikhul Islam dari kalangan Ahli Hadits bermazhab Hanbali adalah al-Imam Ali bin Ahmad bin Abdul Wahid bin Ahmad yang lebih dikenal dengan Ibn al-Bukhori (w. 690 H), seorang musnid dunya di zamannya. Berkata adz-Dzahabi, “Beliau Syaikhul Imam, yang shalih, wara, panjang umurnya, ‘alim, musnid al-Alim, Fakhruddin Abul Hasan ibn al-Allamah Syamsyuddin Abul Abbas al-Maqdisi, ash-Shalihi, al-Hanbali”.

Beliau ini adalah muridnya al-Hafizh Dhiya al-Maqdisi al-Hanbali, Imam al-Muwafiq Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, al-Hafizh Ibn Jauzi dan jamaah para imam ahli hadits bersanad tinggi. Ibnu Taimiyyah sangat bangga dengan gurunya ini, sehingga beliau berkata: “Hati ini tenang ketika ada Ibn al-Bukhori antara saya dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam dalam hadits”. Kepada beliau ini, Syaikhul Islam mengambil banyak riwayat diantaranya Kitab al-Arsy karangan Ibnu Abi Syaibah. 

Dalam Urusan sanad, Syaikhul Islam memang termasuk perhatian. Sanad beliau kepada Musnad Ahmad (sekarang dicetak sampai 45 jilid) dengan cara qira'ah dari tiga orang Syaikh yang bersanad 'aliy seperti : Syamsuddin Abu Muhammad Abdullah ibn ‘Atho al-Hanafi, Ibnu ‘Allan, dan Abul Abbas ibn Syaiban. Beliau juga membaca Tarikh Baghdad karya Imam al-Khathib (sekarang dicetak kurang lebih 16 jilid) kepada tiga orang guru yaitu : Ibnul Mujawiri, Muslim bin ‘Allan, dan Imaduddin Ibn ash-Shani’i. Dan lain-lainnya banyak kalau mau rajin mengumpulkan info semacam ini.

Kapan-kapan harus ditulis khusus dalam sebuah buku.
Ustadz rikrik Aulia Rahman