*MERUGILAH ANAK YANG MENYIA-NYIAKAN ORANG TUANYA.*
Idul Adha sudah mulai berlalu memudar, tapi anak yang “konon” sudah sukses itu belum juga menjenguk dan menelpon orang tuanya.
Sang Ibu yang sudah renta itu selalu melihat kalender dan jam. Berharap hari dan waktu tanggal merah, anak-anaknya yang dibanggakan itu pulang ke dekapannya, pulang kepelukannya sebagaimana dia menimangnya dulu.
Duka dan perih sang Ibu tersibak dimatanya. Matanya meradang merah dikelilingi dengan sembab hitam kantung mata, terisak tangis di hati, menjerit rindu menggelora mengharu biru, tersayat pilu menunggu TELPON dan KEDATANGAN anak-anaknya.
Jeritan hati dari seorang Ibu, “Duhai anak-anakku, ibumu mungkin tidak secerdas engkau, tidak sesukses engkau, tidak sesempurna fisikmu, tapi akulah yang melahirkanmu, menimangmu, mentatih jalanmu, dan akupun tak pernah memintamu untuk membayar kembali segala jerih payah yang membuat engkau sukses seperti saat ini. Aku hanya ingin engkau pulang sesaat, mengobati kerinduanku, untuk memastikanmu bahwa engkau masih menjadi anakku yang hebat tabunganku kelak di Hari Akhir.”
Wahai saudaraku, engkau adalah anak-anak ibumu dan bapakmu, aku ingin pastikan diriku dan dirimu merenungi hadits mulia berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ»، قِيلَ: مَنْ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ» (( فَدَخَلَ النَّارَ ))
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: *“Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi, orang yang mendapatkan kedua orang tuanya, baik salah satu atau keduanya pada saat lanjut usia, tetapi dia tidak masuk surga. (( Maka dia masuk neraka )).*
(HR. Al-Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod no. 21 dan Muslim no. 2551 (9), yang di dalam kurung adalah lafazh yang terdapat di al-Adabul Mufrod no. 21.)
Imam An-Nawawi rahimahullah (wafat th. 676 H) menjelaskan tentang hadits diatas:
وَفِيْهِ الْحَثِّ عَلَى بِرِّ الْوَالِدَيْنِ وَعِظَمِ ثَوَابِهِ وَمَعْنَاهُ أَنَّ بِرَّهُمَا عِنْدَ كِبَرِهِمَا وَضَعْفِهِمَا بِالْخِدْمَةِ أَوِ النَّفَقَةِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ سَبَبٌ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ فَمَنْ قَصَّرَ فِي ذَلِكَ فَاتَهُ دُخُولُ الْجَنَّةِ
Di dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk berbakti kepada orang tua karena besarnya pahalanya dan maknanya adalah bahwa berbakti kepada keduanya (terlebih) ketika pada usianya lanjut dan dalam keadaan lemah adalah dengan cara membantu melayani atau dengan memberikan nafkah atau yang selainnya dan yang demikian tersebut adalah sebab yang dapat menghantarkan ke dalam surga, maka barangsiapa yang menganggap enteng hal yang demikian maka terlewat baginya kesempatan untuk masuk surga. (Lihat Syarah An-Nawawy Ala Shohih Muslim 16/109)
Salah satu penjelasan yang berkaitan dengan lafazh
رَغِمَ أَنْفُ
*Sungguh merugi*, itu diulang tiga kali sebagai bentuk penegasan.
Dalam Syarah Al-Adabul Mufrod dijelaskan:
إِنَّ الأَبْوَيْنِ إِذَا عَلَتْ بِهِمُ السِّنُوْنَ فَإِنَّهُمَا يَحْتَاجَانِ إِلَى الْبِرِّ أَكْثَرَ مِنْ حَاجَتِهِمَا إِلَى الْبِرِّ فِي حَالِ صِحَّتِهِمَا وَ شَبَابِهِمَا
Sesungguhnya kedua orang tua jika telah tua renta maka keduanya lebih membutuhkan baktinya seorang anak daripada ketika mereka berdua masih dalam keadaan sehat serta usia muda. (Lihat Syarah Al-Adabul Mufrod 1/231 oleh Syaikh Muhammad bin Sa'id Ruslan hafizhahullah.)
Saudaraku, berikut ini adalah *faidah-faidah emas* yang bisa kita ambil dari hadits diatas:
🔸Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan hal yang wajib dalam keadaan bagaimana pun, baik ketika mereka masih muda maupun sudah lanjut usia.
🔸Kedua orang tua ketika lanjut usia lebih membutuhkan perbuatan baik dari anak-anaknya karena semakin lemah fisiknya.
🔸 Seorang muslim selayaknya memperhatikan orang-orang lemah dan orang-orang lanjut usia serta bersikap lembut dan menyayangi mereka.
🔸Durhaka kepada kedua orang tua mengakibatkan pelakunya masuk neraka dan terhindar dari rahmat Allah. Sedangkan berbakti kepada keduanya menjadi jalan menuju surga.
🔸Dianjurkannya untuk mengulang perkataan sebanyak tiga kali agar mudah difahami.
🔸Barangsiapa yang masih mendapati kedua orang tuanya masih hidup maka hendaknya bersungguh-sungguh dalam berbakti kepada keduanya sesuai dengan kemampuan dengan perkataan yang lembut, bimbingan, membantu memenuhi kebutuhan hidupnya, berinteraksi dan berkomunikasi dengan frekuensi yang sering dan kontinyu, maka barangsiapa yang melakukan hal-hal tersebut maka dia akan mendapatkan kedua orang tuanya menjadi pintu surga baginya.
🔸 Luangkan lah waktu untuk berkomunikasi termasuk menelpon, mengunjungi orang tua adalah termasuk cara seorang anak berbakti kepada orang tuanya. Jangan pernah kita PELIT DAN BAKHIL dari berkomunikasi dan mendoakan orang tua kita.
🔸Takutlah kepada Allah, takutlah jika seorang bapak dan ibu yang dahulu pernah durhaka kepada orang tuanya sehingga hal tersebut bisa dibalas oleh anaknya.
Semoga bermanfaat
📝Diambil dari Buku "Mengetuk Pintu Birrul Walidain" oleh Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Kayyisa hafizhahullah.